Ketukan kaca mobil mengagetkan Aliana, tepat di depan wajahnya dibalik kaca mobil itu membungkuk seorang laki-laki dengan paras anggun bermata meneduhkan jika dipandang. Alis Aliana tertaut karena merasa aneh dengan orang itu, Aliana tidak dapat menurunkan kaca tersebut apalagi untuk membuka pintu, jelas saja karena mobil itu terkunci, ia terkurung. Sedangkan wajah itu tetap berada di sana, dibalik kaca gelap mencoba menerawang ke dalam.
“Hallo, ada orang di dalam? Apa kamu terkurung?” kalimat itu terdengar sayup dengan suara yang masuk melalui atap mobil.
Aliana tiba-tiba tersenyum memandangi wajah itu, wajah tenang dengan garis tegas dibagian rahang dan hidungnya. Aliana tanpa sadar menangkat tangannya dan menyentuh kaca tepat berhadapan dengan wajah itu.
Tersadar dengan perbuatannya Aliana kembali menarik tanganya, laki-laki itu masih berdiri di luar mobil di samping pintu tempat Aliana berada, ia yakin ada seseorang yang terkurung di dalam mobil itu. Namun ia tidak dapat membantunya, karena ia tidak mengetahui siapa pemilik mobil tersebut. Ia menyadari ada seseorang dari mobil tersebut karena flas kamera bercahaya dari dalam. Sedangkan orang yang ada di dalam tidak berusaha untuk bersuara.
Sedangkan Aliana, ia merogoh tasnya dan mengambil buku kecil yang memang ada di dalam tasnya, dengan pena ia menuliskan sesuatu di kertas tersebut,
Ya ada orang, Jangan khawatir aku terkurung karena kecorobohan ku sendiri
Lalu ia merobek kertas tersebut dan melemparnya dari atap mobil yang terbuka. Menyadari ada sesuatu yang keluar dari atap mobil, terjatuh tepat di sampingnya. Laki-laki itu lalu mengambilnya dan membuka remasan kertas tersebut. Membacanya, raut bingung dengan alis yang terangkat sebelah terukir jelas pada wajahnya. Angin bertiup dari arah laut, Aliana baru menyadari laki-laki itu memiliki rambut yang panjang dan halus, rambut penjang milik laki-laki tersebut terbang dengan halusnya terangkat oleh angin.
Tiba-tiba laki-laki tadi beranjak dari berdirinya, dan melangkah menjauh. “Akhirnya pergi,” ucap Aliana. Menatap kepergian laki-laki itu, tanpa sadar Aliana mengucapkan kata, “indah”. Pemandangan pungung laki-laki itu disebut indah oleh Aliana, karena ramput milik laki-laki itu tidak hanya panjang sebahu tapi melebih panjang rambut laki-laki pada umumnya. Rambut itu terbang terangkat dengan indahnya mengikuti tiupan angin seiring ia melangkah pergi sampai pada sebuah mobil yang tidak jauh terparkir di area parkiran yang sama dengan Aliana berada.
Ada seorang wanita cantik yang menunggunya di sana. “Kenapa lama sekali?” tanya wanita itu.
“Ada pulpen gak?” tanya laki-laki itu langsung.
“Pulpen? Buat apa?” Tanya wanita itu lagi karena heran dengan adik sepupunya itu yang tiba-tiba meminta pulpen.
“Nulislah, tolong di dalam tas aku,” pintanya pada wanita itu, wanita itu tetap pada raut bingung penasaranya namun tetap menuruti apa yang dihendaki laki-laki itu.
“Nih, buat apaan sih. Jangan jawab buat nulis, aku sudah tau itu,” kesal wanita itu.
“Buat jawab ini,” tunjuknya pada kertas lusuh bekas remasan pada wanita tadi.
“Dapat di mana kamu? Hahaha masih pake surat-suratan, ya Tuhan… mana lecek lagi itu kertasnya,” ejek wanita itu tertawa keras melihat tingkah laki-laki yang muda lima tahun darinya itu.
“Demi penyelamatan,” ujarnya singkat lalu kembali pergi.
“Eh kemana lagi?!” tanya wanita itu karena adik sepupunya itu malah pergi lagi dengan buru-buru itu melangkah mengikuti langkah panjang adik sepupunya tersebut. Mengekor sampai di samping mobil di mana di dalamnya ada Aliana berada.
“Dek kita ke sini gara-gara kamu mau liat matahari tenggem katanya, sekalian ngambil foto. Tapi kamunya ngurus yang lain, percuma mbak nemenin kamu,” kesal wanita itu sambil melihat langkah kaki adik sepupunya tersebut.
“Besok masih bisa mbak,” jawab laki-laki itu singakat.
Wanita itu diam dan menatap adik sepupunya yang tinggi itu mencoba untuk menambah tingginya agar dapat mencapai tengah mobil dan melempar remasan kertas tersebut ke dalam mobil. “Eh dek! Ngapain kamu buang sampah ke dalam mobil orang, astaga…!” kaget wanita itu hampir berteriak kesal.
“Bukan buang mbak, tapi ngasih kertas tadi ke orang yang ada di dalam,” jelas adik sepupunya.
Sedangkan Aliana yang ada di dalam mobil kaget ternyata laki-laki tadi kembali lagi bahkan bersama seorang perempuan cantik yang melangkah tergesa mengikutinya.
“Dia balik lagi,” seru Aliana, tidak lama ia mendapat kertas yang ia remas dan lempar keluar tadi.
Kamu gak papa di dalam? Perlu bantuan untuk mencari orang yang memegang kuncinya?
Aliana tersenyum membaca tulisan laki-laki itu. Tulisannya cantik, sama cantiknya dengan rupa orangnya, pikir Aliana.
Aliana kembali menulis menjawab pesan kertas kumal itu,
Tidak perlu, jika aku ingin aku bisa menghubungi dia
Kembali ia melempar kertas tersebut keluar, terlihat laki-laki tadi memungut remasan kertas tadi dan membukanya. Wanita di sampingnya juga ikut membacanya, dan menjitak kepala laki-laki tersebut sayup-sayup terdengar. “Nah kenapa dia tidak minta bantuan buat buka pintunya? Eh atau jangan-jangan dia dipaksa lalu di kurung deh. Kamu minta nomor handphonenya cepat!” teriak wanita itu, entah kenapa terlihat panik, Aliana tersenyum dengan tingkah anarkis wanita itu pada laki-laki yang jauh tinggi darinya tersebut.
Tidak lama remasan kertas kembali terlempar ke dalam mobil, Aliana memungutnya dan membaca tulisan itu.
Hmm kamu yang di dalam, kamu liat sendirikan kakak sepupuku anarkis padaku, nah ini nomer handphone dia 08xxxxxxxx0, hubungi dia agar dia berhenti menyakitiku
Laki-laki itu terlihat mengaduh kesal tapi tidak mampu berbuat apa-apa, pitingan pada tangannya sulit dilepaskan, bertubi-tubi jitakan pun mendarat di kepala kecil laki-laki itu. Wawa melihatnya meringis dan segera ia menyalin nomer yang tertulis di kertas tersebut dan menghubunginya.
Merasa handphone miliknya berdering, bergegas wanita itu merogoh kantong cardigannya. “Hallo… kamu baik-baik saja di dalam?” tanya wanita itu langsung.
“Hai mbak, aku baik-baik aja kok, jangan khawatir. Dan ya lepaskan pitingan mbak sama cowok rambut panjang itu, kasian dia,” pinta Aliana pada wanita yang ditelponnya tersebut.
“Eh iya, kok kamu bisa terkurung di mobil sih?” tanya wanita tersebut.
“Gak papa mbak, tadi aku ketiduran karena mereka gak mau bangunin ganggu tidur aku jadi aku ditinggal aja” jawab Aliana.
Sedikit mengobrol, dengan keputusan wanita dan adik sepupunya itu menunggu sampai yang punya mobil tempat Aliana terkurung kembali, Aliana sudah meminta untuk mereka tidak perlu merepotkan diri sendiri untuk menunggu karena akan membuat waktu saja. Aliana pun karena tidak ingin membuat orang lain terlibat dalam urusannya, ia akhirnya menghubungi Erisa meminta untuk Brian membuka kunci mobilnya. Aliana berpikir ini sungguh keterlaluan, mereka bersenang-senang tidak sama sekali mengingat ia yang terkurung di mobil. Aliana tidak bermaksud untuk diingat hanya saja apa mereka benar-benar tidak peduli ada adiknya sendiri. Begitu pikir Aliana.
Tidak lama Erisa, Salsa dan Brian datang. Brian kemudian membuka kunci mobilnya. Brian melihat bingung dengan dua orang yang berdiri di samping mobilnya. Sedangkan Salsa terpana dengan kelembutan wajah laki-laki tinggi tersebut.
“Hai?” sapa Salsa pada laki-laki tersebut, namun di jawab oleh wanita di sampingnya.
“Hai, kalian yang mengendarai mobil ini?” tanyanya pada ketiga orang tersebut.
“Ya,” jawab singkat Brian, sedangkan Aliana membuka pintu di sampingnya.
(c)
….