Salah Paham

1252 Kata
"Hubungan itu dijalani berdua bukan bertiga. Tamu tidak akan masuk jika tuan rumah tidak membukakan pintu." ***   "Kamu kenapa lagi, Van? Suntuk banget kayaknya," ucap Maura yang sedang duduk berhadapan dengan Revan. Mereka ditugaskan untuk menyelesaikan project kerja berdua oleh atasanya. Jujur Revan malas berduaan seperti ini oleh Maura, teman-temannya sudah mengatakan kalau Maura ini suka dengannya dan ia benar-benar malas jika harus bekerja sama dengan Maura.    "Kamu mending kerjain aja kerjaan kamu enggak usah banyak nanya, biar cepet selesai," jawab Revan masih tetap sibuk berkutat dengan laptopnya.    "Ck ... Santai aja kenapa sih, Van. Nanti, aku bisa bilang kok ke Om Keynan biar kerjaannya enggak usah buru-buru diselesain," ucap Maura dengan nada menggoda sambil menyesap kopinya. Mentang-mentang Maura ini keponakan dari atasanya bisa seenaknya saja.    "Enggak usah! Saya enggak suka nunda-nunda kerjaan syukur-syukur bisa selesai lebih cepat biar enggak kelamaan sama kamu," ucap Revan jujur tanpa memandang ekpresi Maura yang kesal. Revan tidak peduli toh dia professional dengan kerjaannya.    "Kenapa sih Van enggak suka banget sama aku!" ucap Maura kesal. Namun, Revan tetap diam saja enggan menjawab pertanyaan Maura yang tidak penting itu.    "Revan...." panggil Maura lagi sambil menyentuh tangan Revan yang berada di meja. Revan melihat ke arah tangannya kesal, dia langsung menarik tangannya itu dari genggaman Maura. Namun, Maura menahannya. "Ra kita lagi kerja serius enggak usah aneh-aneh bisa enggak sih!" Revan benar-benar kesal sekarang dia menarik tangannya dari Maura.   "Ini kan udah masuk jam makan siang kenapa masih kerja aja. Istirahat dulu kenapa sih."   "Kalau kamu mau istirahat-istirahat aja aku udah minum," jawab Revan lagi.    Maura bingung orang di depannya ini kenapa dingin banget sih. Teman-teman kantor memang sudah tahu kalau Revan itu dingin, tapi hanya ke orang-orang tertentu jika sudah bersama kekasihnya dia akan banyak bicara. Tapi, masalahnya belum ada yang tahu siapa wanita yang bisa meluluhkan seorang Revan. Maura pun tidak peduli mau Revan sudah memiliki kekasih atau belum yang penting dia bus bersama Revan.    "Van kamu udah punya pasangan belum sih?" tanya Maura yang penasaran.    Revan memutar bola matanya malas, ia paling tidak suka ada yang menanyakan tentang hubungannya dengan seseorang toh dia tidak sedikitpun berminat memamerkan hubungannya itu. "Tolong ya, Maura kita lagi kerja professional enggak usah mencampuri urusan pribadi saya!"   "Ya kan nanya aja, orang-orang bilang kamu udah punya kekasih tapi aku enggak percaya kamu udah punya kekasih buktinya belum ada yang tahu juga kan cewe kamu itu siapa," kata Maura dengan percaya dirinya kalau suatu saat Revan akan suka dengan dirinya.    "Mau saya udah punya kekasih atau belum itu bukan urusan kamu," ucap Revan sinis.    "Ya urusan aku dong Revan. Aku kan suka sama kamu, kalau kamu punya kekasih itu artinya aku harus ngerebut kamu dulu dari dia," ucap Maura dengan bodohnya. Bukan membuat Revan terkesan malah membuatnya menjadi malas dengan wanita di depannya ini. Lain kali ia tidak mau lagi kalau harus menyelesaikan pekerjaan di luar seperti ini.   "Aku mau balik ke kantor dulu urusan aku udah selesai." Revan bangkit membereskan laptopnya. Sebenarnya pekerjaannya belum selesai tapi him terus mengerjapkan disini bersama Maura yang ada kerjaannya tidak akan selesai dan malah membuat kesal saja.    "Revan entar dulu dong. Makan kita kan belum selesai lagian ini masih jam istirahat Revan!" Maura mencekal tangan Revan agar Revan tetap duduk disini menemaninya. Revan menghempaskan tangan Maura kasar. Ia malas meladeni perempuan banyak omong seperti Maura. Lebih baik ia menyelesaikan kerjaannya itu dari pada harus berlama-lama dengan Maura terus. ***      Revan kembali lagi menemui Keynara. Karena Keynara sudah pulang ke rumahnya dengan Reno dia pun datang ke rumah Reno. Dia sedang melihat Keynara duduk di terasnya dengan bermain laptop, tidak salah lagi pasti dia sedang mengetikan naskah novelnya.    "Assalamualaikum...." Keynara menengok ke arah sumber suara. Dia menghembuskan nafas kasar dia masih enggan bertemu Revan padahal tapi laki-laki itu malah kesini sekarang.    "Waalaikumsalam," jawab Keynara dengan senyum paksa.    "Kayaknya enggak suka banget aku dateng, Key," kata Revan dengan gurauannya.    "Enggak kok biasa aja. Ada apa kesini?" tanya Keynara, Revan duduk di bangku samping Keynara seperti biasa tanpa menunggu suruhan Keynara.    "Papa Reno kemana?" tanya Revan menengok ke dalam rumahnya yang terlihat sepi. "Lagi keluar ada perlu katanya," jawab Keynara melanjutkan mengetikan naskahnya.    "Tumben biasanya kamu kalau di rumah enggak ada orang kamu ke rumah mama kamu," ucap Revan yang sudah banyak tahu tentang Keynara wajar kedekatan mereka sudah berlangsung lama.    "Cuma sebentar katanya, kalaupun lama nanti Papa bakal telepon Mama suruh jemput Aya," jawab Keynara. Revan mengambil laptop yang sedang digunakan oleh Keynara untuk mengetuk, dia harus bicara dengan Keynara sudah dua hari Keynara mendiamkannya tanpa sebab.   "Kamu apa-apaan sih, Rev. Aku lagi ngetik kenapa diambil laptopnya," ucap Aya dengan kesal. "Kita harus bicara Key, aku enggak mau diem-dieman kayak gini terus sama kamu. Kalau ada masalah itu bilang aku enggak selamanya tahu kamu kenapa kalau kamu cuma diem, bilangnya enggak papa tapi kenyataannya kamu diemin aku. Enggak semua cowo bisa baca pikiran kenapa cewenya diemin dia, Key."    "Sejak kapan aku jadi cewe kamu?" tanya Keynara telak membuatnya terdiam. "Kenapa diem? Kamu bilang tadi cewenya, secara enggak langsung ada makna tersirat kalau aku cewe kamu. Padahal hubungan kita enggak pernah jelas sampe sekarang."    "Kamu mau hubungan kita jelas? Mau hubungan yang kayak gimana yang kamu mau," ucap Revan membuat Keynara tersinggung seakan-akan hanya dirinya yang mengharapkan Revan sedangkan Revan tidak.    "Maksud kamu bilang kayak gitu apa?" tanya Keynara dingin.   Revan pun berbicara dengan nada melunak lagi, "Key aku cuma mau nanya kenapa kamu diemin aku. Aku enggak tahu salah aku dimana," jawab Revan jujur.     "Waktu kamu malem-malem bilang ada ketemuan sama sodara kamu itu kamu bener ketemu mereka?"tanya Keynara lagi. Revan mengerutkan keningnya bingung, "Iya bener kok."    "Fotonya kenapa enggak bareng-bareng cuma berdua doang? Perasaan sama aku enggak pernah kayak gitu."    "Maksudnya?" Keynara enggan menjelaskan lebih lanjut dengan Revan ia menyodorkan ponselnya kepada Revan untuk menjelaskannya lebih lanjut.    Revan mengambil ponsel tersebut dari Keynara dia melihat teliti foto itu, tidak ada yang salah hanya foto dengan saudaranya. "Kenapa Key? Ini kan saudara aku masa cemburu sama saudara sih," ucap Revan menyerahkan kembali ponselnya.    Keynara tertawa lebih tepatnya ketawa yang menggambarkan kekecewaan. Sebenernya posisinya disini tuh sebagai apa. Kekasih bukan apa bukan apa berhak dia cemburu disini. Tapi, dia juga perempuan perhatian Revan itu udah lebih dari hanya sepasang kekasih tapi lagi-lagi dia sadar dia bukan siapa-siapa.    "Iya ya aku kan bukan siapa-siapa kamu ngapain juga harus cemburu."   "Kamu ngomong apa sih, Key. Kenapa kamu tiba-tiba kayak gini," ucap Revan tidak mengerti dengan Keynara.    "Ya emang bener kan aku itu bukan siapa-siapa kamu, aku itu enggak penting buat kamu," jawab Keynara memandang lurus ke depan tanpa menengok Revan di sampingnya.    "Emang harus penting untuk menjadi siapa-siapa? Bukannya dari awal kita emang udah nyaman kayak gini enggak perlu ada status lagi. Status tuh enggak penting kan buat kita saat ini." Keynara menengok ke arah dengan pandangan kecewa, laki-laki itu dengan mudah mengatakan status itu tidak penting padahal kedekatannya selama ini.    "Iya emang status enggak pentingkan."    "Iya kamu juga bisa deket sama siapa pun tanpa aku larang. Cuma kalau kamu udah punya pilihan baru kamu bisa bilang sama aku supaya aku tahu." Lihat kan sekarang Revan sama sekali tidak mempertahankan bahkan membiarkannya bersama orang lain. Itu artinya Revan pun di luar sana memiliki orang lain, tanpa dia ketahui juga. Kenyataan itu membuatnya sakit saat ini. . . . "HATI PEREMPUAN ITU MEMANG SULIT DITEBAK DIA MENCINTAI TAPI GENGSI MENGUNGKAPKAN SEDANGKAN LAKI-LAKI PUN TIDAK PERNAH SADAR PERHATIAN YANG DIA BUAT BISA MEMBUAT SETIAP WANITA MERASA SPESIAL. PADAHAL NYATANYA MEREKA TIDAK LEBIH DARI HANYA SEORANG TEMAN." -Story of Keynara- ***      
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN