Kita Yang Sulit Untuk Usai

3054 Kata
"Pada akhirnya hanya aku yang akan tersakiti dengan harapan yang aku buat sendiri. Aku paham tapi aku belum bisa memilih menyerah. Aku akan benar-benar menyerah saat aku mulai semakin lelah." ****    Hari-hari yang dijalani Keynara bersama Revan hanya semakin membuatnya lelah. Lelah karena tidak tahu akan ke mana ujung kisah cinta mereka, memilih melepaskan. Namun, rasa sayang masih terlalu kuat mendominasinya. Ingin menyerah tapi takut ada orang yang mengisi hatinya. Walaupun saat ini mereka bersama belum tentu pada akhirnya mereka akan bersama juga.      Di balik Keynara yang selalu memikirkan Revan, begitupun dengan Revan dia bingung harus melepaskan Keynara mulai dari mana, rasa tidak tega juga menyelimuti perasaan Revan. Pertemuan mereka semakin jarang karena Bundanya Mila melarang Keynara untuk sering bertemu dengan Revan. Lalu, apa yang harus Revan lakukan.     "Pagi, Key." Pesan singkat yang dikirimkan oleh Revan masih centang satu. Itu artinya Keynara belum bangun dari tidurnya.    Keynara memang sengaja mengaktifkan ponselnya siang saat hari libur. Setelah solat subuh dia akan kembali ke alam mimpinya setelah itu dia baru akan bangun siang. .....     Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh siang, Keynara meraba nakasnya dan mengambil ponselnya lebih dulu seperti biasa. Setelah itu dia mengaktifkan ponselnya, padahal matanya belum terbuka sempurna tapi handphone selalu menjadi hal utamanya yang dia pegang setelah bangun tidur. "Pagi, Key."  Pesan singkat yang dikirimkan Revan cukup membuat pagi Keynara sedikit bersinar. Hanya ucapan sederhana tapi sudah membuat Keynara merasa penting.   "Pagi juga, Van."  Balas Keynara singkat tapi dengan cepat Revan sudah membalasnya lagi seperti Revan pun sedang memainkan ponselnya.   "Baru bangun?"   "Heem."   "Siang banget bangunnya."   "Ngantuk tahu. Semalem 'kan tidur malem."   "Suruh siapa tidur malem."   "Orang gara-gara kamu nyalahin aku lagi."   "Tapi, aku semalem 'kan udah suruh bobo aja kamu bilang entar mulu tapi ujung-ujungnya aku ditinggal tidur juga." "Wkwkw. Namanya ngantuk."   "-,-. Mandi sana."   "Entar, Van baru juga bangun. Belum melek banget ini tu."  Beberapa saat kemudian tidak ada balasan singkat lagi dari Revan. Keynara pun memilih membuka aplikasi menulisnya untuk melihat perkembangan pembaca diceritanya. Tapi, belum sempat kebuka panggilan Video Call dari Revan masuk.   "Ish kebiasaan kalau video call selalu dadakan," dumel Keynara. Tapi, walaupun begitu dia tetap mengangkat video call dari Revan.   "Kenapa?" tanya Keynara sambil mengucek matanya yang terlalu silau terkena cahaya dari ponselnya. "Bangun, Key...."   "Suruh ngapain kalau udah bangun."   "Mandi sana. Udah siang tahu."   "Iya nanti."   "Nanti kapan?"   "Nanti sore," jawab Keynara lalu tertawa. "Hm...."   "Lagian ngapain mandi kalau enggak ketemu juga." "Ya emang mau mandi harus ketemu dulu."   "Yaiyalah, Revan. Kalau enggak ketemu terus ngapain segala mandi, ini lagi musim kemarau juga, sayang tahu buang-buang air."   "Ya enggak sayang orang mandi biar bersih."   "Iya ah entar sekalian solat Zuhur aja."   "Hmm kebiasaan." Keynara terkekeh, selalu ada jawaban untuk menjawab setiap suruhan Revan.   "Kamu udah makan, Van?" tanya Keynara.   "Belum."   "Kenapa? Enggak ada yang masak?" tanya Keynara.   "Heum, kamu masakin dong."    "Iya nanti kalau udah."   "Udah apa?"   "Udah ke sana."   "Sana mana?"   "Udah ah banyak nanya mau tidur lagi ngantuk."   "Mandi, Key. Kamu jorok banget deh jadi cewe."   "Ih kamu ini dibilangin, sayang air mandinya nanti aja. Sekalian solat Zuhur."   "Ya biar seger."   "Ngantukkkkk, Revannn...."   "Hmm...."   "Cuek banget."   "Hm."   "Yaudah aku mo tidur aja."   "Yaudah."   "Ahh kamu mah enggak peka deh. Aturan kalau cewe bilang A ya itu artinya B kamu enggak pengertian banget."   "Ah ribet tinggal ngomong aja segala A, B." Keynara malah tertawa lagi. Mendengar Revan ngoceh itu rasanya membuat dirinya jadi senang sendiri menggoda Revan. Tapi, mengingat mereka yang tidak akan pernah bisa menjadi satu selalu membuat rasa sesak dihatinya.   "Kenapa?" tanya Revan dari sana melihat Keynara yang hanya diam saja.   "Enggak papa. Yaudah kamu makan dulu gih."   "Emang kamu sendiri udah makan?" tanya Revan balik.   "Ya belom 'kan aku baru bangun."   "Hmm yaudah. Ada temen aku nih."   "Oh gitu yaudah aku matiin." "Hmm."   "Enggak sayang dulu nih akunya?" tanya Keynara memberengut. Revan tersenyum melihat Keynara.   "Sayang kamu...."   "Okey."   "Enggak dibales?"   "Emamg harus dibales?"   "Hmm...."   "Iya-iya sayang kamu juga, Revan...."   "Yaudah ya. Nanti lagi kamu mandi aja dulu gih."   "Oke." Setelah itu Revan mematikan ponselnya lebih dulu. Sudah biasa apabila ada temannya datang pasti Revan akan mematikan ponselnya jika sedang video call dengan Keynara.   Revan tinggal disebuah mess yang disediakan oleh kerjaannya dan di dalam mess itu ada banyak rekan Revan yang lain. Jadi, setiap ada temannya Revan pasti akan mematikan teleponnya.   Keynara menghembuskan nafasnya mengingat dirinya hanya menjadi konsumsi pribadi Revan membuat Keynara berfikir. Apa dia sebegitu jeleknya hingga membuat Revan malu untuk mengakui Keynara. Satu pun teman Revan tidak ada yang pernah tahu tentang Keynara. Entahlah Revan menceritakannya kepada temannya atau tidak yang pasti tetap saja Keynara selalu berfikir dia itu selingkuhan Revan.   Berkali-kali Revan meyakinkan Keynara kalau dia bukan selingkuhan, Revan tapi Keynara juga butuh diakui. Keynara ingin seperti wanita lain yang dikenalkan kepada keluarga pasangannya, temannya. Tapi, berbanding terbalik dengan Revan yang tidak pernah mengenalnya kepada satu orang pun temannya.   "Huftt...." Seharusnya dia mengikuti kata hatinya untuk melepaskan Revan bukan malah mempertahankannya dengan segala rasa sakit yang harus dia pendam sendiri.     Ketika hati memaksa untuk bertahan tapi malah membuat dirinya pun tersakiti setiap harinya. Mencoba untuk melupakan tapi sulit, mencoba untuk bertahan tapi sakit. Melepaskan pun belum bisa. Berkali-kali Keynara memantapkan hati untuk melepaskan tapi rasa tidak rela dia dimiliki orang lain selalu membuat Keynara memilih untuk bertahan. Walaupun dengan konsekuensi rasa sakit yang dia terima setiap harinya. .....   Revan meletakkan ponselnya setelah mengabarkan Keynara. Dia tidak ingin membuat Keynara semakin berharap dengan dirinya. Dia ingin Keynara membencinya hingga saat itu tiba dia akan melepaskan Keynara. Dia memilih mundur dalam diam karena dia tahu masa depan Keynara masih panjang, Revan tidak mau Keynara melupakan cita-citanya hanya karena dirinya.    Keynara berbakat seharusnya dia bisa mengembangkan bakatnya lebih, tapi setelah Revan pikir dia tidak bisa juga menunggu Keynara selama itu. Umurnya sudah semakin cukup untuk menikah. Sepupu-sepupunya yang lain pun sudah menikah dan ada yang sudah mempunyai anak juga. Revan juga ingin, tapi tidak mungkin dia menerima orang lain di saat dia Masih bersama Keynara. Dia sangat merasa bersalah memainkan perasaan Keynara tapi apa boleh buat mereka berdua sudah terjatuh dan bingung harus bagaimana setelahnya. .....      "Pusingggg, Ris...." Keynara mengirimkan pesan kepada Risda yang saat ini sedang berbeda kota dengannya. Hanya Risda yang selama ini banyak membantunya. Dia yang selalu membuatkam cover untuk ceritanya, dia yang tidak pernah pula lelah mendengar cuitan perasaannya yang namanya masih sama beberapa tahun ini. Risda juga yang jadi saksi kisah cinta LDR nya, dia yang selalu menjadi tempat Keynara mencurahkan segala perasaannya.   "Kenapa lagi?" balas Risda.   "Aku bingung sama hubunganku sama Revan. Aku takut sampe akhirnya aku itu kecewa mendalam, Ris karena cara aku salah."   "Ya terus kamu mau gimana?"   "Ya itu aku bingung. Aku enggak bisa ngelapasin dia gitu aja. Aku sayang sama dia."   "Kamu dulu yang bilang ke aku kalau jodoh pasti bakal balik lagi. Kita cuma perlu waktu untuk melupakan doang kok kalau kamu emang beneran niat pisah sama dia."   "Gini ya, Ris. Kalau misalnya aku ngelupain dia karena dia jahat, selingkuh atau lainnya pasti gampang, Ris. Masalahnya dia baik banget."   "Kamu bilang baik karena rasa sayang kamu lebih besar dari rasa benci kamu jadi susah buat kamu ngelepas dia. Kalau kamu emang mau ngelepas dia inget aja sifat-sifat jeleknya."   "Ya masalahnya dia enggak ada sifat jeleknya."   "Mana ada enggak ada. Orang banyak banget, dia itu cuek, ngeselin, sukanya ninggalin kamu kalau kamu lagi ngambek, bukannya di baik-baikin. Terus enggak romantis lagi emang itu bukan sifat jelek?"   "Ya ...  ya itu 'kan kalau cuma di chat kalau aslinya enggak kok."   "Ya dibilang kalau kamu mau ngelupain ya kamu inget dia yang jelek aja enggak usah yang bagus-bagusnya. Udah pokoknya dia jelek."   "Wkwkw ... Kamu dendam banget deh kayaknya sama Revan."   "Bukan dendam. Kamu itu kalau cerita disakitin mulu sama dia."   "Bukan dia yang nyakitin aku, Ris. Tapi, harapan aku sendiri yang bikin sakit."   "Nahkan dibelain mulu gimana kamu mau lupa sama kesalahan dia. Hadeuh, Key ... Key bingung aku. Udah kamu itu fokus aja sama masa depan kamu. Kamu mau nikah ala-ala pedang pora gitu 'kan nah kamu cari aja Perwira."   "Dikata mau sama Perwira itu gampang apa. Ahhh orang udah stucknya sama dia."   "Enggak udah gampang aja asalkan niat. Hahaha...."   "Ih dasar ngeselin padahal kamu juga sama Masih sayang sama Alwi. Enggak bisa move on juga 'kan kamu."   "Wkwkw ... Sialan kamu, Key."   "Hahaha ... Aku emang bener kita itu sama. Sama-sama mencintai namun tidak bisa memiliki."   "Idih ogah sama-samaan sama kamu. Setidaknya aku mah gampang aja ngelupain kalau kamu diingetnya baik-baiknya mulu gimana mau lupain."   "Idihhhh boong banget ngelupain. Kemarin aja ada yang cerita 'ih Alwi ngeselin tahu dia bilang mau Vc aku aku tunggu sampe malem, ampe aku ketiduran enggak vc juga. Sialan'"     "Heh. Nyebelin ya kamu, Key. Awas aja kalau aku udah balik ke Jakarta aku habisin kamu...."   "Ya makanya hayu balik kita hangout lagi. Terus kita jampi-jampi Revan."   "Wkwkw gila lo. Udah yaks ada urusan dulu nih nanti malem kita chat an lagi."   "Okey siappp...."  Huftt Keynara bosan lagi. Ingin mencari kesibukan tapi bingung kesibukan apa yang harus Keynara cari. Tapi, sebenarnya Keynara sibuk, dia harus menyelesaikan deadline-deadline menulis jika sudah menuju akhir bulan tapi entah kenapa dia tetap saja tidak merasa sibuk.    Hari biasa saat Keynara  kerja dia juga  sibuk, tapi kadang Masih aja kepikiran sama Revan. Sebenarnya Revan pakai apa sih setiap hari bikin Keynara kepikiran mulu. Punya jimat apa coba dia. Kalau punya ya Keynara dibagi gitu biar Revan terus mengingatnya jangan hanya Keynara saja yang ingat terus sama Revan. Tidak adil. .....    Bekerja bersama anak-anak adalah hal yang paling menyenangkan bagi Keynara. Walaupun sesekali, Keynara dibuat pusing dengan sikap mereka yang kadang suka jahil, suka ngeyel dan lain-lain tapi terkadang malah menjadi kebahagiaan untuk Keynara.   "Kak Key, ini gimana buat rumahnya aku enggak bisa," ucap anak muridnya. Keynara tersenyum satu lagi dia tidak mau dipanggil Bu atau  Bu Guru walaupun nyatanya dia memang seperti guru. Tapi, dia hanya mau dipanggil, Kak. Supaya tidak terlalu tua juga.   "Sini kaka ajari, ini cuma tinggal dibuat persegi panjangnya yang lebar. Kita buat deh segitiga di atasnya yang sering kakak ajarin. Habis itu kita arsir, kita kasih pintu, kita kasih jendela jadi deh."   "Kok gampang ya, Kak tadi aku buat susah banget jadi aku hapus mulu."   "Gampang kok kalau kita sabar buatnya. Lain kali enggak boleh ya bilang susah kalau kita belum coba dulu," ucap Keynara telaten mengajari anak-anak muridnya.     Keynara jadi berfikir kapan ya dia punya anak bersama Revan. Tapi, apa mungkin itu bisa terjadi di saat banyaknya keretakan hubungan yang sering terjadi antara kita.   "Kak Key kenapa bengong?" tanya anak perempuan tadi.   "Eh iya maaf. Ini udah selesai Annisa bisa 'kan buat pohon, terus dikasih kelincinya bisa 'kan? Dulu Kak, Key udah sering ajarin loh cara buat hewan."   "Sebentar Kak Key aku lupa. Kakak lihatin ya bener atau enggak."   "Iya kakak lihatin."   "Annisa gantian dong. Aku 'kan juga mau diajarin sama Kak Key emang kamu doang," saut muridnya yang lain.   "Sabar dong 'kan aku duluan yang tadi ke sini kamu baru dateng."   "Tapi, dari tadi kamu lama banget."   "Sudah-sudah bareng-bareng dong enggak boleh ribut-ribut gitu. Fina butub apa? Sini Kak Key bantu," ucap Keynara bangkit dan berjongkoj untuk melihat gambar Fani.   "Gambar Fani udah bagus kok. Fani cuma butuh kasih warna-warna yang cerah aja di bunga-bunganya. Terus kok ini ada pelangi memang habis hujan ya?"   "Enggak, Kak Key biar berwarna aja biar cantik kayak Kak Key."   "Terimakasih, Fina juga cantik, kok. Yaudah Fina lanjutin lagi di bangku Fina ya."   "Siap, Kak Key." Setelah itu Fani menuju ke kursinya lagi. Dia kembali ke tempat duduknya Masih setia Annisa di sana.   "Anissa enggak capek gambar sambil berdiri? Kalau capek Annisa bisa sambil duduk di tempat Annisa kok." "Oke, Kak Key." Senyum mereka adalah kebahagiaan untuk Keynara. Ingin rasanya kembali lagi ke saat-saat seperti mereka tidia dipusingkan masalah orang dewasa apalagi percintaan yang selalu membuat perasaannya rumit. ....       Keynara menunggu Revan menjemputnya. Mereka memutuskan untuk jalan refreshing sebentar karena sudah lama juga meraka tidak pergi bersama.    "Van udah di mana?"  Keynara mengirimkan pesan singkat untuk menanyakan kepada Revan.   "Key belum pulang?" tanya rekan kerjanya Vira.   "Belum."   "Nunggu dijemput, Mas Revan?" goda Vira. Keynara tersenyum.   "Iya tadi katanya mau jemput soalnya."   "Oh gitu. Masih lama enggak? Biar aku temenin."   "Enggak tahu aku udah chat sih cuma belum dibales kayaknya di jalan."   "Mau bareng aku aja?"   "Enggak atuh, Vir rumah kita 'kan jauh dari ujung ke ujung enggak enak aku."   "Yaudah aku temenin aja ya takutnya, Revan enggak dateng nanti kamu pulang sama siapa."   "Ih enggak usah kamu pulang aja nanti kamu kesorean keburu hujan."   "Tap ... eh itu Masmu udah jemput."   "Ah ya, yaudah aku pulang dulu ya. Makasih udah ditemenin kamu hati-hati ya."   "Iya sama-sama hati-hati. Mas bawa Keynara hati-hati dia gampang istimewa makanya gampang rapuh," ledek Vira ke Revan yang menjemputnya.   "Ish, Vira...."   "Hahaha. Yaudah have fun bye...." Vira pergi lebih dulu membawa motornya.    "Vira nungguin kamu?" tanya Revan membuka helmnya dan memandang Aya.   "Enggak kok tadi emang dia baru pulang tadinya emang dia mau nemenin aku tapi aku bilang enggak usah eh kamu dateng," jawab Keynara jujur.   "Oh gitu, yaudah ayo." Keynara mengangguk lantas naik ke motor Revan. Ada rasa bahagia tapi ada rasa bersalah karena hubungan ini pada dasarnya juga salah. Dan Keynara tahu dia akan kecewa nantinya.   Tangan Revan menelusuk ke tangan Keynara seperti biasa untuk menuntun tangan Keynara memeluk Revan. Hati Keynara ingin menolak tapi lagi-lagi dia kalah mengikuti hatinya.   "Mau ke mana?"    "Terserah."   "Aku nanya ke mana malah terserah katanya ketemu."   "Ya soalnya aku juga bingung mau ke mana," jawab Keynara yang menempelkan dagunya ke pundak Revan.   "Hmmm ... Kangen enggak?"   "Dikit." Sebenarnya Keynara gengsi mengatakan dia kangen jadi dia hanya bisa jawab dikit saja.   "Hmm ... katanya kangen."   "Iya kangen tapi dikit kamu ini ngeselin."   "Iya-iya deh."  Mereka hanya mengelilingi tempat seperti biasa. Tidak ada yang menarik. Namun, Keynara merasa bahagia saja walaupun hanya kesederhanaan saat bersama Revan.   Dulu dengan mantan kekasih Keynara pasti Keynara akan menghabiskan waktu hanya di mall, nongkrong di cafe dan begitulah. Tapi, dengan Revan mereka lebih sering menghabiskan waktu di jalan, atau sesekali kalau kita jenuh pasti kita akan ke puncak. Tapi, jarang sih.    "Gimana kerja kamu?"    "Baik kok. Kamu sendiri gimana?"   "Ya sama lagi capek mondar-mandir sih ngurus hal penting kejar target lah istilahnya."   "Oh gitu, sekarang berarti enggak capek harus jalan sama aku?"   "Ehmm capek," jawab Revan.   "Iiih yaudah anterin aku pulang aja kalau capek ngeselin kamu tuuu...." sungut Keynara, Keynara melepaskan tangannya dari perut Revan. Tapi, Revan menariknya lagi.   "Ck. Pegel tahu."   "Pegel nih yaudah...." Revan pun melepaskan tangan Keynara. Keynara duduk agak tegak tidak menyenderkan kepalanya di pundak Revan lagi. Dia mengambil ponselnya untuk dimainkan. Revan, juga tidak pernah komplen dan tetap fokus pada jalanannya.    "Ris aku lagi jalan."  Keynara memang sudah biasa jika dia jalan dengan Revan pasti dia akan mengirimkan pesan untuk Keynara.   Tidak ada balasan lagi pasti Risda lagi sibuk. Antara dia belum pulang dari klinik atau dia lagi sibuk mengurus perannya sebagai anak perempuan pertama yang harus bisa segalanya. Ya, walaupun Keynara pun seperti itu. .....   Mereka sampai di sebuah rumah makan sederhana karena hari mulai hujan jadi mereka memutuskan untuk berteduh sekalian makan. Revan masih di depan sedangkan Keynara sudah lebih dulu masuk dan duduk.   "Udah pesen?"   "Belum nunggu kamu."   "Yaudah pesen aja mau makan apa," kata Revan. Keynara mengangguk lantas memesan makanan untuk mereka berdua.     "Gimana kemarin-kemarin enggak ketemu."   "Ya seperti biasa aja."   "Hmm...."   "Kita gimana?" Revan terdiam dia juga tidak tahu harus menjawab apa. Ada hal sebenarnya yang mau Revan katakan tapi beruntung waiter mengantarkan mereka makan.   "Makan dulu yuk. Aku laper." Keynara mengangguk. Sebenarnya dia Masih kenyang tapi yaudahlah dia makan aja.    Beberapa saat kemudian Keynara sudah merasa begah dengan perutnya yang kenyang, hampir setiap makan dengan Revan pasti hanya beberapa kali saja dia bisa menghabiskan makanan tersebut.   "Van kenyang."   "Abisin masih banyak." Keynara menggeleng.   "Kebiasaan deh kalau makan pasti enggak pernah dihabisin. Sayuran juga enggak dimakan lagi."   "Aku enggak suka."   "Ya dipaksain nanti lama-lama juga doyan. Lagian gimana nanti mau punya anak 'kan harus makan-makanan yang sehat."   "Punya anak, nikah aja belom."   "Ya nanti 'kan bakal nikah juga. Emang kamu enggak mau nikah?"   "Ya maulah masa ampe tua aku enggak nikah."   "Nikah sama siapa?" tanya Revan. Senyum di bibir Keynara seketika memudar. Dia mengalihkan perhatiannya dari Revan. Keynara menginginkan Revan tapi mungkin takdir tidak berpihak kepada mereka. Keynara tidak akan pernah bisa bersama Revan. Ya, Keynara mempunyai feeling seperti itu.   "Key?" Revan memanggil Keynara dan menyuruhnya menghadap ke Revan. Keynara hanya tersenyum.   "Aku maunya kamu tapi kalau takdir enggak berkehendak buat kita bersatu aku bisa apa? Kalau Allah menakdirkan pada akhirnya kita pisah gimana? Keinginan aku enggak bisa terwujud 'kan jadinya." Kini gantian Revan yang terdiam mendengar jawaban dari Keynara. Keynara tersenyum dan mengelus lengan Revan.   "Udah enggak usah dipikirin ucapan aku. Kita jalanin aja ya," ucap Keynara menahan rasa sakit di dadanya. Walaupun, dia tahu akhir kisah mereka pasti akan berpisah Keynara hanya ingin menikmati rasa sakit itu sampai Keynara memilih menyerah dan mengakhiri semuanya.    "Yaudah makan lagi."   "Enggak orang dibilang kenyang kamu ngeyel banget deh."   "Ck ... Kebiasaan." Revan memutar piringnya dengan piring Keynara seperti biasa dia pasti jadi sampahnya Keynara.   "Enggak usah di makan, Rev buang aja."   "Mubazir. Banyak orang di luar sana yang enggak makan kita malah buang-buang makanan."   "Ya soalnya akukan kenyang."   "Hmm...."   "Ihhh kalau enggak ikhlas enggak usah di makan."   "Sayang, Key."   "Nasi sisa aja dibilang sayang. Kalau aku dibilang sayang pasti kudu disuruh dulu. Emang nasi lebih menarik dari aku," dumel Keynara pelan. Tapi, Revan masih mendengar ucapan Keynara. Dalam diam Revan tersenyum tapi dia tidak menyahuti ucapan Keynara. Padahal, Keynara berharap Revan mendengar. Tapi, dasarnya orang cuek itu harus dijejelin dulu biar peka. "Revannn kamu beda dari yang lain, enggak romantis, cuek, nyebelin, pokoknya semua yang jelek-jelek. Tapi, kenapa aku sayang banget dan susah banget buat lupain kamu," batin Keynara memberontak. Ingin rasanya Revan mengetahui semua perasaan yang dirasakan Keynara tapi, itu tidak mungkin dan mengungkapkannya kepada Revan pun sepertinya tidak mungkin pula. Akan ke mana hubungan ini berlanjut.   Kita hanya sedang menunda kekecewaan sampai akhirnya kecewa itu sudah tidak sanggup menyembunyikan perasaannya dan saat itu pula semua harus benar-benar berakhir. ......   "Tentukan rencana dalam hidupmu. Susun langkah dalam meraihnya. Maka pencapaian yang kau dapatkan akan semakin terasa jelas." ***** Tbc ... Sampai ketemu lagi sama Keynavan besok gaisss ... See u....    
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN