Bab. 5. Tentang Keputusan Senja.

1190 Kata
"Papa, aku mohon izinkan aku pergi, aku tidak permah meminta apa pun, tapi hari ini, akan aku lakukan segalanya agar mendapat izin dan restu dari kalian berdua," rengek Senja dengan mata berkaca-kaca, menatap wajah tampan Alvaro. Kinan sudah tak bisa lagi menahan laju air matanya, wanita yang membesarkan Senja itu tak menyangka kalau putri angkatnya akan meminta pergi dari keluarganya. "Nak, ayo duduk lagi! Jangan memohon seperti itu. Kami akan mengizinkan kalau kamu beritahu apa alasan utama kamu ingin ke Singapura," ucap Kalvian menarik lengan Senja agar wanita itu berdiri. 'Alasannya adalah putramu, Pa. Bagimana bisa aku mencintainya? Sedangkan aku sudah kalian rawat penuh dengan kasih sayang?' Senja hanya bisa bergumam dalam hati. "Apa karena aku selalu jahil kepadamu, sehingga kamu marah?" tanya Kalvian dengan tatapan memicing ke arah adik angkatnya. Senja menggeleng, tanpa mau menatap wajah Kalvian. Hal itu semakin membuat Kinan merasa aneh. Kiara yang diam hanya bisa menghembuskan nafas panjang karena keputusan dadakan Senja. "Aku tidak ingin selalu merepotkan kalian semua. Aku ingin mandiri, bekerja tanpa ada embel-embel nama dari Papa. Karena selama ini kalian sudah begitu baik merawatku seperti anak sendiri, Pa, Ma!" "Tetapi, ada di suatu kesempatan aku merasa tersiksa karena ucapan orang yang mungkin tidak sengaja tertuju padaku," aku Senja dengan air mata yang sudah membasahi pipi. Senja menatap lekat wajah ke dua orang tua angkatnya dengan tatapan memohon. Hanya ada hari ini untuk pergi, atau tidak sama sekali. Maka, Senja akan terus memohon dengan segenap kemampuannya. "Baiklah, kalau itu sudah menjadi pilihanmu, Nak!" Alvaro seolah pasrah dengan keinginan Senja. Hal itu membuat Kinan juga Kalvian merasa tak terima. "Papa ...!" Keduanya memanggil Alvaro dengan nada tinggi. Bahkan terbilang kompak. "Jangan dong, Pa. Singapura adalah negara yang besar. Di sana kita tidak punya saudara, Pa. Bagaimana bisa kita membiarkan Senja hidup sendiri di negara orang?" tanya Kalvian dengan tatapan protesnya. Kinan mengangguk, "Kalvian benar, Pa. Bagaimana kalau terjadi apa-apa? Atau Senja sakit lagi seperti kemarin, siapa yang akan merawatnya?" tanya Kinan dengan nada khawatirnya. "Tunggu dulu! Kenapa kalian tidak memberikanku kesempatan untuk melanjutkan bicara?" Alvaro menatap bergantian kepada istri juga putranya dengan tatapan kesal. "Ada tapinya, Senja!" Sambung Alvaro yang membuat Senja menatap Ayahnya dengan pandangan tegang. "A-apa, Pa?" tanya Senja penasaran, meski dengan nada bicara gugup dan takut. "Papa akan izinkan kamu pergi, setelah Papa hubungi teman Papa lebih dulu. Papa minta waktu dua hari. Kamu bicara saja dengan pihak perusahaannya, kalau kamu menunggu persetujuan Papa!" saran Alvaro dengan tatapan teduh ke arah Senja. Seulas senyum terbit di bibir Senja, wanita berparas cantik itu mengangguk, kemudian mengucapkan terima kasih. "Terima kasih, Pa!" "Iya, Sayang. Jangan menangis lagi!" Alvaro mengusap kepala Senja dengan kasih sayang. Pandangan lelaki tampan itu tertuju kepada Kiara. "Key, ajak Kakak ke kamar!" Kiara mengangguk sebagai jawaban, kemudian berdiri dan mengulurkan tangan ke arah Senja. "Ayo, Kak!" Keduanya menuju lantai atas, di mana kamar mereka berdua berada. Setelah Senja tidak ada di ruang tengah, Kalvian mulai bersuara bertanya alasan Papanya memberikan izin kepada adik angkatnya itu. "Kenapa Papa memberikan izin itu dengan mudah?" Sebelum menjawab, Alvaro menghembuskan nafas panjang. Dia menatap putra sulungnya dengan tatapan tak terbaca. "Papa diantara pilihan yang sulit, Kalvian! Senja sejak kecil menjadi anak yang penurut, tidak pernah membantah apa pun yang menjadi keputusan kami. Karena apa, Kalvian?" Alvaro menjeda ucapannya, berpikir kalau putranya akan paham dengan segelintir kalimat yang sudah dia ucapkan. "Karena dia merasa bukan anak kandung, dan dia harus balas budi kepada keluarga ini," jawab Kalvian dengan nada lirih dan menatap lekat kepada Papanya. "Iya, yang kamu katakan benar. Dan dia sangat tertekan dengan semua itu. Maka, ayah putuskan untuk menghubungi sahabat Papa dulu, meminta agar dia mau ikut menjaga adikmu saat di Singapura," ucap Alvaro. "Tapi, Pa? Pasti kontraknya tidak akan beberapa bulan saja, pasti tahunan. Bagaimana kita membiarkan Senja hidup lama terpisah dari kita?" Kinan mengungkapkan kegelisahannya. "Yang punya perusahaan itu sahabat aku, Ma? Kalau Senja enggak betah juga bakal dipulangin. Makanya aku akan bicara dulu dengan Alvian. Aku juga harus tahu bagaimana pekerjaan yang akan di kerjakan putri kita," jelas Alvaro menatap teduh ke arah istrinya. "Kenapa harus ke Singapura sih, Pa?" tanya Kalvian yang masih saja merasa tak terima dengan keputusan Senja. "Ini juga masih Papa selidiki. Selain alasan utama yang diucapkan oleh Senja, Papa pikir ada alasan lain yang membuat Senja mengharuskan dia pergi dari rumah," jawab Alvaro. "Aku juga akan mencaritahu alasan Senja ingin pergi, Pa!" Kalvian mulai berdiri dan meninggalkan ruang tamu. Kinan menatap punggung Kalvian yang kian menjauh. Tatapan wanita itu kemudian tertuju ke arah suaminya. "Kiara, aku yakin anak itu tahu alasannya, Pa!" Alvaro menatap istrinya dengan tatapan bingung, "Atas dasar apa, kamu curiga pada Kiara, Ma?" "Semua terlihat bingung dan tak percaya dengan keputusan Senja. Tapi anak itu malah diam saja," jawab Kinan. "Meski tak masuk akal, kita akan coba tanya nanti, Ma! Sekarang ayo ke kamar! Aku akan menelepon Alvian dulu." Keduanya beranjak ke kamar, Kinan membereskan semua perlengkapan kantor suaminya. Sedangkan Alvaro duduk di sofa sambil memegang ponsel, mencoba menghubungi sahabatnya. Dering pertama hingga ke tiga, panggilan mulai terhubung. "Halo, Alvian!" Suara tegas Alvaro selalu menjadi ciri khas untuk sahabatnya. "Iya, kawan. Ada apa?" tanya Alvian. "Alvian, apa kamu menyuruh orangmu untuk menghubungi Senja. Putriku bilang, perusahaanmu menginginkannya bergabung," jelas Alvaro. "Iya. Karena aku pernah bertemu dengannya di rapat bulan lalu. Dan dia sempat bertanya masalah pekerjaan. Kemudian aku bilang kalau ada lowongan aku akan menyuruh stafku menghubunginya," ucap Alvian. "Dan hari ini, Senja meminta izin untuk ke sana, Vian! Apa yang harus aku lakukan? Dia tidak mau tinggal di sini, dengan alasan butuh pembuktian diri, kalau dia bisa bekerja dan menghasilkan uang sendiri," jelas Alvaro. "Kalian takut dia kenapa-napa, Al. Senja sudah dewasa, dia pantas memilih hidupnya. Kamu harus yakin, kalau bekal yang kalian berikan kepadanya sangat cukup untuk pertahanan dirinya di manapun dia berada," ucap Alvian mencoba memberikan pengertian kepada sahabatnya. "Ya, dan aku sudah berjanji ingin memberikan keputusan, saat aku sudah bicara denganmu, Vian. Maka, aku hanya ingin kamu ikut menjaganya. Kalau ada masalah apa pun, segera hubungi aku!" pinta Alvaro dengan bersungguh-sungguh. "Santai saja, kawan. Kita bersahabat sudah sangat lama. Apalagi di sini ada Bianca yang mungkin saja akan menjadi teman untuk putrimu," ucap Alvian membuat Alvaro tenang. "Iya, aku akan memberikan izin kepada Senja. Entah apa alasan utamanya, dia ingin pergi dari sini, tetapi aku percaya, putriku akan baik-baik saja!" Setelah perbincangan yang cukup panjang dengan Alvian. Alvaro dan Kinan pun merasa sedikit lega. Setidaknya, Senja tidak bohong mengenai pekerjaan di perusahaan sahabatnya. "Meski aku tidak rela, Senja pergi ke Singapura, aku akan memberikan kesempatan anak itu berkarya sesuai dengan keinginannya, Pa!" "Iya, Ma. Sebelum dia menikah dan mengurus rumah tangga, setidaknya dia punya pengalaman dengan masa mudanya!" Kinan mengangguk, "Sana mandi dulu. Aku mau ke kamar Kiara untuk bertanya sesuatu!" Alvaro mengeryit, "Tentang keputusan Senja?" Kinan mengangguk, lelaki tampan itu berdiri dari duduknya. "Tunggu sebentar, aku ikut, Ma!" "Iya!" Kinan menatap siluet suaminya yang berjalan ke arah kamar mandi dengan wajah malasnya. 'Aku sadar, aku bukan ibu kandungmu, tapi aku tidak rela kalau kamu pergi dari hidupku, Senja. Kamu adalah putriku. Sebelum Kiara ada, kamu sudah memberikan warna tersendiri untuk kami,' monolog Kinan dalam hati.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN