Pasrah Seumur Hidup

1855 Kata

Salwa terdiam sejenak mendengar ucapan Ahmad. Ada perasaan canggung yang muncul, tapi di sisi lain ia merasa paham dengan kekhawatiran Ahmad. Ia tahu bahwa perasaan cemburu itu adalah bagian dari perhatian, meskipun kadang-kadang membuatnya merasa sedikit tertekan. "Mas, aku nggak ada niat gimana-gimana kok," jawab Salwa pelan, matanya bertemu dengan mata Ahmad yang penuh dengan kecemasan. Ini hal terbaik yang bisa ia lakukan sebagai seorang istri. Meski hanya memakai kewajiban itu sebagai tameng. Bukan benar-benar dari hati. "Kita cuma kerja kelompok aja." Ia bukannya tak mau berteman dengan para perempuan. Tapi ia dibenci mereka. Ia bisa apa jika semua orang berpihak pada Zahra heh? Ahmad menghela napas panjang, lalu duduk di kursi kecil. Sate ayam yang dibawanya sudah terasa hangat,

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN