Ciuman berlanjut, gema sesapan memenuhi ruangan. Hanya posisi mereka yang berubah, Feeya kini berada di pangkuan Revan sedang laki–laki itu masih sibuk memanjakan. Pagutan bibir kian memanas. Feeya sudah tidak bingung lagi, mengikuti permainan dan menerima segala kenikmatan yang dosennya itu beri. "Sejak pertama kali melihat kamu hari itu, hati saya sudah terpikat olehmu, Fee," aku Revan berterus–terang. Ditatap lekat wajah cantik Safeeya yang hanya berjarak beberapa jengkal darinya. Revan terpesona, pada segala yang ada pada wanitanya. Terengah–engah, d**a indahnya naik turun meraup sisa–sisa oksigen. Safeeya begitu sempurna dimata Revan. Revan semakin tidak bisa mengendalikan diri, seluruh pertahanan yang dia tinggikan sejak semalam hancur tiap kali melihat betapa cantiknya Feeya sa