"Kau tahu, Sebastian? Terlalu sering menggunakan hand sanitazer juga tidak bagus untuk kesehatan kulit tanganmu. Selain bisa mengurangi kelembapan nya juga membuatmu ketergantungan." Sienna meletakkan peralatan makan kotor bekas pakai mereka setelah makan malam.
"Aku tahu." Sedangkan Sebastian meletakkan kembali botol berisi pembersih telapak tangan itu di tempatnya semula, yang memang selalu tersedia di rumahnya. Seperti halnya antiseptik yang merupakan hal wajib baginya.
"Lalu mengapa kau masih saja sering menggunakannya?"
"Hanya tidak bisa meninggalkan kebiasaan ini begitu saja." Pria itu menyandarkan bokongnya pada meja makan.
"Mungkin mencuci tangan dengan air lebih baik?"
"Benarkah?"
"Ya."
"Aku hanya merasa cukup nyaman dengan ini. Lagipula lebih aman juga jika nanti aku menyentuhmu." Sebastian tersenyum sementara Sienna memutar bola matanya.
"Tapi, jika menurutmu lebih baik mencuci tangan dengan air baiklah." Lalu dia mendekati Sienna yang tengah mencuci peralatan makan dan mengulurkan kedua tangannya melewati pinggang perempuan itu.
"Sebastian?" Dan Sienna sempat menghentikan kegiatannya sejenak hingga Pria itu meletakkan kedua tangannya di bawah air kran yang mengalir.
"Sabun." Tubuh Sebastian sudah menempel pada punggung Sienna dan bibirnya hampir menyentuh leher perempuan itu.
Napas hangatnya berhembus di tengkuk membuat Sienna membeku.
"Sabun, Sienna." Pria itu berbisik dan dia mendekatkan wajah mereka.
"Umm …." Sienna pun mengerjap kemudian dia mengambil botol sabun di sisi bak cuci dan membubuhkannya pada tangan Sebastian.
"Kenapa kau gugup?" bisik Sebastian lagi dengan dadanya yang juga berdebar kencang.
Dia menggosokkan kedua tangannya sehingga timbul busa dari sabun yang diberikan perempuan itu.
"Ti-tidak, siapa bilang? Kenapa juga aku harus gugup?" Sienna cepat menjawab dan dia berusaha untuk tetap tenang meski pada kenyataannya hatinya juga terasa hampir meledak.
Bagaimana tidak? Saat ini mereka hampir tak berjarak dengan posisi yang membuat siapa pun akan merasa canggung.
Sienna bahkan bisa merasakan sesuatu yang keras menekan pantatnya, dan dia tahu itu apa.
"Dan aku terbangun, Sienna." Sebastian berbisik lagi.
Dia kemudian mengecup leher perempuan itu dengan lembut namun membuatnya merasa meremang.
Napas Sienna mulai berhembus kencang dan jantung di dalam dadanya semakin berdebar.
"Kau tahu, sepertinya aku mulai terbiasa dengan hal ini dan aku rasa … tak akan ada yang bisa menghentikanku, bukan?" Sebastian cepat-cepat membasuh tangannya dengan air dari kran.
Kemudian tangan basah itu berpindah pada perut Sienna da menyingkap kausnya sehingga dia dapat menyentuh kulit mulus dibaliknya.
Lagi-lagi Sienna menahan napas ketika rasa dingin dari tangan basah Sebastian menyelinap di perutnya dan terus naik ke atas.
"Ng … Sebastian?" Namun perempuan itu segera menghentikannya.
"Ya, Sienna? Kau tidak mengizinkanku? Sementara semalam kita sudah melakukannya?" Pria itu bertanya.
Dan Sienna akhirnya tak bisa menolak, yang kemudian membiarkan Sebastian melakukan apa yang dia inginkan.
Sebelah tangan pria itu merayap di perutnya, sementara tangan yang lainnya mendorong wajah Sienna sehingga bibir mereka bertemu. Dan segera saja, pria itu meraupnya dengan semangat.
Mereka berpagutan dengan penuh hasrat dan Sienna membiarkan Sebastian menyentuh apa pun yang dilewati tangannya.
Pria itu mencengkram lehernya dan mengusap-usapnya untuk beberapa saat sebelum akhirnya tangan besar itu turun da menyelinap di bagian atas sehingga dia menemukan gundukan lembut milik Sienna.
Napas mereka menderu-deru dan gairah keduanya cepat menanjak. Apalagi Sebastian yang tengahenjeljah tubuh indah dalam dekapannya, dan ini menjadi semacam kegiatan yang mulai dia senangi.
"Oh, Sebastian!" Sienna mendesah ketika tangan pria itu turun dan menyelinap di balik celananya. Dan pada saat dia melepaskan cumbuan, pria itu menciumi telinga dan tengkuknya. Bersamaan dengan dia yang mencapai pusat tubuhnya yang sudah basah.
Sienna menahan napas ketika jari Sebastian menyusup ke dalam dan bermain-main di sana.
"Oohhh!" Perempuan itu mendongak ketika sentuhan Sebastian menjadi semakin liar saja, dan dirinya tak dapat lagi menahan diri. Sehingga tubuhnya bergetar mengalami pelepasan
"Ahhh!" Dan dia hampir ambruk jika saja tak berpegangan pada pinggiran counter.
Terdengar kekehan dari mulut Sebastian dan pria itu terus menciumi tengkuknya. Namun dia tak membiarkannya beristirahat untuk menenangkan diri setelah pelepasan pertama.
Sebastian memeluk perutnya erat-erat sehingga Sienna tetap berdiri meski kakinya terasa bergetar. Dan dia segera menurunkan celana perempuan itu hingga terjatuh di lantai, lalu mengangkat sebelah kakinya dan menyandarkannya di counter.
"Ugh!" Sesuatu menerobos inti tubuhnya yang masih sangat ketat dan pria itu segera menghentak.
Napas keduanya menderu-deru dan gairah sudah di ubun-ubun. Sebastian bahkan melucuti pakaian mereka berdua lalu melemparkannya ke belakang hingga berserakan di lantai dapur lalu meneruskan hentakannya.
"Sebastian!" Sienna memekik saat hentakan itu terasa semakin kencang hingga dia harus berpegangan kuat pada counter agar dirinya tidak ambruk.
Setelah beberapa saat Sebastian melepaskan alat tempurnya dan menarik perempuan itu. Kemudian meraup tubuhnya dan mendudukkannya di meja makan, lalu tanpa menunggu lama dia kembali menautkan milik mereka berdua.
"Ahhh!" Sienna kembali mendesah dan kini lebih keras. Sementara pria itu asyik berpacu dan kembali melanjutkan cumbuan. Dan dua gundukan di depan wajahnya segera dia lahap dengan penuh semangat.
Erangan dan desahan terus mengudara dan suara percintaan pada malam itu semakin menggila pada dua orang yang perasaannya telah bertaut. Dan mereka menjadi tidak terkendali.
Sienna bahkan sampai merebahkan tubuhnya diatas meja ketika dia sudah mulai tak bisa menahan lagi. Sedangkan Sebastian masih tetap mempermainkan tubuhnya.
Kedua kakinya dia tekuk hingga ujung-ujung jarinya menekuk ke bawah saat pria itu terus mengobrak-abrik tubuh dan perasaan. Dan Sienna tampak tidak bisa bertahan lebih lama.
Lalu setelah beberapa saat tubuhnya mengejang diikuti erangan keras keluar dari mulutnya. Dan di waktu yang bersamaan Sebastian pun menekan pinggulnya keras-keras ketika mereka mencapai pelepasan bersama.
***
"Sienna, apa kau sudah selesai?" Sebastian menerobos masuk ke dalam kamar Sienna ketika perempuan itu sedang berpakaian.
"Sebastian! Kenapa langsung masuk?" Yang membuat si empunya kamar protes karena dia terkejut.
"Memangnya kenapa? Tidak ada orang lain di rumah ini?" Dan pria itu menatapnya yang baru saja mengenakan pakaian bagian atasnya. Berupa kemeja berwarna biru muda yang baru dikancingkan sebagian.
"Setidaknya ketuk dulu!"
"Kenapa?"
"Siapa tahu aku sedang beepakaian seperti ini."
"Aku tidak ada masalah dengan itu, lagi pula kau istriku kan? Aku sudah melihat semua yang ada padamu sejak kemarin malam." Pria itu tertawa.
Sienna mendengus keras, tapi ucapan Sebastian memang ada benarnya juga.
"Ada apa?" Lalu dia menarik handuk untuk menutupi bagian bawah tubuhnya yang hanya berbalut celana dalam tipis berwarna merah yang membuatnya terlihat seksi.
"Pakaianku," jawab Sebastian.
"Ada apa dengan pakaianmu?"
"Bisakah kau pilihkan untukku?" Pria itu mendekatinya.
"Biasanya kan kau pilih sendiri?"
"Tapi sepertinya sekarang aku ingin ada yang memilihkan. Aku kan punya istri?" jawab Sebastian.
"Ish, manja nya!" Sedangkan Sienna kembali memutar bola matanya, membuat pria itu tertawa.
"Pilih sendiri lah, aku kan juga sedang berpakaian?" Sienna menunjuk dirinya sendiri.
Namun pria itu menatapnya seraya mendekat.
"Sekarang apa?"
Sebastian tak menjawab, namun salah satu sudut bibirnya tertarik ke atas membentuk seringaian.
"Sebastian?" Dan Sienna mundur karenanya.
"Baiklah, kalau begitu sepertinya aku harus …." Sebastian semakin mendekat.
"Tidak!! Hari ini kita harus bekerja. Kalau sesuatu terjadi kita bisa terlambat, bukan?" Perempuan itu sedikit tertawa, lalu dia bergegas menuju ke kamar Sebastian. Sementara pria itu hanya terus tertawa.