7. Pencarian jasad Putri

1629 Kata
"Maaf Rey, aku percaya kok sama kamu. Aku cuman kaget aja, kirain aku kamu hanya bisa lihat hantu dan gak punya kemampuan lainnya." aku langsung mengangguk. Kalaupun tidak percaya ya tidak apa-apa juga sih. Memangkan hal ini susah untuk di jelaskan dengan logika, tak semua orang bisa percaya. "Tunggu, tadi kamu bilang kita melupakan sesuatu? Maksudnya?" tanya alvin. Ah sepertinya Alvin cepat tanggap juga ya. Hanya dia yang fokus pada pembicaraanku. "Ternyata Putri diperkosa secara bergilir. Bukan hanya pacarnya saja tetapi temen pacarnya juga mencicipi tubuh Putri secara bergilir." aku mulai terisak, hatiku berdesir ngilu. Sebenarnya aku tidak ingin menangis, namun kejadian dimana Putri diperkosa sangat jelas membekas dipikiranku. Aku tak bisa membayangkan jika diriku lah yang menjadi Putri. Bayangan itu seperti siluet, terus menerus berputar di otak kecilku. Apalagi dengan sadisnya mereka menyayat bagian sensitif tubuh putri padahal waktu itu Putri masih dalam keadaan setengah sadar, mereka tak memikirkan bagaimana Putri kesakitan, setelah mahkotanya di rengut tubuhnya pun disayat-sayat. Apa mereka psikopat?! Masih SMA sudah berani melakukan hal seperti itu, bagaimana dengan orang tuanya? Apakah orang tua mereka adalah Mafia atau lebih dari seorang psikopat dan mafia! Reynand terlihat menghela nafas, sebelah tangannya terangkat untuk mengusap rambutku dengan lembut. "Ceritakan apa pun yang kamu lihat." Aku mendongak, menatap Reynand dengan sisa air mataku. Pertanyaan lembut tetapi dingin, aku tak bisa menggambarkan bagaimana Reynand berbicara padaku. "Aku malu nyeritain nya," Reynand nampak berpikir namun matanya masih fokus ke arah depan memperhatikan jalanan tol yang lenggang. "Kok malu, kenapa?" "Aku ngelihat kejadian dimana dia disiksa dan.. diperkosa" pipiku tiba-tiba saja panas, aku yakin sudah merona. Jujur saja aku tak pernah melihat adegan seintim sekaligus sesadis itu. Reynand terkekeh membuat aku mengernyit. Bukan hanya Reynand saja, tetapi Alvin dan beberapa orang dibelakang juga seperti sedang menahan tawa namun gagal. Karena detik selanjutnya mereka malah tertawa cukup keras. Aku menatap mereka satu persatu dengan sisa-sisa air mataku. Karena malas fokus dan membaca pikiran, jadi aku menunggu jawaban dari mereka saja. "Dasar bocah! Lo belum cukup umur buat lihat adegan kayak gitu," tawa Alvin semakin pecah setelah berbicara seperti itu. Hmm apanya yang lucu ya? s**l! Aku ditertawakan. "Bisa tidak, gak usah dilihat, Rey. Nanti otak kamu malah terkontaminasi lagi" setelah Reynand berbicara seperti itu, barulah aku mengerti arah pikiran mereka. Baiklah aku memang masih kecil dan belum pantas melihat adegan dewasa seperti itu. Tapi bukannya itu adalah ketidaksengajaan? Kak Reyna, aku pindah ke mobil sebelah ya. Soalnya aku gak kuat sama aura nya ka Reynand. Aku bisa hancur kalau nyentuh atau tersentuh kak Reynand, kalau butuh panggil saja nama ku. Aku mendengar suara lembut Putri kembali, aku segera menatap ke arah belakang dan benar saja Putri sudah tidak ada disana, hmm tepatnya di jok tengah duduk diantara Valen dan Alvin. Hmm maksud nya apa ya dengan aura Reynand? Apa jangan-jangan ini ada kaitannya dengan aku yang menyentuhnya maka para arwah menghilang? Dan itu juga yang membuat para arwah tidak ingin menampakkan wujudnya saat aku berdekatan dengan Reynand. Tapi masa sih? Lagi pula kenapa Putri nebeng di mobil dia pasti bisa berpindah dengan cepat dan duluan sampai kesana. Hmm dasar hantu manja! Aku melihat Valen masih memejamkan mata nya. Apa dia sedang tertidur? Tapi masa bodo. Aku tidak peduli lagi dengannya. Ya! Tak akan peduli lagi. *** Ikuti aku. Kita semua sudah berkumpul ditepian hutan di pinggir jalan. Kata Putri kita harus mengikutinya agar sampai ke arah jasadnya berada. Aku dan Reynand berjalan agak berjauhan, sengaja menjaga jarak dengan Reynand agar Putri dapat kulihat keberadaannya. Sebenarnya ingin sekali aku menggandeng tangan Reynand karena hari sudah gelap dan aku takut sekali karena melihat banyak arwah yang gentayangan, jam judah menunjukkan pukul enam sore. Aku dapat melihat mereka namun mereka nampak enggan mendekatiku. Apa benar ya apa yang dikatakan oleh Putri bahwa aura Reynand sangat kuat dan dapat menangkal makhluk halus? Atau aura Reynand hanya berlaku untukku saja? Ah opini yang tak mungkin! Saat sudah hampir sampai aku menyuruh mereka berhenti. "Kenapa berhenti?" tanya Reynand menatapku bingung. Aku menggeleng lalu menundukkan kepala, sebenarnya malu juga berbicara seperti ini. Tapi ini adalah permintaan dari Putri sendiri. Lagi pula aku tidak ingin mereka melihat tubuh t*******g Putri, lebih tepatnya sih Reynand. Ada segelintir rasa tidak ikhlas jika Reynand sampai melihatnya. "Putri dibuang dalam keadaan t*******g. Maksudku, biar aku dan Valen saja yang mengurus jenazahnya, kita kan sama-sama perempuan. Hmmm Putri bilang dia tidak ingin kalian melihat tubuh telanjangnya meskipun dia sudah tiada." Sontak saja mereka semua melihatku dengan tatapan terkejutnya. "Serius kalian berdua bisa mengevakuasi nya?" tanya Alvin seolah meragukan. Sebenarnya aku malas harus seperti ini kembali dengan Valen. Tapi mau bagaimana lagi, yang di bilang Putri memang benar. Meskipun itu hanya jasadnya tapi setidaknya tidak menambah daftar laki-laki yang telah melihat lekuk tubuh indahnya. "Apa Valen berpengalaman dalam hal ini? Dia bisa mengarahkanku kan? Lagi pula aku tidak terlalu buruk dalam mengevakuasi. Untuk sekarang sepertinya kita harus bekerja sama." ujarku menatap Valen. Dia hanya terdiam lalu mengangguk, sedikit tersenyum namun aku menghiraukannya. Seperti ada yang di pikirkan oleh Valen, karena wajahnya nampak gusar dan sedikit pucat. Ah apakah ini menyangkut masa lalu kita? "Persiapkan semuanya!" perintah Reynand yang diangguki dan dijawab siap semua orang. Valen membawa alat-alat lalu berjalan ke arahku. Saat aku akan berjalan Reynand malah menarik pergelanganku lalu memelukku erat. Darahku berdesir hebat, tubuhku tak menolak dan malah menikmatinya, degup jantungku berdetak dengan cepat. Malu aku, apalagi sekarang teman-teman Reynand berdehem tak jelas. "Hati-hati," bisiknya tepat di telingaku. Reynand melepaskan pelukannya lalu menatapku, aku mencoba tersenyum. Sepertinya sampai rumah aku tidak akan mandi agar pelukan ini masih menempel, hehe. Aku mulai berjalan berdua dengan Valen. Tidak ada percakapan sama sekali, hanya beberapa meter saja kita berjalan kita sudah melihat sesuatu. Ya! Itu adalah jasadnya Putri, dia juga terlihat berada disamping jasad tersebut. Tatapan Putri terlihat sendu. "Jangan sedih, aku akan mendoakanmu" aku berbicara seperti itu sambil menatap Putri. Putri hanya mengangguk, "Tolong beritahu kepada orang tuaku, aku sangat menyayangi mereka. Dan maafkan aku tidak dapat menjadi anak yang membanggakan." ujarnya kembali, membuat aku tersenyum lalu mengangguk. Aku dan Valen segera memulai aksi untuk membungkus jenazah Putri menggunakan kain. Sudah bau karena mungkin jasadnya sudah beberapa hari. Tanganku sudah memakai sarung tangan, aku menangis melihat luka tusuk dimana-mana. Bahkan puncak payudaranya hampir putus membuat aku ngilu melihatnya. Jahat sekali mereka memperlakukan wanita seperti itu. "Gue tau ini pertama kali nya buat lo, ayo sekarang kita bungkus." aku mengangguk lalu setelah dibungkus dengan kain, jenazah Putri kita angkat ke bungkusan berwarna orange. Setelah selesai aku langsung memanggil Reynand, agar menyusul lalu mengangkat jasad Putri yang sudah di evakuasi. Reynand memerintahkan anak buahnya agar mengangkat jenazah Putri. Aku dan yang lain segera berjalan dengan bantuan senter beriringan menuju mobil. Sebelum berangkat untuk pulang, Reynand memastikan terlebih dahulu jumlah anak buahnya. Setelah lengkap barulah dia mulai menaiki mobilnya. Yang menyetir kali ini adalah Doni lalu di sebelahnya ada Valen. Di jok tengah ada Alvin dan Rio. Sedangkan di jok belakang ada aku dan Reynand saja. Teman Reynand yang satunya lagi berada dimobil yang ada didepan. Reynand menggenggam tangan ku erat. "Kamu hebat Rey, makasih udah bantuin kita. Mungkin tanpa kamu kasus ini gak akan berjalan secepat ini" ujar Reynand. "Kamu juga pernah bantuin aku. Anggap aja balas budi," jawabku. "Lo gak jadi buang gue ke segitiga bermuda kan?" Pertanyaan dari Alvin sontak membuat aku terkekeh. Ya Allah, Kalau masih single bakalan gue jodohin sama Felli, sepertinya akan cocok. Alvin aku hanya becanda, lagi pula aku juga takut harus berlayar atau menaiki pesawat sampai ke segitiga bermuda. "Mana ada. Gue juga takut kali, Vin." dia nampak tersenyum membuat aku semakin terkekeh. "Maafin gue, sempet gak percaya sama lo" Ujarnya. Nada bicaranya terdengar tulus, syukurlah Alvin sudah percaya padaku. "Santai aja Kali" aku bukan tipe orang yang mudah sakit hati, jadi perkataan Alvin ku anggap angin lalu. Karena sebenarnya yang tak mempercayaiku begitu banyak. "Lain kali kalau lo butuh bantuan. Jangan sungkan hubungin gue ataupun kita, gue siap bantu lo. Gue anggap kita bersahabat mulai hari ini," aku membulatkan mata karena terkejut. Sedangkan Reynand aku lihat malah tersenyum manis ke arahku. "Terkecuali kalau lo ada hubungan spesial sama komandan Reynand," sambung Alvin dengan senyum jahilnya. Aku membulatkan mataku lebar-lebar, baru kali ini aku akan menerimanya sebagai seorang sahabat. Dia sudah iseng sekali, bagaimana jika nanti kita sudah deket. Hmm alvin pasti semakin iseng padaku nih. Tetapi aku bahagia malam ini, akhirnya aku dapat diterima oleh mereka tanpa di bilang wanita aneh lagi. Bersahabat dengan polisi? Hmm sepertinya bukan hal yang buruk; akan sangat menarik dan menyenangkan. Apalagi jika aku dapat membantu Reynand dan yang lainnya lebih banyak lagi. Ya! Baru kali ini aku merasa bahagia karena punya penglihatan lebih seperti ini. "Kamu tidur aja, aku gak bakalan ngapa-ngapain kok. Nanti aku bangunin kalau udah nyampe apartemen kamu" aku mengangguk, Reynand memang paling peka. Dia tahu kalau aku begitu lelah. "Tapi lebih baik kita cari makan aja dulu setelah sampai kota, tadi udah baca niat jama' juga kan?" tuturnya. Aku menggeleng kuat, "Aku gak mood makan. Besok aja deh. Aku juga lagi gak sholat" Dia mengelus tanganku dengan lembut, "Maafin aku ya, ngelibatin kamu kayak gini. Gak seharusnya kamu seperti ini." Aku menggeleng kembali, "Aku senang bisa bantu kalian. Lain kali kalau kamu butuh bantuan lagi, jangan sungkan. Dengan begini aku merasa berguna," jawabku. Reynand semakin tersenyum, senyum manis yang selalu membuat jantungku berpacu lebih cepat. Aku menatap jendela dengan Reynand yang berada disampingku, aku dapat melihat kemanapun dengan tenang, apalagi jika aku bersentuhan dengannya seperti ini, aku bisa bebas melihat tanpa melihat keberadaan makhluk halus. Reynand aku nyaman berada di dekatmu. Bisakah kita berpegangan tangan untuk selamanya?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN