"Enggak!" jawab tegas Yeri, sontak membuat Arga terkejut.
Arga menarik sudut bibirnya tipis. Dengan wajah yang masih datar. Dan, dingin.
"Aku akan membayar kamu. Berapapun kamu minta. Aku akan bayar semuanya." ucap Arga.
"Aku bilang enggak, ya, Enggak! Udah, deh gak usah ngeyel jadi orang." Yeri memutar matanya malas. Melipat kedua tangannya diatas dadanya.
Wanita ini terlihat sangat berbeda. Dia menarik. meski penampilannya membuat dia merasa sedikit jijik. Dan rada-rada kesal. Tetapi sifatnya menarik juga. Arga hanya bisa tambahan kekesalannya yang hampir saja meledak karena ulahnya. Kelakuan, dan cara bicara yang tak punya sopan santun sama sekali.
Arga perlahan mulai tertarik dengannya. Menatap setiap gerak gerik Teri. Arga semakin mendekatkan wajahnya. Hembusan napas mereka saling beradu. Pandangan mata mereka sangat dekat. Hanya berjarak dua kali dua telunjuk tangannya.
Yeri mendorong tubuh Arga menjauh darinya.
"Aku tidak butuh uang, tuan Arga." gumam Yeri. "Dan, jangan menatapku seperti itu." lanjut Yeri tak suka melihat jika ada seorang laki-laki yang terlalu lama menatapnya. Karena dia bukan tontonan.
"Aku tidak mau jika kamu terpesona denganku."
Arga memicingkan matanya. Dia heran dengan apa yang dikatakan Teri. Gimana bisa ada wanita yang terlalu percaya diri seperti itu.
"Hanya manusia munafik yang tidak butuh uang. Aku yakin kamu pasti sangat membutuhkan uang itu."
Yeri terdiam sejenak, dia mengatupkan bibirnya kesal. Dia memutar otaknya untuk bekerja lebih keras. Dengan pikiran penuh dengan pertanyaan. yang menghujaninya.
Ini orang kenapa? Apa dia anggap aku murahan? Berani sekali dia menawariku seperti itu.
"Kenapa kamu diam?" tanya Arga, memotong cepat lamunannya.
"Emmm... Aku.." Yeri tak meneruskan ucapanya. Dia mengerutkan alisnya, memikirkan jawaban apa yang akan di katakannya.
"Hai.. Hadirin semuanya. Bagi kalian yang sangat suka dengan pesta ini. Apa pendapat kalian jika kita akan mengadakan pesta dansa juga." suara mc itu sangat familiar di telinga Arga dan Yeri, kedua mata mereka tertuju pada Gio yang berdiri di depan semua orang dengan memegang mic.
"Sangat setuju,"
"Iya, aku juga setuju."
"Aku pasti sangat setuju,"
"Aku akan berdansa dengan kekasihku."
"Dan aku akan mencari jodoh di pesta dansa ini,"
Jawaban yang beragam dari para wanita dan laki-laki itu, membuat Gio tersenyum gembira. Rencananya kali ini berjalan mulus. Dan semoga kali ini dia bisa menikmati pesta ini penuh dengan cinta dan kegembiraan. Dia tidak mau jika kakaknya selalu saja menyendiri.
Arga menatap mata tajam wanita di depannya. Banyak sekali pertanyaan bermunculan di otaknya? Dia mengira jika wanita itu panggilan? Atau hanya bayaran? Seakan otaknya ingin sekali mendekatinya. Bukan karena suka, hanya mencoba memastikan.
Arga menghela napasnya. Dalam satu tarikan napasnya. Dia berjalan mendekati teri. mengulurkan tangannya ke arah Teri.
"Temani aku dansa," ucapnya tanpa basa-basi.
"Dansa?" Yeri menarik salah satu alisnya. Menatap bingung dengan laki-laki aneh di depannya ini.
"Gimana?" tanya Arga lagi.
"Iya!" jawabnya gugup menyembunyikan wajahnya yang memerah malu.
"Emm. Aku.." wanita cantik itu menggaruk kepala belakangnya yang tak gatal. "Aku malu. " ucapnya.
Arga menarik sudut bibirnya. "Aku akan ajari kamu, jika kamu tidak bisa," ucap Arga. Memberikan kode kecupan mata agar Yeri menerima uluran tangannya.
Yeri mengerutkan wajahnya, dia bergumam dalam hatinya. Antara was-was dan ragu dengannya. Apalagi dia pernah bertemu sebelumnya.
Apa yang harus aku lakukan? Kenapa Gio malah buat pesta dansa. Apa rencana dia? Gimana kalau nanti dia juga minta dansa denganku…
Bisa mati aku?
"Hey... Kalian yang di sana," suara keras Gio membangunkan Yeri dari lamunannya. Mengangkat kepalanya menatap ke arah sumber suara dengan bibir sedikit menganga.
"Kalian cepatlah kesini, sebagai pembukaan pesta dansa ini." ucap Gio.
Arga yang sudah tidak sabar dengan jawaban Teri yang terlalu lama baginya. Arga menarik tangan Yeri tanpa meminta persetujuan darinya.
"Lepaskan aku!"
"Tidak akan,"
"Apa yang kamu inginkan?"
"Temani aku sebentar saja,"
"Tapi aku gak bisa,"
"Aku tidak suka di bantah!" ucap Arga meninggikan suaranya.
Yeri hanya tertegun seketika, mendengar suara keras itu seakan mendengar harimau mengaung di depannya.
Sampai di samping Gio, Yeri menarik lengan Gio pelan, dan berbisik padanya.
"Gio! Apa yang kamu lakukan?" tanyanya pelan.
"Aku hanya ingin kamu temani kakakku," jawab Gio pelan.
Mengetahui jika Arga adalah kakak Gio, seketika kedua matanya melebar tak percaya, kelopak matanya berkedip menatap Gio, kemudian menatap ke arah wajah Arga yang terlihat datar. Seketika Yeri menelan salivanya kasar
"Apa? Dia kakak kamu?" tanyanya memastikan.
"Iya,"
"Kenapa kamu tidak bilang padaku?" Yeri memukul lengan Gio pelan.
"Sudahlah, kamu akan dapat uang lebih banyak nanti darinya."
Yeri kembali menatap Arga, tatapannya tajam ke arahnya. Membuat nyalinya mulai menciut. Wajah cantiknya tertunduk takut.
Kenapa aku harus bersama dengan hantu datar ini? Apa tidak ada yang lebih mengerikan lagi, biar aku bisa tak bernapas sekalian berdiri di sini. Gerutu Yeri.
"Apa yang kalian bicarakan," tanya Arga menarik tangan Yeri, membuat Yeri spontan membalikkan badannya, dengan tangan kanan di pundak kiri Arga. Dan tangan kiri memegang tangan kanan Arga, kedua mata mereka saling tertuju.
Deg! Deg! Deg!
Hembusan napas berat mereka saling berpacu, seakan pandangan mereka tak lepas satu sama lain. Dengan segera Gio menyalakan musik romantis, dan membiarkan mereka berdansa.
"Kali ini temani aku dansa" ucap Arga.
"Aku tidak bisa,"
"Tenang dan ikuti gerakan kakiku,"
Yeri mengikuti gerakan kaki Arga ke kanan dan ke kiri, hingga dia tidak lepas dari injakan high heels milik Yeri. Arga hanya diam meringis menahan rasa sakitnya.
Hingga 5 menit Arga mengajarkan Yeri berdansa pelan-pelan, Yeri mulai mahir. Dia mulai berdansa dengan sangat percaya diri. Saling memegang pinggang masing-masing. Hingga nyanyian romantis lagu dansa itu perlahan selesai.
Arga menarik tubuh Yeri, merekatkan tubuhnya, dengan tubuh Yeri sedikit condong ke belakang, dengan tangan memegang lengan Arga.
"Makasih!"
"Untuk apa?"
"Kamu telah menemaniku," sambungnya. "Tetapi ada hal yang kurang,"
"Maksud kamu?"
"Kamu belum menemani aku di tempat tidur,"
"Jangan lan...." Yeri yang sempat ingin mengumpat keras, bibirnya terbungkam dengan guluman lembut bibir Arga.
Kenapa dia menciumku, beraninya dia mempermalukanku di depan semua orang.
Arga tanpa ada banyak orang yang melihatnya, kecupan itu semakin ganasnya, dengan ke tangan menjelajahi tubuh Yeri.
Yeri menggigit kasar bibir bawah Arga, membuat laki-laki itu murka, wajahnya mulai memerah, di saat tetesan darah segar itu keluar dari bibirnya.
"Jangan pernah bertindak m***m denganku," ucap Yeri penuh percaya diri.
"Bukanya kamu wanita bayaran?" tanya Arga.
"Jaga mulut kamu, aku memang wanita bayaran. Tapi aku tidak murahan seperti yang kamu bayangkan,"
"Tidak murahan katamu, bahkan kamu sangat menikmatinya tadi." Arga melangkah perlahan mendekati Yeri. Menarik pinggangnya masuk dalam dekapan tubuhnya.
"Jika kamu berani menggangguku, maka kamu akan menjadi wanitaku." ucapnya, mencolek dagu Yeri.
Yeri berdengus kesal, perlahan darahnya mulai berdesir merangkak naik ke wajahnya.
Plaakkk....
Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Arga, penuh dengan kebencian. Semua orang di sekitar mereka menatapnya bingung.
Bahkan tidak sedikit banyak yang mencibir apa yang dilakukan Yeri keterlaluan. Para wanita ingin mengeroyoknya. Dengan cepat laki-laki itu mencegahnya. Dan membiarkan dirinya sendiri yang berurusan dengan Arga.
Arga menarik satu sudut bibirnya sinis.
"Beraninya kamu menamparku," bentak Arga, menyentuh d**a Yeri tepat di depan semua orang. Spontan wanita itu mendorong keras tubuh Arga menjauh darinya. Ke dua matanya merembak, menatap ke arah Gio, dan berlari pergi meninggalkan pesta itu dengan perasaan kesal dan kecewa yang menggebu dalam hatinya.
Dia benar-benar semudah dilecehkan di depan umum. Dan keadilan apapun, tidak akan pernah adil baginya yang tanpa uang.
"Kak, kenapa kamu melakukan itu?" tanya Gio heran.
"Bukanya dia di bayar? Jadi aku bisa menyentuhnya di mana saja. Termasuk di depan semua orang."
"Tapi kak, dia sepertinya bukan wanita seperti itu."
"Aku tidak peduli. Statusnya sebagai wanita bayaran sama saja seperti dirinya jual diri. Entah dia baik atau tidak, sama saja murahan!" jelas Arga kecewa, wajahnya kembali dingin, melangkahkan kakinya pergi dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam kantong celananya.
Arga berjalan tanpa rasa bersalah terbesit dalam pikirannya. Dan Gio yang merasa sangat bersalah. Dia berlari mengejar Yeri yang sudah jauh menembus guyuran hujan.
"Gio, kamu mau kemana?" teriak Arga, membuat langkah Arga berhenti tepat di depan pintu.
"Aku akan pergi," jawab kesal Gio."Kasihan dia, kak. Lagian ini sepenuhnya salahku. Aku yang inginkan dia menemani kakak." Gio langsung pergi begitu saja tanpa banyak bicara lagi.
Dia berlari keluar mengikuti Yeri yang kini sudah berada di depan matanya.
"Heh.. Kamu!" teriak Gio, mencoba meraih tangan Yeri.
"Tolong jangan pernah temui aku lagi." ucap Yeri kesal.
Gio menghentikan langkahnya. Berdiri tepat di belakang Yeri.
"Maaf!"
"Gak perlu minta maaf lagi," jelas Yeri, pandangan matanya tertuju pada taksi yang melintas di depannya. Dia menghentikan taksi itu.
"Aku pergi!" ucap Yeri, kemudian masuk ke dalam taksi yang sudah berhenti tepat di depannya.
"Yeri, tunggu!" Gio mencoba mencegah Yeri. Namun usahanya percuma. Yeri sudah menjauh darinya. Taksi itu melesat cepat dari hadapannya.
Badan Gio tertunduk, menghela napasnya kasar.
Kakakku benar-benar menyusahkan. Dia terlalu agresif. Membuat wanita kabur kan! Gerutu kesal Gio.