BAB 2 -PERUBAHAN-

1180 Kata
Tiara masih bertatapan dengan pria yang asing itu, ia tak mengerti apa yang sudah dirinya langgar sebagai manusia, dan ia sangat ingin tahu bagaimana semuanya bisa seperti saat ini. Suasana di dalam kamar juga begitu hening, membuat keduanya larut dan saling beradu tatapan mata. Mereka mengunci bibir masing-masing, hingga terdengar embusan napas yang sedikit kasar dari Tiara. Wanita itu menegakkan tubuhnya, ia kemudian mendorong pria yang mengaku sebagai malaikat penjaganya itu. “Berhenti membual, kau membuatku muak.” Tiara kemudian melangkah ke arah pintu, ia membukanya. “Jika kau tak ingin menjelaskannya, maka kau bisa keluar.” “Manusia, bisakah kau tenang?” tanya pria itu dengan wajah malasnya. “Aku tak akan mempertimbangkannya, cepat keluar, atau aku akan memanggil pengawal.” Mendengar ancaman, pria tersebut segera tertawa. Tetapi setelah puas ia segera berhenti, lalu dengan begitu santai ia melangkah ke arah pintu. “PERMISI … PENGAWAL, BISAKAH KALIAN KEMARI? AKU INGIN MEMBUNUH TUAN PUTRI TIARA!” Tiara yang mendengar suara nyaring pria itu sungguh kaget, apalagi saat tidak ada satu orang pun yang datang untuk menemuinya. Apa yang terjadi? Apa semua pengawal di istana menjadi tuli? “Lihat? Tak ada satu pengawal, atau orang yang datang. Kau tahu kenapa?” Tiara yang mendengar pertanyaan itu hanya bisa diam, ia menelan ludahnya kasar. Ya … aneh sekali jika tak ada satu orang pun yang datang untuk melihat bagaimana keadaannya sekarang ini. “Karena hanya kau yang bisa melihat, dan mendengar suaraku.. Hanya kau yang bisa menyentuh, dan tahu aku ada.” Pria itu kemudian masuk, dan ia langsung duduk pada sofa di dekat jendela. Tiara yang mendengarnya hanya diam, tetapi pada detik berikutnya ia segera menutup pintu. “Katakan, pelanggaran apa yang sudah aku lakukan? Kenapa aku bisa ada di sini, dan kenapa kau harus muncul di hadapanku?” “Kau sudah melanggar aturan dunia,,” sahut pria itu. “Aku tahu! Kau sudah mengatakannya. Tapi … aturan seperti apa yang kau maksud?” Pria itu langsung menghilang, ia malah berdiri di belakang Tiara, dan menjadikan bahu Tiara sebagai tempatnya menopang kepala. “Kau bunuh diri, dan itu pelanggaran terberatmu. Karena Pemimpin Dewa Kematian belum menugaskanku untuk mencabut nyawamu, dan karena al itu pula waktumu berputar mundur.” Tiara yang mendengar hal itu menelan ludahnya kasar. “K-kau? Ditugaskan mencabut nyawaku?” Tiara hanya kaget karena pria yang mengaku sebagai malaikat pelindungnya, malah bertugas untuk membunuhnya juga. Tiara merasa kepalanya begitu sakit, ia kemudian menatap pria itu lagi. “Apa yang bisa dilakukan, aku tetap akan mengalami nasib yang sama lima tahun ke depan, dan jika aku mati, maka aku hanya akan kembali ke tempat ini lagi.” “Bodoh,” ujar pria itu. “Kau seharusnya memperbaiki semua yang terjadi, dan membuat akhir yang berbeda untuk lima tahun ke depan.” Tiara menelan ludahnya kasar. “Kau pasti tahu semuanya, kenapa kau tidak mengatakannya padaku?” “Karena itu melanggar aturan,” balas pria itu dengan begitu santai. Tiara mengepalkan tangannya. “Kenapa kalian yang tahu harus diam? Seharusnya kalian mengatakan semuanya!’ “Karena kehidupan manusia adalah milik mereka. Kammi hanya bertugas menjaga manusia itu sampai ada perintah untuk mengambil jiwanya.” Tiara yang mendengar pengakuan seperti itu kembali bungkam, ia tak bisa mengandalkan orang yang bahkan tak ingin memberikan informasi untuknya. Benar-benar merepotkan, dan mulai hari ini ia harus menyelidiki semua yang terjadi dengan sendiri. Tapi … Bagaimana jika tidak ada hasil yang bisa ia dapatkan? “Sudah larut,, dan sebaiknya kau tidur. Kau bisa memikirkan banyak hal, dan susun rencana yang benar-benar baik. Tuan Putri … aku akan melihat semuanya, dan menikmatinya dengan baik.” “Sialan!” maki Tiara. “Ssssttt … sangat tidak pantas hal seperti itu keluar dari bibir seseorang dengan jabatan sepertimu.” Tiara kemudian melangkah ke arah ranjang, ia berbaring di peraduannya, dan memeluk guling. Baiklah … jika tak salah besok mereka akan mengadakan perjamuan teh, dan ia harus menghadirinya. “Selamat malam, manusia.” Ruangan itu menjadi begitu gelap, dan ria yang mengaku sebagai malaikat penjaga segera berjaga. “Kau … siapa namamu?” “Leo,” balas sang pria. “Dalam zodiak, kau adalah singa jantan yang luar biasa tangguh. Tak kusangka kau begitu menyebalkan.” “Tidurlah, manusia.” Tiara segera memejamkan mata, dan saat itu pula ia jatuh ke alam mimpi. … Pagi datang dengan begitu cepat, dan Tiara juga bangun dari tidurnya. Saat ini ada banyak sekali orang yang berada di kamarnya, mereka adalah para pelayan yang mengemban tugas untuk melayaninya, dan orang-orang yang selalu setia menemani paginya. Tiara segera duduk, ia menatap kanan dan kiri, mencari keberadaan pria yang bicara bersamanya semalam. Wanita itu bahkan tak peduli pada para pelayan yang menatap heran padanya, mungkin mereka merasa semuanya sudah hadir dengan lengkap di dalam ruangan, dan sang putri tak perlu mencarinya lagi. “Selamat pagi, Tuan Putri.” Tiara yang sejak tadi mencari Leo segera memalingkan perhatiannya, ia melihat semua pelayannya sedang membungkuk, menunggu ia mengatakan beberapa hal. “Selamat pagi, kalian boleh berdiri dengan tegap,” balas Tiara. Semua pelayan itu kemudian menuruti ucapan sang putri, mereka kemudian memberikan senyuman terbaik. “Apa Tuan Putri ingin mandi terlebih dahulu? Atau mungkin membaca beberapa buku dari perpustakaan istana seperti biasa?” “Aku ingin membaca terlebih dahulu, bawaan buku sejarah, dan jangan lupa dengan s**u hangat.” “Saya mengerti, Tuan Putri.” Salah satu pelayan segera meninggalkan kamar Tiara, dan pelayan yang lain juga menunggu perintah dari sang putri. “Pukul berapa acara minum teh akan dilakukan?” “Pukul tiga sore, Tuan Putri.” “Siapkan gaun terbaikku, dan juga … aku ingin Zulfa tidak menghadiri jamuan ini.” Semuanya kaget, setahu mereka sang putri begitu perhatian dan baik kepada sepupunya itu, bahkan kehadiran Zulfa di istana juga karena sang putri yang menginginkannya. Ada apa gerangan? Kenapa sang putri berubah dengan sangat cepat? “Jamuan ini hanya untuk keluarga inti, dan hanya aku, Ayahanda, dan Ibunda yang bisa menghadirinya. Lagi pula … Ashen sekarang adalah pangeran di istana ini, dan aku tak bisa membiarkan calon suamiku melihat wanita lain selain aku saat pesta minum teh.” “Kami mengerti, Tuan Putri,” ujar para pelayan. “Keluar … aku ingin sendirian sekarang.” Para pelayan bertambah kaget, biasanya sang putri akan dengan begitu manja dan meminta mereka semua ada di dalam kamar. Sang putri biasanya benci sendiri, dan pagi ini kelihatannya begitu berbeda. Apa kedewasaan datang dengan cepat setelah pertunangan itu? Apa mereka semua akan baik-baik saja jika sang putri tak ingin ditemani seperti dulu lagi? “Aku hanya merasa perlu belajar untuk sendirian, kalian tak perlu khawatir akan hal itu.” “Baik, Tuan Putri, kami mengerti.” Para pelayan segera keluar, tetapi mereka akan berjaga di dekat pintu, dan menunggu titah dari sang putri. Pintu kemudian tertutup, dan saat itulah Tiara menghela napas. Ia sudah mencoba menjadi putri yang agak kejam, ia mengesampingkan sikapnya yang lembut dan murah hati. Jika ia tak ingin ditusuk dari belakang, maka ia harus melangkah lebih jauh untuk menghindari hal tersebut. Saat ini ia akan menjauhkan Zulfa dari Ashen, dan itu juga bertujuan untuk menyelidiki bagaimana keduanya berusaha untuk saling terhubung.. “Langkah yang besar dan juga berani,” komentar Leo. Tiara segera menatap ke samping, ia melihat dengan jelas Leo yang terbaring di sisinya. “Aku terbangun karena kau dan pelayan-pelayanmu sangat berisik. Rutinitas di pagi hari, dan sangat menyebalkan.” “Siapa yang mengizinkanmu tidur di tempat yang sama denganku?” “Tenanglah, aku sudah sering melakukannya. Bahkan saat kau masih dalam kandungan Ratu, aku juga tidur di rahim Ratu untuk menjagamu.” Seketika wajah Tiara memerah, menahan malu, kesal, dan ingin mencekik pria gila di dekatnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN