Hubungan Berbeda

1006 Kata
Sebastian mengecup telinga Sienna dengan lembut sementara kedua tangannya membelai setiap jengkal tubuh perempuan itu. Lalu bibir lembutnya turun menyusuri rahang, pipi, dagu dan leher jenjang Sienna yang kembali memanas seiring sentuhannya yang semakin intens. "Aahhh!" Dan perempuan itu mendesah ketika alat tempur milik Sebastian perlahan terbenam pada miliknya. Dia memejamkan mata kala rasa perih itu kembali menjalar di pusat tubuhnya. Tapi kali ini bercampur nikmat. Sienna menggigit bibirnya kuat-kuat saat Sebastian mulai bergerak dengan kedua tangan yang meremas erat pinggang pria itu. "Eee … Sebastian!" Dia mulai merintih. Keningnya yang berkeringat menjengit dalam karena dia menahan perih, namun kedua pipinya merona ketika di saat yang sama ada rasa nikmat menjalar ke seluruh tubuh. "Ya Sayang?" Pria di atasnya menyahut tanpa menghentikan hentakannya sama sekali. Napas Sienna semakin memburu dan dadanya naik turun dengan cepat. Wajahnya menjadi semakin merah dengan akalnya yang kian memudar. Sebastian membawanya melayang mengarungi nirwana yang belum pernah dia alami sebelumnya. "Ohh, Sebastian!" erangnya, dan kepala perempuan itu terdongak ke belakang. Dada indahnya bergerak seiring hentakan yang semakin keras dan Sebastian sangat menikmati pemandangan indah di bawah sana. Membuatnya tidak tahan untuk menyentuh dan mempermainkan benda itu yang puncaknya telah mencuat. "Oouuhh!" Sementara Sienna mengerjap-ngerjapkan matanya untuk mempertahankan kesadaran. Namun dia gagal, pria itu benar-benar membuatnya terlena. "Oh … kau cantik sekali, Sienna. Cantik." Dan Sebastian kembali menatap wajah Sienna yang semakin merona dengan keringat yang terus muncul di dahinya. Lalu dia kembali mencumbu bibir menggoda perempuan itu yang kini telah menjadi candu baginya. Erangan tertahan kian mengudara dan suara percintaan itu menjadi semakin jelas. Ketika dua manusia yang memiliki perasaan dan hasrat sama saling menyentuh dan merasakan. Dan hal itu menjadi semakin tak terkendali seiring meningkatnya gejolak gairah di antara mereka berdua. "Mmm … Sebastian!" Sienna terus meracau ketika dia merasa hampir sampai pada klimaksnya, sementara pria di atas hanya menggeram ketika dia merasakan denyutan di pusat tubuhnya. Lalu di detik berikutnya Sienna hampir menjerit ketika pelepasan menghantamnya, bersamaan dengan Sebastian yang juga tiba di puncak. Dan sesuatu dari dalam diri mereka memancar lalu melebur menjadi satu. *** "Ada apa kau ini?" Suara Sebastian membuat Sienna melonjak. Dan perempuan itu hampir saja menjatuhkan cangkir kopi di tangannya. "Sebastian! Kau mengagetkan aku!" Sienna bereaksi. "Gerak-gerikmu mencurigakan. Memangnya siapa yang sedang kau intip?" Dan Sebastian menjulurkan kepalanya dari celah pintu seperti yang dilihatnya dilakukan oleh Sienna barusan. Perempuan itu mendengus keras. Dia beranjak dari hadapan suaminya kemudian pindah ke ruang tengah. "Hey, Sienna? Kau belum menjawab pertanyaanku!" Dan Sebastian mengikutinya. "Masa bodoh, kau menyebalkan!" Perempuan itu menyesap mocca latte yang diseduhnya barusan sambil melirik ke wajah suaminya dari balik cangkir. "Heh, bukankah sudah kukatakan untuk tidak meminum minuman selagi masih panas?" Sebastian merebut cangkir keramik tersebut lalu diletakkannya di meja. "Ini bisa merusak gigimu, tunggulah sampai dingin." "Kopi mana enak kalau dingin? Kau ini ngarang!" Namun Sienna segera merebutnya kembali. "Kau tidak mendengarku ya?" "Dengar, Pak Dokter. Aku dengar. Apa pun yang kau katakan sudah pasti aku mendengarnya, jangan khawatir aku pasti ingat." Perempuan itu menjawab. "Tapi kenapa kau masih melakukannya?" "Kau tahu, hidup terlalu sehat itu membosankan. Semuanya menjadi terlalu aman dan tak ada apa pun yang membuatnya terasa menyenangkan" "Apa katamu?" "Seperti halnya jika terlalu bersih." "Kau sedang menyindirku, ya?" "Tidak. Aku hanya sedang berbicara." "Berbicara soal apa?" "Soal …." Sienna merasa wajahnya kini memanas. Tiba-tiba saja bayangan pergumulan mereka semalam terlintas di kepalanya dan itu membuatnya sangat malu. Ugh! Otak sialan! Apalagi saat ini Sebastian sedang menatapnya tanpa berkedip sedikitpun karena dia sedang menikmati pemandangan indah di pagi hari. "Berhentilah, Sebastian!" Lalu dia meraup wajah suaminya dengan gemas. Dan pria itu kini tidak menghindar. Mereka bahkan duduk dengan posisi begitu dekat dengan kedua lutut hampir saling bersentuhan. "Apa?" Pria itu terkekeh, dan tangannya mulai merayap dan meraih tangan Sienna sehingga jemari mereka kini saling bertautan. Dan perempuan itu menatapnya dengan raut takjub. Sebastian menyentuhnya tanpa rasa gugup atau gemetaran seperti sebelumnya, dan hal itu membuatnya merasa senang. "Tiba-tiba saja kau jadi pemberani." Sienna bergumam. "Kau tidak tahu saja saat ini jantungku berdebar sangat kencang. Hatiku ketakutan dan otakku berpikir tentang kematian." Sebastian mengucapkannya dengan santai. "Lalu kenapa kau memegang tanganku?" Perempuan itu menatap tangan mereka tanpa berniat melepaskannya karena ini terasa begitu menyenangkan. "Karena aku ingin. Lihat? Aku masih hidup." Lalu Sebastian mengangkat tangan mereka dan juga menatapnya dengan gembira seolah dirinya telah memenangkan pertempuran. Membuat senyum Sienna terbit seketika. "Terima kasih untuk semalam, kau sudah membantuku," bisik pria itu seraya menarik tangan Sienna sehingga istrinya tersebut bergeser semakin dekat. Sienna hanya terdiam, namun di dalam hatinya dia bersorak gembira karena merasa mungkin ini adalah awal yang baik bagi mereka. Menyadari kemajuan pada hubungan ini yang membuat hati keduanya semakin tertaut satu sama lain. "Sienna?" panggil pria itu yang tak bosan menatap wajah cantik Sienna yang kini terlihat berbeda di matanya. "Ya?" "Apa masih sakit?" tanya nya sambil menyeringai. "Umm … maksudmu?" "Bukankah aku yang pertama bagimu? Apa rasanya sakit?" Pria itu mengulangi pertanyaan. "Eee …." Wajah Sienna kembali memanas dan memerah. Namun hal tersebut membuat Sebastian tertawa terbahak-bahak. "Ish!" Sementara Sienna mendelik sambil menepuk paha pria itu dengan keras. "Awww! Itu sakit, Sayang!" "Kau ini menyebalkan! Tidak ada romantis-romantisnya setelah kita bercinta!" "Hah, apa?" Sebastian menghentikan tawa. "Kau tidak romantis padahal semalam adalah pertama kalinya kita bercinta," jelas Sienna. "Benarkah? Apa aku membuatmu tidak senang?" "Bukan begitu!" "Lalu?" "Apa aku membuatmu senang?" Sebastian mengulum senyum saat bayangan percintaan semalam melintas di pikirannya. Ketika perempuan itu meracau di bawah kendalinya, dan mereka sama-sama kehilangan akal. Dan tiba-tiba saja dia merasa celananya menyempit. Rupanya ada yang terbangun di bawah sana. "Umm …." Dan Sienna membuang pandangan dengan pipi yang semakin merona. "Hei, Sienna! Aku …." Namun Sebastian menyentakkan tangannya sehingga Sienna kembali menatapnya. "Tidak mau! Yang semalam itu sudah cukup, aku masih merasa sakit." Perempuan itu merengek sambil tertawa. "Benarkah?" "Iya, dan lagi aku …." Dia menggantung kata-katanya. "Apa?" "Umm … aku … lapar. Ya, aku lapar. Tidak kah kau juga? Jadi, aku akan membuat sarapan dulu sekarang ini. Ya." katanya, dan dia melepaskan genggaman Sebastian lalu beranjak dari tempat duduknya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN