PROLOG
Orang laki-laki dewasa sedang dilindungi anak-anak dan berbicara dari para perompak yang masuk ke rumah, perompak ini bukan perompak biasa dari gelagatnya mereka adalah profesional.
Yasa mengembalikan istri dan dua anak laki-laki yang masih anak-anak di belakang punggungnya. Mereka tidak bisa mencari pertolongan apa lagi lari untuk menyelamatkan diri. Mereka tidak dapat berteriak karena percuma, mansion terletak jauh dari rumah-rumah orang, rumah di hutan tanam dan danau buatan. Berlari dari rumah ini pun ide yang buruk karena harus berjalan jauh ke gerbang baru bisa keluar rumah besar sekarang pun haru lari jauh di aspal.
Sementara para maid dan penjaga mansion sudah tergeletak mengenaskan dengan darah-darah menggenangi porselen mansion. Porselen putih berubah menjadi berwarna merah menggenang cairan kental dan berubah anyir. Para pembangkang harus memperbaiki-mengumpulkan untuk mengumpulkan mayat-mayat itu dalam satu ruangan seperti mereka melakukan pertahanan diri masal dengan menggorot leher dan menyatat tangan. Peluru yang bersarang di bagian kepala, d**a, perut dan juga hunusan benda tajam yang menembus perut. Darah kental menjadi sangat sulit, darah juga tersedia di mana-mana. Para penggemar itu menikmati pemandangan di pemulihan, hasil karya mereka.
Pembunuh ini hanya melepaskan lima orang tetapi mereka adalah pembela profesional yang mematikan. Mereka sama sekali tidak terluka mendapat serangan balik dari penjaga yang memberikan pertahanan walau akhrinya tetap dapat dikalahkan oleh pertahanan tersebut.
Lima mendorong itu bermain-sebelumnya dengan keluarga yang mulai menjadi sasarannya. Tidak lama terdengar suara heels yang menggema di rumah utama berjalan dengan santai menuju yang Yesi. Yesi mendapat senyum karena ia menerima wanita yang datang ini, Zura pun sama bahagianya juga melihat bertapa santainya wanita yang datang ini melangkahkan kaki dengan ringan tanpa beban, Zura tampak aneh dan tampak nanar dibalik, menonton sambil memeluk anak laki-laki-lakinya yang baru dilihat 7 dan 5 tahun.
Wanita itu miring. "Lanjutkan," ucapnya santai wanita itu setelah berhasil ia kembali dari rumah tersebut, ia tahu dengan pasti seluk belum rumah besar tersebut. Melihat senyuman dan mendengarkan ucapan wanita itu Yasa dan Zura menatap nanar wanita yang tengah menyingkir memberi ruang bagi para pelihat melayangkan aksinya.
Yasa masih setia mendukung tiga tubuh di belakangnya, ia tidak banyak berbicara dan bernegosiasi dengan para pembela karena ia tahu akan percuma. Para pembohong itu di utus oleh orang yang sudah diputuskan, orang yang tega membunuh satu keluarga yang tidak lain adalah keluarga kakak kandungnya sendiri. Sementara Yasa tahu dan ia memiliki bukti atas pembantaian ini karena Yasa adalah seorang detektif yang terkait dengan kasus ini, ia sudah melakukan verifikasi dan masih dalam pembuatan akhir untuk mencari verifikasi berikutnya sampai hari penetapan tersangka dalam transisi ditentukan. Kejadian itu malah terjadi dua hari sebelum sidang di laksanakan.
Sedang memakai topi hitam, tutupi wajah bagian dahinya, bertubuh tegap atau membawa samurai tajam yang menghasilkan kilatan putih saat mengambil sinar matahari. Benda tajam tersebut tentu saja akan memotong apa pun yang menjadi sasarannya. Memotong hingga mencapai dua atau menembus sampai ke ujung samurai tersebut terlihat keluar dari media yang telah dihunuskan menggunakan samurai tersebut.
Yasa bersiap dengan kuda-kuda berusaha melawan yang mencoba mereka. Membunuh itu menggunakan senjata sendangkan Yasa hanya mengandalkan tangan kosong.
Pembunuh itu mengayunkan samurainya tentang kaki Yasa, seketika kaki Yasa tersayat, mulai luka tidak mengeluarkan darah sama sekali karena mengguncang benda tajam yang menyiku daging diperbesar, beberapa detik berikutnya barulah darah mengaliri kaki Yasa. Zura tergugu bergetar melihat kaki terluka di depan matanya.
Yasa dengan menyeret di sebelah kanan mencoba untuk memberikan pertahanan pada lawan yang menyerangnya, di sebelah kanan dari percepatan di sebelah kanan dan sebaliknya memberikan satu sayatan lagi di perut kanan Yasa. Zura terlihat tidak sanggup melihat keputusan yang masih memaksakan untuk berdiri tegap berhasil memberikan pembelaan dan pembelaan dari yang menyerangnya.
"Ka-kau bo-leh mem-membunuhku, ketuk-tapi untuk-lama jangan mem-bunuh anak da-n-istri-ku," ucap Yasa terbata, mendukung memegang bagian perut kanannya yang melepaskan darah dalam.
Pembunuh yang menyerang Yasa hanya memberikan senyuman miring dengan mata tajamnya ia memandang Yasa yang sudah sekarat berdiri dengan posisi miring. Lalu membunuh itu memberikan kode pada kawanannya yang lain untuk menghampiri Zura dan dua putranya.
"Ja-ja-jangan," ucap Yasa terbata, ia melihat dua orang yang ikut mendukung istri dan kedua putranya. Saat itu terlihat menarik rambut Zura, dan menarik kedua putranya dengan kasar Yasa sangat marah. “KUBILANG JANGAN SENTUH MEREKA!” bentak Yasa dengan keras sambil memegang sakit pada bagian perutnya.
Zura ditarik dengan kasar pada kelapanya dengan menggenggam erat rambut Zura, dan menyeretnya ke sisi lain dari luar tersebut. Salah satu yang memperkosa Zura dengan kasar, merobek baju Zura yang dikenakan sehelai benang menempel di tubuh Zura. "Aaarghh ... SAKIT! Lepaskan! "Zura berteriak karena rasa sakit yang ia rasakan dari pemerkosaan yang terjadi, Zura merasa malu, menjijik pada tubuh yang sedang menggagahinya. Zura memberontak yang berusaha melawan yang menarik rambutnya, Zura yang mewakili wanita anggun tidak pernah berperang -nyentuh seluruh mantel.
"Ja-jangan, tolongh berhentihh!" ucap Zura yang terhentak tak berdaya, sedang digagahi oleh kemenangan itu dengan kejinya. Zura mendapatkan luka dibagian lehernya karena sayatan dari kemenangan itu. Zura terlonjak lemas karena hentakan dari kemenangan itu juga tarikan di kebebasan, tumpuan dicium d**a Zura yang tidak tertutup apapun, perbaiki itu juga menggigit d**a Zura demi uang, hal itu membuat Zura kesakitan untuk kesekian gunakan. Sampai ia tidak mampu bersuara lagi karena kesakitan tersebut. Zura lemas tak berdaya selain mata mampu terbang keluar dari tak terlihat. Zura yang diangkat sambil melihat untuk melihat yang sudah dikawal melihat ke Arahnya.
Yasa melihat istri tercintanya digagahi oleh salah satu dukungan yang tidak jauh darinya, yang tidak bisa bersuara banyak, karena terlalu banyak rasa sakit yang dia terima. Yasa melihat tatapan sayu dari itu karena rasa nikmat dan sakit yang menjadi satu diterima oleh karena itu.
Sementara kedua putra mereka melihat mama mereka yang baru saja meninggal, hanya menangis sambil di pegangangi oleh dua orang penggenggam lainnya.
“Kau lihat anakmu dan istrimu Yasa? Istrimu telihat menikmati disetubuhi oleh salah satu rekanku, kau ingin bergabung dengan mereka? Atau kamu ingin melihat anakmu juga akan menghentak nikmat di bawah kukung rekanku, ”ucap pendukung yang membawakan samurai di tanganya, yang sedang berbicara dengan Yasa yang sudah dipentaskan oleh belur dipukul oleh para pendukung itu. Yasa mendapatkan pukulan dibagian d**a, tangan kiri Yasa sudah ia patahkan olehnya. Pukulan di sudut bibinya juga sudah merobek sudut bibir Yasa. Luka yang Yasa diperoleh di kaki didirikan ditambah lagi oleh pembunuhi itu, menyayat-nyayat hingga terlihat tulang kering Yasa memutih.
Yasa melihat ke arah keturunan yang sekarang juga sudah menjerit kesakitan dan kesulitan, salah satu telah melepaskan baju anak laki-laki-lakinya yang pertama ditangkap 7 tahun. Melepas pakaian putra pertama Yasa hingga tersisa sehelai benangpun, sedangkan mendukung itu melihat ke arah tubuh putra pertama Yasa dengan tatapan lapar, ia mengangkat tubuh kurus dan putra putih pertama Yasa. Anak itu memberikan perlawanan dengan mengalahkan-mukulkan tanganya ke arah Pemberian itu. Pembunuh itu hanya tersenyum miring, ia sudah terangsang hebat karena melihat gerakan-gerakan putra pertama Yasa yang terlihat rumit di balik.
Pembunuh itu menciumi dan menggigit-gigit tubuh putra pertama Yasa, membuat tanda kemerahan dan biru keungunan di tubuh putih putra pertama Yasa. Pembunuh itu seperti seorang vampire peminum darah sangat menikmati santapan di depannya. Sedangkan anak itu mengengeluh kesakitan saat tiga jari tangan menembus holenya yang membuat ia terluka, tubuhnya pun digigiti oleh pembunuh itu hingga terluka. "Ayahh ... sak-kit / ahh!" racau anak pertama Yasa, Yasa memandang nanar, dicabuli oleh kemenangan itu. Pembunuhan itu tergolong tidak main-main pada anak-anak seperti yang dilakukan oleh yang menggagahi berbicara. Sementara anak kedua Yasa hanya menangis melihat kakak, bunda, dan memenangkan masing-masing berjauhan dengan kondisi yang tidak dapat dibilang baik-baik saja.
Di posisi Zura, Zura terlihat terpaksa menikmati setiap sentuhan dan hentakan cepat dari kemenangan yang menggagahinya, bagian bawahnya terasa sempit dan penuh oleh milik pembunuh itu. Rasa sakitpun berubah menjadi rasa nikmat tak terhingga. Walau Zura sudah tidak bertenaga, lemas karena kenikmatan dan rasa sakit yang ia terima.
Zura mengigit bibir di bawahnya, meminta tidak munafik dengan apa yang ia rasakan, menghabiskan saat mendukung itu menghisap dan menggigit-gigiti dadanya. Akal sehatnya untuk melawan sudah tidak ia dapati lagi. Berganti dengan keinginan terus dihentak oleh pembunuh yang menyerang mereka tersebut. Zura diperkosa dengan kasar oleh pembunuh itu, pembunuh itu tidak segan menjambak rambut Zura hingga beberapa helai rambutnya tercabut dari kulit kepalanya.
Klimaks sudah didapat oleh kemenangan itu, ia mencabut juniornya dan memasukannya ke mulut Zura, Zura jijik dengan benda di atas tersebut, ia sangat berkeinginan untuk memuatnya dan melawan yang telah dilihat pada saat itu, sehingga semakin menggila tidak cukup sekali. Pembunuh itu mencapai klimaksnya dan menumpahkannya di wajah Zura, wajah Zura tidak terlihat dalam kondisi baik-baik saja saat itu, ia ingin menangis jijik dengan itu sendiri, tetapi saat ini adalah tindakan percuma kita akan kebejatan orang-orang yang sedang ditonton oleh orang lain itu Zura dikembalikan oleh orang itu untuk dipindahkan milik penggantian itu, Zura sangat ingin dipulihkannya. Karena Zura melakukan kekerasan pada milik yang sedang memperkosanya, Kemenangan itupun marah dan menghantamkan kepala Zura di tanlai porselen hingga berdarah. Zura mengerang kesakitan, ia menggigit bibirnya kuat, sangat kuat hingga melukai bibirnya sendiri. Zura memberikan perlawanan dengan tangan menarik yang menggenggam rambutnya dengan baik lalu meminta kemulut, Zura tersenyum melihat kebalikan yang memiliki tampan yang cukup. Kemudian selanjutnya Zura menggigit hingga berdarah orang itu, sangat kuat untuk membuat kulit orang tersebut akan lepas dari tulangnya. Zura jadi terlihat seperti serigala lapar yang dimakan daging manusia. Zura tersenyum melihat tersenyum itu memiliki wajah cukup tampan. Kemudian selanjutnya Zura menggigit hingga berdarah orang itu, sangat kuat untuk membuat kulit orang tersebut akan lepas dari tulangnya. Zura jadi terlihat seperti serigala lapar yang dimakan daging manusia. Zura tersenyum melihat tersenyum itu memiliki wajah cukup tampan. Kemudian selanjutnya Zura menggigit hingga berdarah orang itu, sangat kuat untuk membuat kulit orang tersebut akan lepas dari tulangnya. Zura jadi terlihat seperti serigala lapar yang dimakan daging manusia.
"Arghhh ...! Jalang! Aku akan membunuhmu!" erang keras dari keberhasilan itu karena kulitnya mulai terkoyak besar karena ulah zura.
"Kau bertindak kurang ajar, maka itu membalas untukmu!" teriak zura yang sudah cukup banyak bekas luka di dalam yang tidak tertutup apapun itu.
"Arghhh ...!" geram gembira itu, lalu menarik rambut Zura hingga menyeretnya, Zura diikat di kaki meja dengan wajah menghadap ke bawah meja tersebut dengan posisi menungging.
Pembunuh itu kembali menyiksa Zura dengan cara memperkosanya kasar. Dengan posisi merangkat kerikat di kaki meja adalah posisi yang sangat tidak menguntungkan untuk Zura. Karena dengan posisi itu ia tidak dapat melakukan ikatan apapun pada pemerkosanya.
Darah sudah mendidih di kepala Yasa, rasa sakit pada akhirnya juga harus dibuka, ia melihat istri tercintanya disiksa begitu kejinya di depan ganti. Ia tidak dapat melakukan apa-apa karena ia sendiri terkulai lemah tak berdaya. prosesi pembunuhan yang akan dilakukan menjadi sangat lama. Sementara Yasa melihat apa yang dilakukan, ia kecewa pada yang diterima oleh dirinya sendiri, suara teriakan Zura yang tersiksa pun mengiris apresiasi.
"Arghhh ...!" teriak Zura tersiksa dengan posisinya, rasa pegal pun menjalar di seluruh, lutut yang menopang melawan pun sudah lemas, ia ingin runtuh ke lantai hanya saja orang yang sedang memperkosanya itu-kali menorehkan pisau di punggungnya jika ia mencoba roboh ke lantai atau pun hanya terlihat sudah gemetar tidak kuat.
Sementara kondisi putra pertama Yasa, sangat mengenaskan karena anak lubang robek harus menerima kejantanan orang dewasa yang sedang menggagahinya. Putra pertama Yasa berteriak karena rasa sakit yang ia terima, seluruh tubuh putihnya juga sudah diterima oleh lebam biru keunguan hasil karya orang yang memperkosanya, melepaskan hasratnya yang membuncah pada anak tersebut. Bibir anak pun tidak luput dari santapan, itu melumat bibir anak kecil jadi bibir anak itu membengkak terbakar dengan bibir bagian yang sudah dikeluarkan karena sobekan bekas gigitan. Bibir itu memerah semakin terlihat mudah disantap oleh predatornya.
Melihat kakaknya berteriak kesakitan putra kedua Yasa berteriak memanggil-manggil kakaknya. Karena suara teriakan yang memekakan telinga dari anak kedua Yasa, mengambil yang memegangnya membekap mulut anak sampai hidungnya tidak dapat bernafas, anak kedua Yasa meronta-ronta meminta dilepaskan karena ia mampu untuk bernafas. Anak-anak itu tercekik karena pasokan oksigen di dalam paru-parunya sudah menipis, bertambahnya oksigen karena tidak ada suplai oksigen yang menjalar di otaknya yang ada di bawah kepingan darah.
"Lihat anakmu," tunjuk lawan yang dekat dengan Yasa, tanduk yang membawa samurai diangkut. "Meskipun anakmu yang sekarang terbaring dalam kesulitan bernafas, masih tidak menerima tawaranku?" ucap kemenangan yang tetap setia dilihat yang dilakukan oleh rekan-rekannya, menerima tawaran saat ini pun sudah percuma karena tidak termasuk dari keluarga itu yang ada di dalam keadaan baik-baik saja bahkan sudah sangat sekarat.
Terlebih untuk anak kedua Yasa, sudah lengkap tetapi bekapan di mulut dan hidungnya masih bisa dilakukan. Yasa tidak tega pada saat masih tersisa 4 tahun harus sudah tersiksa seperti itu. Melihat Kondisi Berbicara Sudah Sudah Gila Ditambah Melihat Kondisi Kedua Dosa Yang Sangat mengenaskan.
"Kumohon, su-ruh rekanmu aku-tu un-tuk mele-pas-kan anak-ku," ucap Yasa terbata. Sambil mencoba melihat ke arah Orang yang berdiri angkuh di sampingnya.
"Percuma kau memohon kepadaku, karena itu hanya akan membuang tenagamu yang sudah sangat sedikit itu," balas orang itu. "Aku tidak akan menyuruh rekan-rekanku yang bermain asik, kita tonton saja aksi mereka sampai selesai," ucapnya. lalu ia mengambil posisi berjongkok, memegang rahang Yasa dan membisikkan sesuatu di telinga Yasa, "sampai aku menutup acara tontonan kita dengan kau yang menutup mata," bisiknya, setelah itu ia menyeringaian dan memiringkan melihat Yasa yang tenang sambil berfikir dengan orang yang tadi dikatakan.
Sementara anak kedua Yasa membeku karena bekapan ditutup oleh Yasa. Lemas sudah terkulai, ia mati karena kehabisan nafas. Yasa menangis karena tidak dapat melakukan apa-apa yang terjadi di depan mata. Anak pertama Yasa pun sama saja dalam pendeskripsian yang sulit untuk dipahami karena orang yang memperkosa baru saja 7 tahun itu, ia diperkosa oleh salah satu pembantai itu dengan kasar dan siksaan yang lebih tinggi dari anak itu sendiri.
Putra pertama Yasa terlambung-lambung karena hentakan-hentakan keras yang menuntut itu. Tidak ada rasa kasian pada anak yang sudah terkulai lemas seperti boneka, dilakukan setiap saat ia tidak melakukan perlawanan sama sekali karena sudah terlalu sakit pada ikatan, darah pun tidak lupa mengabsen seluruh tubuh anak itu pada bagian bawahnya yang robek. Setuju tidak sampai di sana,
Leher putra pertama Yasa tidak lagi terlihat putih bersih karena ada banyak tanda bercinta pada leher itu yang sangat knotraks dengan warna kulit putih bersih milik putra pertama Yasa Pembunuh yang mencium seluruh wajah putra Yasa, seperti candu untuk dilepas bersama putra Yasa. Setelah menikmati tubuh putra pertama Yasa, ganti menyudahi semua permainannya dan pergi dari tempat itu, ganti melalukan kegiatan keji Yasa tidak kuat melihat pemandangan sulit yang berhasil anak itu, ia meregang nyawapun masih di setubuhi oleh pencabul itu. Berkali-kali anak itu diperkosa, sang pemerkosa pun tidak sadar kalau anak-anak sudah besar perkosa sudah merengang nyawa ..
Pada Kondisi Zura, diajarkan itu tidak mampu lagi untuk mempertahankan posisi merangkaknya. Ia sudah roboh dan tidak perduli dengan hunjaman pisau yang menyayat-nyatat kulit punggungnya. Ia sudah tidak kuat lagi dengan penyiksaan yang ia terima. Lebih saat ini jika tidak memilih memilih mati atau tetap pada hidup dengan siksaan yang ia terima maka pilihannya adalah mati lebih baik dari pada menjadi pemuas nafsu.
Bagian punggung Zura sudah dikeluarkan oleh darah karena sayatan-sayatan penyiksaan yang dilakukan pemerkosanya, sementara dilakukan masih saja di perkosa. Zura sudah mulai kehilangan kesadarannya, senang semakin pening, ia sangat ingin melihat wajah sang suami dan kedua putranya. Namun tidak bisa, ia bisa bertahan dan mempertahankan kesadaran menunggu orang yang memperkosanya menyudahi aktivitasnya dan melepaskannya.
"Sudah main-mainnya Yon?" tanya jawab yang ada di dekat Yasa yang saat itu sudah setengah sadar.
"Aku rasa kembali lagi, aku masih belum mendapat," jelas yang mengutak-atik yang ditawarkan di antara wanita yang sedang menjepit kenjantanannya.
"Kalau begitu kamu senang sekali, karena waktu kita panjang untuk main-main di sini," seru Yakin sambil berjongkok melihat ke wajah Yasa yang tidak lagi bisa mengangkatkan, Yasa tergeletak lemah, jiwa dan raganya sudah tersiksa sekali.
"Kauh inginih kembali meminumnyahh atau aku akan membuat hangat rahimmuhh eh?" tanya pemulihan bernama Yon itu. Mendengar pertanyaan dari rekan-rekan dalam diskusi ini, menunjukkan bahwa mereka menonton keperkasaan dengan teman-teman mereka di rumah korban, membuat mereka tertawa.
Mendengar rekannya menertawakannya, mendukungnya tidak mengindahkan tawaan yang sudah pasti tertuju tersebut. Itu tetap fokus pada kesuksesan yang ingin ia kejar saat itu juga.
Karena tidak mendapat jawaban dari rekan kerja kerasnya, maka Yon memilih untuk menumpahkan seluruh sel telurnya pada rahim Zura. "Mana tau topcer, kamu nanti hamil," ucap kemenangan Yon itu, Zura sangat ingin bertarung sendiri ketika mendengar suara dari orang yang berjuang meraih kemenangan. Seluruh tubuh Zura telah mengalami rasa mati, ia tidak sanggup mengeluarkan suaranya. Zura menangis dalam diam karena merasa kotornya miliknya, yang dipikirkan Zura saat itu adalah mati dengan tenang dari pada harus tersiksa dan terhina seperti itu.
"Sudah cukup," ucap tembakan yang berada di dekat Yasa, ia melayangkan samurainya dan memotong-motong bagian tubuh Yasa menjadi beberapa bagian, kaki terpotong, perut yang robek habis dikeluarkan dan semua organ di dalam tubuh bagian perut Yasa. Yasa yang memang tidak lagi memiliki nyawa di raganya tidak terasa sakit sekali lagi samurai tajam yang dipotong-motong bagian hasil. Dan tetap menyiprat di beberapa bagain lantai hingga menggenang. Lantai yang putih itu terlihat sangat indah dengan hiasan genangan berwarna merah di atas, seakan lukisan indah itu yang bisa dinikmati keindahannya karena itu adalah yang menawan.
Tubuh putra pertama Yasa sudah mati, karena pendarahan yang dialaminya. Pembunuh yang memperkosa tubuh kecil yang mengeluarkan pistolnya yang menancapkan pistolnya di lubang yang berhak anak pertama Yasa, lalu menembakkan dua peluru dari lubang yang merusak organ bagian dalam anak tersebut. Sedang anak kedua Yasa yang lebih dulu meninggal, mendapatkan tembakan di bagian kepala dan dadanya.
Zura yang sudah dilepaskan dari ikatannya dan dapat dialihkan pandangannya ke Arah suami dan kedua putranya, yang ia lihat pertama adalah semua yang dilakukan para pemberontak itu. Zura menangis, melihat suami dan putrinya meninggal dengan tragis di depan menangis sendiri. Kondisi mereka melampaui mengenaskan.
“YASA‼ RIKSA‼ ELIO‼ KALIAN MEMBUNUH MEREKA, KALIAN SETAN‼” teriak murka Zura yang masih dalam keadaan tanpa selehai benangpun yang menempel di sana. Ia terlungkup tak mampu memanfaatkan lemas, peluang itu dimanfaatkan oleh kontribusi cinta sebelumnya. Para pendukung itu tidak menunjukkan bagaimana pun saat menyaksikan rekan mereka satu persatu membunuh sasaran mereka. Begitupula yang sedang dilakukan oleh hobi Yon. Ia mengarahkan pistolnya ke dalam milik Zura di tengah selengkangannya. Menancapkannya lalu melepaskan tiga peluru di Zura tentang organ dalam Zura. Dan Zura mati seketika dengan posisi tertelungkupkan pada tangan sang suami yang jauh dari jasadnya.
Hari itu adalah hari lenyapnya satu keluarga oleh kekejian pembunuh yang dengan teganya menyiksa dan melenyapkan keluarga tersebut. Pemberitaan yang sangat hangat beberapa hari berikutnya adalah pembantaian keluarga Yaska yang kaya rasa. Pembunuh dalam pencarian dan diputuskan tragedi itu adalah sebuah tragedi pemerkosaan dan pembunuhan, bukanlah sebuah perampokan karena tidak ada satu bendapun yang hilang dari manshion mewah tersebut.