Andrea duduk menatap jam dinding yang menggantung di kamarnya. Setidaknya sekitar dua jam dia melakukan itu sembari memelintir jari jari tangannya. Badannya panas dingin lalu sepasang matanya melihat ke arah koper yang tidak terlalu besar tergeletak di lantai.
"Ah sial! Kenapa jadi kayak gini sih! Baru aja aku selesai dengan Henry tapi malah muncul perjodohan sialan itu" Andrea mengacak rambutnya gusar.
"Bagaimana aku melarikan diri tanpa mobil? Papa jahat itu sudah menyita kunci mobilku tadi" Gumam nya kesal.
"Ah terserah yang jelas aku tidak akan menerima perjodohan itu"
Andrea turun dari tempat tidur menuju balkon melihat situasi di luar rumah seperti apa. Dan ternyata sudah sepi, Andrea berbalik mengambil kopernya dan dia angkat. Sebelum keluar dari kamar Andrea memastikan tidak ada orang lain yang akan melihatnya.
Segera dia berlari membawa kopernya sambil sesekali bersembunyi berharap semua penghuni rumah sudah tidur. Setelah itu dia kembali berjalan menuju pintu keluar.
kopernya di angkat dan kakinya berjalan sepelan mungkin agar tidak menimbulkan suara untuk membangunkan orang yang tengah tertidur.
Andrea menatap jam di dinding yang menunjukkan pukul 12:30am. waktu yang pas untuk melarikan diri.
Di helanya nafas yang cukup panjang saat menatap rumah yang selama ini sudah menjadi tempat tinggalnya. Andrea memejamkan mata, ini pilihan nya pergi dari rumah yang sudah menyaksikan dirinya hingga usia 24 tahun ini. jika saja perjodohan yang sudah di rencanakan kedua orang tuanya tidak akan pernah terjadi mungkin dirinya tidak akan memutuskan untuk pergi melarikan diri.
Gagang koper di tarik. Andrea tidak tau ingin pergi kemana, dia selama ini di kenal sebagai anak yang manja, hidup di luar seperti ini belum pernah dia rasakan, mungkin akan sulit menjalaninya tapi ia harus bisa jadi gadis yang kuat.
"Selama ini aku sudah menjadi tawanan rumah sekarang waktunya aku pergi" batin Andrea, namun hatinya terasa sesak membayangkan sikap seenaknya orang tuanya sendiri.
Jalanan begitu sepi, hanya suara roda koper yang Andrea tarik memenuhi senyinya malam itu. hingga tiba-tiba.
BUAAKKK... sesuatu yang keras menghantam bagian bahu dan kepala Andrea.
Rasanya menyakitkan, Andrea tidak bisa melihat bumi dengan jelas namun dia mendengar suara tawa seseorang.
"Ha ha ha Sepertinya ini yang namanya rejeki. aku akan menjualmu untuk membayar hutang hutang ku"
Andrea tidak bisa melawan. tubuhnya jatuh ke aspal dingin di malam hari, kepalanya pusing hingga semua nya gelap dan tidak terasa lagi..
______
Suara gemericik air membangunkan Andrea dari tidurnya, kepalanya terasa pening. Seingatnya semalam dia melarikan diri dari rumah dan ada yang memukulnya hingga...
Kedua bola mata nya membulat lebar. Dijual! Jangan bilang sekarang dirinya di jual oleh orang yang memukulnya semalam? Andrea melihat dirinya sedang ada di dalam sebuah kamar asing, bajunya masih sama seperti semalam dan s**********n nya juga tidak sakit.
Sepertinya dirinya hanya di jual dan tidak di apa apain. Andrea pikir ia akan di jual pada p****************g. Ih amit amit.
Di tatapnya pintu kamar mandi, di sana terdengar suara air mengalir pasti ada orang yang sedang mandi dan siapapun itu Andrea tidak peduli yang ia tau harus segera pergi dari tempat seperti ini.
Bagi seorang andrea Collins tempat menjijikkan seperti ini bukan seleranya, terlalu sempit untuk seorang tuan putri.
Sebelum orang yang sedang mandi itu selesai Andrea segera keluar dari sana. Ternyata hanya sebuah motel.
Wait! Motel!
Andrea ingin berteriak tapi ia tahan dan berusaha mencari jalan keluar. Dalam hati dia terus mengumpat kesal, bagaimana mungkin seorang princess tidur di tempat semacam ini? Membayangkannya saja tidak pernah. Andrea menatap deretan kamar dan lorong lorong. Sebenarnya bisa di bilang motel yang cukup luas tapi tetap saja bagi Andrea itu sempit.
"Cari mereka. Pasti ada di sekitar sini!" Suara teriakan itu membuat Andrea membeku. Apa yang mereka maksud adalah dirinya?
Secara spontan Andrea berlari menghindar karena jangan sampai ia ketahuan. Bisa gawat jika tuan putri dari keluarga Collins ketahuan tinggal di motel sempit seperti ini.
"Geledah semua tempat jangan biarkan mereka lolos" teriak orang orang itu lagi.
Andrea semakin ketakutan dan berlari tak tentu arah melewati semua lorong. Meskipun Andrea juga tidak yakin apakah memang yang mereka cari adalah dirinya?
"Ikut denganku" Tiba-tiba seseorang menarik tangannya, Andrea tidak sempat menolak tatkala suara derap langkah kaki semakin mendekat.
Berusaha menormalkan detak jantungnya, Andrea mendongak melihat siapa yang baru saja menolongnya ini. Namun jantungnya malah semakin berdetak kencang.
Sosok dengan tubuh tinggi tegap, Rahang tegas dan alis tebal kini memenjarakannya di balik tubuh pria itu. Orang yang di tatap Andrea menunduk balas menatapnya.
"Bagaimana mereka bisa mengejarmu, apa yang sudah kamu lakukan?" tanya dia.
"Aku. Aku tidak tau" jawab Andrea, kecuali melarikan diri dari salah satu kamar membuat mereka mengejarnya maka sampai matipun Andrea tidak akan berkata jujur di depan lelaki ini.
"Cari sebelah sana!"
"Bagaimana ini" Andrea bergerak gelisah takut jika ketahuan.
"Kemari" ajak pria asing itu. Andrea mengikut saja hingga sepertinya pria itu masuk ke kamar yang sama seperti kamar yang tadi. Atau memang dari sekian banyak kamar dekorasinya sama? Xera tidak bisa berpikir jernih, dia tadi berlari tak tentu arah dan tidak mungkin dia kembali ke kamar yang tadi, jelas jelas lelaki ini tidak mengenalinya jika kenal mungkin dia tau jika Andrea adalah perempuan yang sama.
Pria asing itu menutup pintu dan menatap Andrea dengan pandangan mata elangnya. Oh astaga hanya sebuah tatapan rasanya berhasil membuat tubuh Andrea terbakar. Tajam dan mematikan.
"Siapa namamu? Aku akan membayarmu dengan harga yang pantas karena sudah membantuku" Ucap Andrea. Lelaki itu menyeringai dan sialnya kenapa malah terlihat mempesona.
Jarak di antara mereka sangat dekat, Andrea tidak mundur ataupun maju dia tetap di tempatnya berdiri menatap sosok tinggi yang berdiri di depannya dengan tatapan mengintimidasi.
Tiba tiba kepala pria itu menoleh ke belakang saat terdengar suara ribut ribut. Sebelum tatapan pria itu kembali pada Andrea dan tanpa banyak bicara pria asing yang tak di kenal Andrea itu langsung mencium bibirnya tanpa permisi.
Bukan hanya sebuah kecupan tapi juga lumatan halus menyapu bibir Andrea.
"Mereka akan menemukan kita jika kau tidak bisa berpura pura" bisik pria asing ini.
Ah ternyata ini hanya untuk mengelabui mereka. Andrea tersenyum lalu melingkarkan tangan nya di leher pria itu, lagian lelaki ini tidak pantas di katakan jelek di saat wajah tampannya yang sangat memikat. Andrea menikmati permainan dengan pria yang tidak ia kenal. Bibirnya terasa panas, otaknya tidak bisa berpikir jernih, oh astaga Andrea terlena dengan buaian ini, bagaimana bisa di katakan pura-pura jika akhirnya dia ingin yang sebenarnya.
Tanpa sadar Andrea meloloskan erangan dari mulutnya.
"Kau bisa memanggilku Darren Honey" Bisik Darren di telinga Andrea Entah Andrea mendengar atau tidak tapi cumbuan Darren di lehernya menjadikan itu seperti mimpi.
Tiba-tiba pintu terbuka, Andrea yakin itu adalah orang orang yang mengejarnya tadi. Tapi tak ada suara untuk beberapa saat hingga Andrea memutuskan untuk melihat hingga saat itu juga jantungnya terasa ingin melompat dari tempatnya.
"Steve?!" Seru Andrea kaget, bagaimana bisa kakak pertamanya yang malah memergokinya berbuat hal seperti ini? Ah sial!
"Ara? Apa yang kau lakukan?!" seru Steve yang juga tak kalah kaget.
"Steve aku bisa jelaskan!" Andrea mendorong Darren yang entah sejak kapan sudah menindihnya meskipun masih dalam keadaan memakai pakaian lengkap. Sekarang dia benar benar sadar telah melakukan kepura puraan yang salah. Andrea mengejar Steve.
"Steve!"
"Kau bisa jelaskan ini pada orang tua kita nanti Ara" sahut Steve dingin. Andrea berhenti mengejar Steve lalu mengusap wajahnya gusar.
"Arrgghhh... kacau semua!" teriaknya.
_______
Selamat menikmati karya baru SILAN
Follow ig (Vio.Hil) untuk info menarik lainnya