Said merasakan kepalanya pusing, darah mengalir dari sudut bibirnya yang pecah. Ia masih terjatuh di aspal, tubuhnya terasa lemas, namun tekadnya untuk melindungi Raisa tetap membara. Tangannya mencoba meraih tanah, mendukung tubuhnya untuk bangkit kembali. Matanya menatap tajam pada Davin yang berdiri di depannya, senyum jahat tergambar di wajahnya. Davin, yang semakin mendekat, terlihat puas dengan keadaan Said. "Makanya, gak usah ikut campur jadi orang!" ucapnya dengan nada meremehkan, lalu melangkah maju, siap memberikan pukulan lainnya. Tapi, sebelum tinjunya mendarat, sebuah suara keras menggema dari arah belakang. "APA YANG KALIAN LAKUKAN?!" Semua mata menoleh. Salwa, yang baru saja melaju dengan motornya, tiba di tempat itu dengan wajah panik dan penuh amarah. Ia melihat kond