Feeya terenyuh, hatinya berdesir hangat menyelam ke cerita yang Revan bawakan tentang kejadian tadi malam. Dia pikir akan sangat canggung bila merepotkan Revan, rupanya salah besar. Padahal Feeya sudah siap dimarahi, tetapi Revan justru tidak keberatan sama sekali. Dosen muda kian lama makin dekat dengannya itu punya sisi yang tidak banyak orang ketahui. "Saya mau ke kamar mandi," sela Feeya setelah cerita yang dibawa Revan selesai. Gadis itu gerak perlahan, berusaha bangun dari ranjang dengan tubuh yang masih gemetar. Mengingat kejadian tadi malam membuatnya tidak enak berada di sekitar Revan. Membayangkannya saja sudah kembali mengundang rasa mual. Revan menginterupsi, berada di sekitar Feeya layaknya pasangan siaga. "Saya bantu." "Eh—enggak perlu!" tolak Feeya ketika hendak didekat