Feeya bekerja seperti biasa, senyumnya kembali ceria setelah mendengar perkataan Revan di mobil tadi. “Tadinya aku sudah cemas, huft!” hembus Feeya sambil bersandar di dinding, kali ini dia sedang beristirahat sejenak di bagian belakang kafe. “Feeya!” Feeya menoleh ketika ada salah satu karyawan kafe yang muncul di ambang pintu, celingukan mencarinya. “Apa?” sahutnya. Temannya itu berjingkat kaget sambil menoleh, lalu mengusap d**a sambil menarik nafas panjang. “Astaga! Kamu ngapain disitu?!” hembusnya, tak mengira jika yang dicarinya justru ada di sampingnya, padahal dia mencari ke sisi lain halaman belakang itu. “Aku lagi makan siang!” ujar Feeya sambil mengacungkan kotak makan siangnya. “Ya, kenapa pula disitu? Kan masih ada kursi!” omel temannya sambil menunjuk pada kursi panj