Namun Revan menolak untuk mengiyakan, dia tidak suka mengabaikan dialihkan dari hal yang sudah terlanjur mengunci atensinya. Dia menarik lembut dagu Feeya dan kembali mengunci pandangan mereka. “Ada apa? Bicara sama Mas!” ucapnya meminta dengan lembut namun tegas. Feeya sejenak termangu menatap kedua bola mata kelam milik Revan, bibir merah alami miliknya perlahan bergerak mengatakan apa yang ada di dalam pikirannya tadi. “Itu … aku masih takut jika sampai hubungan kita ketahuan sama anak-anak kampus. Apalagi para fansmu yang begitu tergila-gila dan fanatik mengejarmu, Mas. Aku yang hanya gadis biasa seperti ini tidak akan mampu melawan rundungan mereka!” Revan cepat menegakkan tubuhnya dan meraih Feeya ke dalam pelukannya. “Apa kau meragukan aku sebagai pelindungmu sekarang, Feeya? A