Keesokan harinya, di hari yang begitu cerah. Ditemani kicauan burung pagi, membuat suasana hati Yeri yang semula sedih perlahan mulai bisa tersenyum meski harus terpaksa. Kali ini dia mengayuh sepeda kesayangannya lagi menuju sebuah kantor megah. Mungkin tuan Arga-nya belum ada di sana. Dan dia tidak perduli, dan dia memutuskan untuk datang ke kantor lebih dulu. Agar bisa menunggu dia. Sampai di depan kantor mewah milik keluarga Wijaya. Sekujur tubuh Yeri mulai gemetar ketakutan. Dia gugup, cemas, dan takut jadi satu campur aduk dalam perasaannya. Hal itu, membuat dia maju mundur untuk masuk ke dalam kantor itu. Masuk, Enggak! Masuk, Enggak! Emm... Aku masuk gak, ya. Kalau aku masuk ke dalam. Apa dia nanti gak marah, aku mau soal kemarin malam. Pasti dia sangat marah padaku. gerutu Ye