"Kapan semuanya akan berakhir bahagia?"
***
Bagaimana rasanya dekat namun tidak memiliki status, ingin cemburu tapi sadar dia bukan siapa-siapa. Bersama tapi terasa jauh, mendekatpun terasa ada pembatas di antara mereka. Nyaman tetapi masih belum bisa bersatu. Katakanlah Keynara egois memang benar itu adanya. Dia tidak ingin ditingga tetapi orang lain harus menunggu ketidakpastiannya.
"Aya...."panggil Bunda angkatnya Mila.
"Ya, Bun?" jawab Aya menghadap menengok ke arah Bundanya. Ayahnya Reno sedangkan ada kerjaan di luar kota jadi dia sementara menginap di rumah Bundanya. Awalnya, Keynara sudah mengatakan tidak apa-apa dia tinggal sendiri toh dia sudah besar. Tapi, dasarnya Ayahnya yang keras kepala takut putri satu-satunya kenapa-kenapa membuat Keynara menurut saja ucapan sang ayah.
"Makan yuk, Dek Kinan udah nunggu di bawah," ucap Mila. "Iya, Bun. Nanti Aya ke bawah," ucap Aya dengan senyum palsunya. Bundanya yang hapal bahwa anaknya itu sedang tidak baik pun mendekat ke arahnya dan duduk di sampingnya.
"Kenapa? Ada yang kamu fikirin sayang?" tanya Mila mengelus kepala anaknya.
"Enggak kok, Bun," jawab Aya bohong. Sepintar apapun Aya bohong kepada Mila dia akan tahu dan Mila pasti tidak akan berhenti bertanya sampai dia tahu jawaban anaknya.
"Aya semua orang enggak akan tahu perasaan Aya kalau Aya cuma diam saja, sayang," ucap Mila lagi.
"Aya bilang pun rasanya pasti sama aja, Bun. Semua perlahan-lahan akan ninggalin Aya sendiri kayak Ibu," ucap Aya lesu.
"Semua yang hidup memang tidak akan ada yang abada di dunia ini. Satu persatu orang yang kita cintai akan pergi. Tapi, bukan berarti yang pergi itu tidak sayang dengan kita. Contohnya, Ibu Aya ... Ibu Aya sayang banget sama Aya makanya Ibu Aya lebih memilih mempertahankan Aya, Aya juga enggak sendiri kan disini. Ada Ayah, Papa, sama Bunda, Dek Kinan dan Revan ... Semua sayang sama Aya."
"Sebentar lagi Revan mungkin akan pergi ninggalin Aya bun," jawab Aya.
"Loh, kenapa? Bunda lihat Revan sayang banget kok sama Aya. Rela nunggu Aya sampai sekarang," ucap Mila lagi. Aya menyodorkan hpnya kepada Mila, Mila mengerutkan keningnya heran, namun dia tetap mengambil ponsel Aya dan melihatnya. Dia membuka story Revan yang paling atas. Semua story teman-temannya ia mute hanya story keluarganya dan Revan tentunya.
Mila membuka story tersebut. Termpampanglah foto Lelaki dan Perempuan tidak mesra hanya berdiri bersebelahan dengan Caption Happy Birthday. Lalu, apanya yang salah? Ah, sepertinya dia mengerti anaknya ini cemburu sepertinya.
"Kamu cemburu?" tanya Mila kepada Aya. Aya menjawab dengan gelengan kepalanya, ia tahu lagi-lagi anaknya itu berbohong.
"Kalau Aya enggak cemburu kenapa Aya enggak suka?"
"Benar. Kalau enggak cemburu kenapa Aya enggak suka. Enggak ... enggak ... Aya enggak cemburu!" batinnya menggerutu.
"Bun kenapa lama? Kinan udaha laper nih," ucap Kinan yang tiba melongo di depan pintu kamar Aya. Aya menghembuskan nafas lega beruntung adiknya itu datang sehingga dia tidak harus menjawab pertanyaan Bundanya. Aya bangkit Lalu merangkul adiknya.
"Ayo, Bun kita makan Dek Kinan udah laper nih bun," jawab Aya menggandeng adiknya untuk ke ruang makan meninggalkan Bundanya yang masih diam duduk di kasurnya sambil menggelengkan kepalanya. Lalu, dia bangkit untuk menyusul kedua putrinya makan.
.
.
.
"Ngapain kamu kesini?" tanya Aya malas melihat Revan sudah di depan rumahnya. Bundanya tadi memanggilnya karena Revan datang, dia sudah bilang malas tapi Bundanya itu memaksa katanya ada sesuatu yang ingin Revan katakan.
"Kamu kenapa, Key? Kok jutek gitu," tanya Revan bingung.
"Enggak papa, udah kalau enggak ada yang penting aku mau tidur," ucap Aya memutar bola matanya malas.
"Tumben kamu enggak mau ketemu aku biasanya kalau aku enggak kesini kamu suruh kesini. Aku kesini kok kamu usir?"
"Kan aku bilang aku lagi ngantuk aku males!" jawab Aya kesal. "Kamu kenapa? Ada yang salah dari sikap aku ke kamu?" tanya Revan lagi.
"Enggak."
"Kalau cewe bilang enggak biasanya artinya iya," jawab Revan lagi.
"Enggak usah sotoy!"
"Enggak sotoy aku kenal kamu lama jadi enggak mungkin kamu marah sama aku tanpa sebab. Key aku mau nanya."
"Hm?"
"Kenapa tidur?" tanya Revan membuat Aya semakin dibuat kesal karena pertanyaan tidak mutu Revan. "Pertanyaan kamu enggak ada yang lebih penting?" tanya Aya sinis.
Revan menghembuskan nafas sabar, perempuan kalau udah mode cueknya kumat buat dia harus sabar-sabar menghadapinya. Salah sedikit bubar sudah dunia.
"Ya kamu jawab aja Key," ucap Revan kalem dengan senyum tulusnya membuat Aya semakin kesal.
"Ngantuk!"
"Nah! Kamu tidur karna ngantuk kan? Ada sebabnya, kalau aku tanya kamu kenapa jawabannya ya bukan enggak papa, Aya," ucap Revan memanggil nama kecilnya. Jika sudah seperti ini Revan benar-benar akan serius. Dia tidak marah, bahkan dia tidak mungkin bisa marah dengan gadis yang dicintainya itu. Tapi, jika dia tidak menyelesaikan hari itu juga pasti Keynara akan semakin cuek kedepannya bahkan akan menjauh darinya. Dia sudah hafal kelakuan perempuan di depannya itu.
"Ya aku lagi capek aja emang enggak boleh aku istirahat."
"Aku enggak bilang enggak boleh istirahat tapi aku tahu ada yang kamu tutupin sekarang," kata Revan lagi mendesak Keynara untuk berbicara. Saat hendak berbicara lagi ternyata Reno tiba-tiba datang membuat mereka berdua menengok ke arah Reno.
"Assalamualaikum...." Reno pulang dengan banyaknya belanjaan di tangannya, Keynara tersenyum lega dia tidak harus menjawab pertanyaan Revan sekarang karena kepulangan Ayahnya.
"Waalaikumsalam Papa," ucap Keynara lalu menghambur ke pelukan Ayahnya itu, dia rindu dengan Ayahnya yang kemarin harus kerja di luar kota beberapa hari.
"Waalaikumsalam, Om," jawab Revan tersenyum.
"Revan kamu disini juga," Sapa Reno sambil merangkul Putri kesayangannya.
"Iya, Om," jawab Revan tersenyum paksa dia tidak mungkin bertanya lanjut kepada Keynara kenapa dengan gadis itu. Tapi, yasudahlah nanti dia akan tanyakan lagi.
"Yaudah yuk masuk dulu saya bawa banyak oleh-oleh nih," ucap Reno menunjukan beberapa tas belanjaan yang dibawanya.
"Ah enggak perlu, Om. Saya pamit pulang aja udah selesai juga ngomong saya Keynya. Jadi, saya mau pamit aja," kata Revan memilih untuk pamit saja.
"Loh, kenapa? Masuk aja dulu kita makan sama-sama," kata Reno lagi.
"Papa...." Suara Kinan dari dalam sana yang berlari menghambur kepelukan Reno pun disambut hangat oleh Reno. Dibelakangnya ada Alif dan Mila menyusul.
"Gimana kabar kamu Kinan?" tanya Reno walaupun Kinan bukan anak kandungnya tapi dia sudah mengangapnya seperti anaknya sendiri.
"Papa tadi aku enggak ditanya kayak Kinan?" ucap Aya cemberut membuat mereka tersenyum.
"Iya-iya gimana kabar anak-anak Papa?" ulang Reno bertanya kepada mereka berdua.
"BAIK PAPA...." ucap mereka berdua kompak membuat mereka semua tertawa. Revan yang melihat keseruan keluarga mereka pun tersenyum ia jadi tidak enak jika harus menganggu mereka jadi lebih baik Revan pamit.
"Yaudah Om, Tante, Key, Kinan aku pamit dulu ya. Aku masih ada kerjaan soalnya," ucap Revan ramah.
"Kenapa enggak makan dulu ayo bareng kita Tante masak banyak loh, Van," ucap Mila.
"Lain kali aja tan."
"Yaudah saya pamit ya. Assalamualaikum....
"Waalaikumsalam. Hati-hati ya Revan."
"Iya tante."
"Bentar ya aku anter Revan sampai depan dulu kalian masuk aja duluan," kata Keynara dan mereka semua pun mengangguk masuk duluan ke dalam rumah.
"Aku pulang dulu, Key. Mungkin aku mau kangen-kangen sama Papa kamu dulu," ucap Revan mengelus kepala Keynara.
"Maaf...." Keynara menunduk enggan untuk melihat ke arah Revan.
"Enggak papa aku ngerti kita bisa bahas ini lagi nanti. Aku pulang dulu ya, Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam," jawab Keynara mendongak untuk melihat wajah Revan. Senyum menyejukkan yang selalu membuat Keynara merasa nyaman oleh laki-laki di depannya ini. Setelah itu Revan pun pamit untuk pulang.
.....
"Nyaman itu berbahaya."
***
Tbc.... Jangan lupa vote and comment.