Feeya semakin tersudut, dia mendekat tasnya sebagai upaya perlindungan terakhir. Tak berdaya, dia hanya mahasiswa miskin yang kuliah dengan uang beasiswa yang didapatkan. Keinginannya tak lebih dari ingin membahagiakan adik-adiknya di panti asuhan dan memberikan kehidupan yang lebih baik bagi mereka. Saat ini posisinya terjepit, dia tak kuasa untuk bahkan berteriak meminta pertolongan. “Ah, Feeya … Sejak lama aku memperhatikan kamu, wajah mungil dan bibir merah alami itu seringkali menggoda, membuatku berfantasi setiap malam membayangkan bisa bercinta dengan kamu,” ucap Nathan berhenti tepat di hadapan Feeya, menyeringai senang melihat tubuh gadis mungil itu menggigil ketakutan. Feeya dengan jelas melihat kabut gairah di mata Nathan, sungguh berbeda dengan apa yang dilihatnya ketika