Makan Siang Sendiri

1034 Kata
"Sesi tanya jawab selesai, kita mulai pelajarannya ya," ucap Revan menutup sesi perkenalan dirinya dan dia mulai mengajar sesuai mata kuliah yang dia bawa. Feeya sudah sejak awal siap dengan buku dan alat tulisnya, dia mencatat semua materi yang Revan berikan. Beberapa saat kemudian, "Materi sudah saya berikan semuanya, saya kirim PDF ke email kalian, pelajari lagi. Minggu depan tugas yang saya berikan harus sudah selesai. Kirim lewat email, WA saya kalau kalian sudah kirim tugas karena saya tidak setiap saat memeriksa email dan email yang masuk juga banyak takut email yang kalian kirim tidak masuk atau masuk ke spam," tutur Revan. "Mata kuliah hari ini saya akhiri, terimakasih atas perhatian kalian dan keseriusan kalian dalam belajar, jika ada yang masih kurang jelas bisa chat saya," lanjut Revan penutup perkuliahannya. "Tapi ingat, jam kerja ya," tambahnya. *** Beberapa mahasiswi langsung menghampiri Revan. Terdengar oleh Feeya kalau mereka mengajak Revan makan siang bersama. Tidak seperti kebanyakan mahasiswi, Feeya lebih memilih duduk diam di kursinya sambil membereskan bukunya ke dalam tas. Dari beberapa mahasiswi cantik yang mendekatinya, pandangan Revan justru terfokus pada gadis yang sedang sibuk merapihkan buku ke dalam tas. Gadis itu seakan tidak tertarik dengan Dosen muda yang baru saja selesai mengajar dirinya tersebut. Tidak ingin mengecewakan para mahasiswi cantiknya, Revan akhirnya menyetujui ajakan makan siang bersama para gadis itu di sebuah cafe dekat kampus yang terbilang cukup mahal di kalangan para mahasiswa. Hanya mahasiswa yang bercuan banyak yang masuk ke cafe tersebut setiap harinya hanya untuk menikmati secangkir kopi dan donat dengan harga fantastis. Bukan hanya cemilan, cafe tersebut juga menyediakan makanan berat untuk makan siang dan malam. Si sinilah Revan sekarang, duduk bersama para mahasiswi yang baru saja dia kenal tapi mereka para gadis centil itu merasa sudah mengenal sang Dosen mudanya cukup lama. Revan memperhatikan setiap mahasiswi yang duduk bersamanya, satu persatu dia perhatikan dan timpal setiap obrolan yang mereka lontarkan. "Apa kalian selalu kompak seperti ini?” tanya Revan penuh selidik sembari menikmati makanan yang dipesannya. "Tentu saja, Pak," jawab salah satu dari mahasiswinya. "Heum, sejujurnya gak kompak sekelas," timpal seorang lagi yang langsung di hadiahi sikutan dari teman sebelahnya. "Maksudnya?” "Bapak lihat kan kita hanya beberapa orang saja, sisanya mereka ng-gank sendiri, karena kita merasa gak sefrekuensi sama mereka," ungkap seorang mahasiswi berambut pirang. "Contohnya seperti Feeya itu, dia gak selevel sama kita karena kita yakin dia tidak akan mampu membayar makan siangnya di tempat seperti ini," tambahnya. Tanpa dia sadari nama gadis yang barusan menjadi topik pembicaraannya justru membuat Revan sangat tertarik dan ingin mengenal Feeya lebih jauh lagi. "Kalau dia tidak berduit bagaimana bisa masuk Universitas Ryuzaki yang terkenal mahal ini?" Kembali Revan bertanya, menyelidiki lebih dalam tentang gadis yang bernama Feeya itu. "Dia masuk kampus kita itu melalui jalur prestasi, melalui tes beasiswa. Entah dia nyontek atau dapat bocoran soal dari mana sampai bisa dapat nilai tertinggi dan lolos hingga dapat beasiswa full sampai lulus," jawab si pirang dengan gemasnya. "Mungkin dia menggoda salah satu Dosen pengawas?" celetuk seorang lagi, mereka langsung terbahak merasa kalimat barusan sangatlah lucu bagi mereka. Lucu bagi mereka belum tentu lucu bagi Revan. Revan tersenyum tipis menimpalinya, hatinya merasa tersinggung karena menurutnya di Universitasnya tidak ada Dosen seperti itu, yang dengan mudahnya di goda oleh calon mahasiswi agar bisa lolos mendapat beasiswa full. Karena program beasiswa itu memang Revan ketahui ada di Universitas keluarganya untuk membantu mahasiswi yang kurang mampu tapi memiliki otak kepintaran di atas rata-rata. Orang yang pintar tapi tidak memiliki kesempatan meraih pendidikan tinggi karena keterbatasan ekonomi. Seperti Feeya salah satunya. Gadis itu berhasil karena kepintarannya sendiri. Kalaupun ada Dosen yang seperti itu, mudah tergoda oleh hal receh seperti yang mereka bicarakan maka pihak kampus akan menindaklanjuti lebih dalam lagi, dan bisa dipastikan Dosen yang terlibat akan kena sanksi dari pihak kampus. *** Tidak sampai selesai, Revan lebih dulu mengakhiri makan siangnya. "Saya sudah selesai, maaf ya kalau saya duluan karena masih banyak tugas yang harus saya kerjakan," pamit Revan yang langsung di jawab lewat tatapan wajah kecewa dari para mahasiswinya. "Semua biar saya yang bayar," tambah Dosen muda itu sambil mengeluarkan dompetnya. "Tidak, tidak. Saya yang ajak Bapak makan siang, saya yang bayar." Gadis bernama Joana salah satu mahasiswi centil itu langsung menolak dan memaksa. "Makanan di sini mahal, nanti uang bulanan kamu bisa habis," sindir Revan. Dia sangat tahu kalau para mahasiswi itu pastilah hanya di jatah bulanan dari uang orangtua mereka, sebagai uang saku. Karena setahu Revan semua yang makan siang di sana adalah mahasiswi yang belum bekerja dan masih mengandalkan uang orangtua. Joana tersenyum getir. "Tenang saja, Pak. Joana anak orang kaya, ayahnya CEO Kontraktor J'O Corp," timpal temannya. "Benar kah? Bukannya perusahaan itu sedang ada masalah ya? Runtuhnya sebuah jalan layang yang memakan banyak korban itu bukannya —” "Benarkah itu, Joana?" "Kontraktor yang membangun jembatan layang itu milik keluarga kamu?" Belum selesai Revan menyelesaikan kalimatnya, beberapa mahasiswi langsung melemparkan pertanyaan memojokan Joana hingga gadis yang tadinya mau menyombongkan diri menjadi gugup seketika. *** Revan meninggalkan para mahasiswinya yang masih seru saling melayangkan pertanyaan dan memojokan satu sama lainnya. Berjalan sendiri sambil melihat-lihat lingkungan Universitas milik keluarganya yang luas itu. Tanpa sengaja matanya melihat seseorang yang sejak kamarin mengusik harinya dan hatinya. "Feeya? Sedang apa dia di sana?" gumam Revan, melihat dari belakang gadis yang sedang duduk di kursi taman. Mendekat dan duduk di samping sang mahasiswi hingga membuatnya sedikit terperanjat karena terkejut tiba-tiba ada seseorang yang duduk disampingnya. "Pak Revan, ngagetin aja!" gerutu Feeya. "Maaf kalau membuat kamu kaget," sesal Revan. "Heum, kamu makan siang di sini?" lanjutnya melayangkan pertanyaan karena melihat sebuah bekal makanan ada di pangkuan gadis tersebut. "Iya." Feeya mengangguk. "Anda sudah makan?" "Aku belum makan, mungkin nanti," jawab Revan sembari menunduk dalam. Hal ini membuat Feeya menawarkan bekal makan siangnya yang belum dia sentuh. "Apa mau burger?” tanya Feeya, menawarkan pada Revan satu bekalnya lagi. "Makan kamu banyak juga ya, nasi, burger." Feeya terkekeh kecil. "Saya selalu bawa bekal nasi ke kampus, burger ini buatan adik panti. Katanya dia buat lebih untuk saya." Revan menerima burger dari tangan Feeya. Meski sudah makan siang tapi dia masih memakan burger itu, perutnya masih menampung satu burger pikirnya. "Kamu selalu makan siang di sini?" tanya Revan dengan mulut penuh.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN