Salwa menoleh ke arah Said, matanya yang sembab berusaha menatap kakaknya dengan penuh harap. Namun, air mata yang menggenang di sudut matanya tidak bisa disembunyikan. "Bang... aku takut... aku nggak siap kalau sesuatu yang buruk terjadi," bisiknya, suara kecil itu pecah oleh tangis yang tertahan. Ia tanpa sadar mengatakan itu. Mungkin karwna serba tiba-tiba. Ia tak siap. Said menepuk bahunya perlahan, berusaha memberikan ketenangan yang sebenarnya juga tidak sepenuhnya ia rasakan. "Dek, dengerin Abang. Ahmad itu orang yang keras kepala. Dia nggak bakal nyerah gitu aja. Kalau dia tahu kamu nangis kayak gini, dia pasti malah kesel," ucapnya sambil memaksakan senyum kecil, mencoba meringankan suasana. Salwa tersenyum tipis meski tangisnya belum sepenuhnya reda. "Iisssh!" Masih sempat-se