Bab 1. Andrea Collins
Musik mengalun rendah dan perlahan usai seiring permainan jari-jari dari papan tuts piano itu berhenti. Tepuk tangan riuh menggema memberikan suara ramai yang memenuhi gedung pertunjukan yang di gelar setiap tahun oleh keluarga besar Collins.
Andrea Collins, satu satunya putri dari keluarga Collins, dari empat bersaudara Andrea adalah bungsunya. Memiliki sifat manja dan ingin segalanya. Bibir nya melengkung membentuk senyuman yang begitu menawan, Andrea membungkuk sedikit tanda memberi penghargaan pada para tamu yang hadir sebelum Andrea turun dari panggung.
Gadis cantik yang berusia 24 tahun yang kerap kali disapa 'Ara'. Semua perempuan menginginkan kecantikan meskipun harus mengeluarkan biaya yang mahal, kulit putih bersih saja butuh usaha.
Namun, Andrea sudah terlahir cantik dengan segala kemewahan yang dia miliki sebagai putri keluarga Collins.
"Wah penampilanmu selalu saja mengagumkan." Puji Gio - Kakak kedua Andrea sambil memeluk adiknya.
Ara tersenyum bangga, "Tentu saja, Aku Andrea Collins, aku tak akan membiarkan penampilanku terlihat jelek di depan ratusan orang, oh tidak, bahkan di seluruh dunia punaku harus jadi yang terbaik."
Gio mengacak poni tipis Andrea sambil terkekeh, "Hari ini sepertinya salju akan turun aku membawakanmu mantel dari bulu fox." Gio mengambil mantel lalu memakaikan di bahu Andrea
Tak lama Stevano Collins kakak pertama Andrea datang dengan dua anak kembarnya yang berusia 5 tahun tahun.
"Hai Steve!" sapa Andrea sambil melambaikan tangan.
"Di mana William? Dia tidak hadir?" Tanya Steve.
Andrea melihat ke kanan dan kekiri lalu menggeleng, "Aku tidak melihat William dari tadi." jawabnya.
"Aku akan mencarinya." Sahut Giovano Collins namun Steve menahan.
"Tidak perlu." katanya, kemudian menatap Andrea, "Penampilan yang sangat bagus, Ara." ucap Steve memuji.
Andrea tersenyum bangga, "Tentu saja." jawab nya, "Ah iya aku harus pergi. Seseorang sudah menungguku, bye my Brother's." Seru gadis itu lalu meninggalkan kedua kakaknya.
Kaki jenjang Andrea melangkah ke parkiran, di sana seorang pria tengah bersandar di sebuah mobil, pria itu belum menyadari kehadiran Andrea untuk beberapa detik sebelum mata mereka bertemu dan pria itu tersenyum, "Hai Babe. Ingin pergi sekarang?" tanya pria itu.
Andrea merangkul leher pria yang Andrea hampiri, "Henry!" serunya memanggil sambil mengecup bibir pria bernama Henry itu.
"Masih banyak orang di sini. Jika mereka melihatmu seperti ini karier-mu akan rusak." tegur Henry. Andrea tersenyum miring lalu tanpa di perintah dia masuk ke dalam mobil Veneno roadster milik Henry. Henry menyusul masuk ke pintu sebelahnya sebelum mobil hitam itu melaju.
_______
Andrea Collins. Dari ia kecil dia sudah memiliki apa yang di inginkan oleh kebanyakan perempuan.
Kecantikan, kekayaan, penggemar, Kekasih, keluarga, semua Andrea miliki. Mobil Henry menembus jalanan kota yang ramai sebelum berhenti di salah satu hotel.
Ups! Jangan salah paham. Keduanya berjalan ke restoran lalu memesan makanan di sana.
"Aku tidak tau kau akan menyukainya atau tidak tapi aku pikir lebih baik kamu melihatnya." Henry meletakkan sebuah kotak hitam ellegan di meja.
"Untukku?" katanya. Henry mengangguk.
Andrea membuka kotak itu dan kemudian sebuah kalung berlian merah langsung membuat mata Andrea berbinar.
"Ini sangat cantik." pujinya.
Henry mengambil kalung itu dari kotak, "Cantik untuk wanita yang paling cantik. Biarkan aku memakaikannya untukmu." ucap Henry sambil berdiri di samping Andrea.
Andrea menyibak rambutnya agar mempermudah Henry memasang kalung itu di leher.
"Terima kasih, Henry."
Henry mengangguk dengan senyum tipis nya. Keduanya saling tatap untuk sesaat hingga makanan mereka datang.
"Ingin aku mengantarmu pulang?" tanya Henry begitu mereka selesai menyantap makan malamnya.
"Aku ingin menginap di apartemen mu." sahut Andrea.
"Ide yang buruk." sahut Henry.
"Why?"
Henry tertawa pelan, "Kau ingin menghabiskan waktu denganku ya?" Goda pria itu. Andrea tersenyum dengan sudut bibir terangkat sebelah.
"Kenapa tidak. Ku pikir itu bagus dan bukan ide buruk." sahut Andrea.
Henry tertawa rendah.
Setelah selesai mengisi perut yang keroncongan keduanya kembali pergi, kali ini langsung menuju apartemen besar milik Henry.
Begitu mereka tiba di sana Henry langsung menarik pinggang Andrea. Mereka melakukan ciuman panas yang mungkin saja bisa berlanjut ke hal yang lebih jauh lagi, sesaat tangan Andrea terasa dingin tanpa di ketahui oleh Henry. Keduanya saling meraba diri bergantian namun kegiatan itu berhenti saat terdengar suara wanita lain.
"Henry, kau sudah pulang?"
Andrea dan Henry sontak berhenti. Andrea bisa merasakan tubuh Henry menegang, Andrea menoleh melihat siapa pemilik suara barusan dan saat itu dia di buat syok.
Seorang perempuan hanya mengenakan jubah mandi dengan rambut sedikit basah juga menatapnya kaget.
"Kamu siapa?" seru perempuan itu.
Andrea kemudian menatap Henry meminta penjelasan.
"Henry? Sejak kapan kau memiliki perempuan lain selain diriku?" tanya Andrea.
"Hei! Dasar perempuan kurang ajar.. Plak!" Andrea merasa tangannya di tarik sebelum sebuah tamparan mendarat di wajahnya yang meninggalkan rasa perih.
What! Orang tuanya saja tidak pernah menamparnya lalu siapa perempuan yang baru saja menamparnya ini? Andrea menatap tajam perempuan itu lalu kembali membalas dengan tamparan yang tak kalah keras.
"Aku kekasih Henry. Kau siapa?! Beraninya di rumah kekasihku?" maki Andrea kesal.
Henry sendiri diam karena bingung bagaimana Abigail bisa datang secepat ini.
"Kau yang siapa! Henry itu suamiku dasar perempuan perusak rumah tangga orang!" Perempuan yang mengaku istri Henry menjambak rambut Andrea. Kedua perempuan itu akhirnya terlibat perkelahian.
"Stop!" Cegah henry. Pria itu menatap Andrea, "Hentikan." katanya rendah.
"Apa?!" Andrea menatap tajam Henry.
"Jadi Selama ini kau mempermainkanku di saat kau sendiri sudah punya istri? Kurang ajar! Sampai mati pun aku tidak sudi jadi istri keduamu!" maki Andrea lalu dia berbalik akan pergi namun kembali lagi untuk memberikan pelajaran pada Henry.
Sebuah tinjuan Andrea lanyangkan cukup keras di wajah Henry. Bukan lagi tamparan karena pria seperti itu lebih pantas mendapatkan tinjunya.
Dengan perasaan kesal, marah dan terhina. Andrea keluar dari tempat itu. Tidak menyangka jika Henry yang dia kenal adalah penipu. Kenapa dirinya mudah sekali terhanyutkan oleh pesona pria kurang ajar seperti Henry?.
Andrea tak henti hentinya mengumpat kesal di sepanjang jalan.
Dia kembali ke rumah besarnya dengan menaiki sebuah taksi. Namun, hal mengejutkan tanpa sengaja ia dengar dari balik celah pintu ruang kerja ayahnya. Andrea berhenti melangkah, bukan maksud menguping, tapi rasa penasaran memaksa Andrea melakukan itu.
"Ara sudah 24 tahun. Sesuai dengan perjanjian, kita akan melangsung pernikahan dia dengan putraku."
Tiba-tiba jantung Andrea terasa sesak. Siapa yang akan di dinikahkan? Dirinya? Dengan siapa? Lalu siapa yang sedang berbicara dengan ayah nya di dalam sana?.
Bukannya ayah Andrea masih ada di tempat acara? Kenapa pulang secepat ini?
Pertanyaan berentet memenuhi otak Andrea. Apalagi membayangkan pria yang akan di jodohkan dengannya memiliki badan gendut dengan kepala botak.
Itu sangat mengerikan. Andrea tidak mau di jodohkan. Gadis itu langsung berlari ke arah kamarnya menyiapkan koper dan memasukkan beberapa helai baju.
Pintu kamarnya di ketuk.
"Ara! Apa kau di dalam, Nak? Mama mau bicara sebentar sama kamu. Mama tunggu di ruang tengah, ya." seru Margareth.
Andrea meneguk salivanya. Apa harus mendadak seperti ini? Ia memejamkan mata lalu menyembunyikan kopernya sebelum turun menghampiri orang tuanya.
Di sana sudah ada ketiga kakak laki-laki Andrea dan kedua orang tua mereka. Andrea duduk di samping William dengan perasaan campur aduk tidak tenang.
"Usiamu sudah 24 tahun waktunya–"
"Tidak!" sahut Andrea menyela kalimat ayah nya. Ke tiga kakak Andrea langsung menatapnya horor, Andrea tidak peduli.
"Jika kalian ingin menjodohkan aku maka jawabannya adalah tidak. Aku tidak setuju!" lanjut Andrea keras kepala.
"Darimana kamu tau? Kami belum menceritakan hal ini." tanya mama Andrea.
Andrea meneguk salivanya. Benar benar sial. Baru saja ia putus dengan Henry dan malah langsung dapat kabar buruk seperti ini.
"Pastinya aku gak mau!" ucap Andrea keras kepala.
"Yang pasti papa tidak mau menerima penolakan. Perjodohanmu sudah di lakukan sejak kamu belum lahir Ara dan perjodohan ini juga akan memperkuat perusahaan."
"Papa please.. Aku gak mau." mohon Andrea.
"Semua Fasilitas mobil akan papa cabut jika kamu menolaknya."
"What!"
"Coba kamu bertemu dulu dengan nya, Ara. Kau pasti akan suka melihat calon tunanganmu." Ucap Steve. Andrea menatap tajam kakak pertamanya itu.
Dengan tubuh gendut dan kepala botak? Tentu saja ia tidak akan menerima perjodohan seperti ini.
"Kamu akan mempertimbangkan nya mau atau tidak jika kalian sudah bertemu nanti." sahut William ikut bicara.
Andrea mendelik. Kompak sekali kakaknya ini. Andrea menatap Giovano mencoba mencari orang yang dapat membelanya namun kakak keduanya itu justru tersenyum seakan mengatakan 'Terima saja'
Sialan ke tiga kakak nya ini.
______
Bersambung..
Jika suka silahkan tap Love dan tinggalkan pesan dikolom komen tapi jika tidak suka mohon untuk tidak berkomentar negatif. Penulis mudah stress.. Sekian dan semoga bahagia..