Membersihkan Dapur

2004 Kata
"Simpan disitu saja, Kay," ujar Juna. Tapi Kayla tak peduli, dia terus membersihkan dapur Juna. Juna lalu menghela, dia akhirnya membantu Kayla membersihkan dapurnya. "Ga usah ikut Juna. Kamu duduk saja," ucap Kayla saat melihat Juna ikut membersihkan dapur bersamanya. "Seharusnya aku yang bilang begitu, Kay," balas Juna yang masih terus membersihkan. Kayla kini diam tak berkata, mereka berdua bekerja sama membersihkan dapur. Tak membutuhkan waktu lama karena Kayla tadi tidak begitu mengotori dapur Juna saat membuat kue. Selepas selesai Kayla duduk di meja makan, sedangkan Juna pergi membuat minuman dingin untuk mereka berdua. Dia lalu duduk dihadapan Kayla dan meletakkan dua gelas dihadapan mereka. "Terima kasih," ujar Kayla dan meminum es sirup buatan Juna. Juna pun sama. Mereka berbincang sebentar. Sekaligus membahas rencana untuk besok. "Aku pulang ya," ucap Kayla. "Sudah mau pulang?" "Iya," Kayla mengangguk dan bangkit berdiri setelah membereskan barang-barangnya. "Ayo aku antar," ucap Juna. "Jangan tidak usah Juna. Aku bisa pulang sendiri," tolak Kayla. "Jang menolak Kay, kamu sudah banyak membantuku," ujar Juna yang tidak suka jika Kayla terus-terusan menolak karena tidak enak padanya. "Iya Juna," balas Kayla pasrah. Dan akhirnya Kayla mau dianyar oleh Juna pulang ke kontrakannya dengan menggunakan motor milik Tyo. *** Drtt "Halo Risda," panggil Vira saat mengangkat oanggilan telefon dari Risda. "Halo, Vir," balas Risda. "Iya kenapa?" "Ketemuan yuk Vir, ada yang mau gue bicarain," ujar Risda. Vira mengeryitkan keningnya, "Ya udah dimana?" tanyanya. "Di cafe biasanya aja, sejam lagi kita ketemu," balas Risda memberi tahu lokasi dan waktu mereka bertemu. Setelah mengiyakan ajakan Risda, mereka menutup teleponnya. Vira kini segera membersihkan dirinya dan mengganti pakaian. Dia lalu keluar rumahnya dan berangkat menuju cafe itu. Vira sampai lebih dulu ketimbang Risda dan itu membuatnya menggerutu kesal. Beberapa menit dia menunggu hingga Risda datang dengan cengirannya tanpa merasa bersalah karena sudah membuat Vira menunggu. "Yang buat janji siapa, yang telat siapa," gerutu Vira dan didengar Risda. "Iya, iya maaf," ujar Risda sambil tertawa. "Pesen minum dulu sana," ujar Vira karena dia sudah menghabiskan setengah gelasnya selama menunggu Risda. Risda menurut, dia berjalan dan memesan minumannya. Setelah itu dia kembali ke hadapan Vira. "Kenapa?" tanya Vira langsung. "Kita nyusul Kayla yuk," ujar Risda dan membuat Vira keheranan. "Hah? Kenapa emangnya?" tanya Vira lagi. "Liam bakal lama disana, gue jadi kepikiran Kayla, Vir. Jadi kita nyusuk Kayla aja yuk." Vira menghela sekali. Dia memutar otanknya berfikir sebentar sebelum mengambil keputusan, "Ya udah ayo," balas Vira setuju dengan ajakan Risda. "Oke sip. Besok kita berangkat," ujar Risda. "Hah? Harus besok banget? Terus Nenek gimana Ris?" tanya Vira beruntun. "Sebentar ini kita ke rumah Nenek terus sekalian pamitan. Tapi jangan bilang kalau kita mau nyusul Kayla atau pergi ke kota yang sama dengan Kayla," ujar Risda menjelaskan. "Terus bilang kita mau kemana?" "Keluar kota, bilang aja ada urusan mendadak," ujar Risda mengusulkan alasan. "Ya udah deh," balas Vira setuju saja dengan rencana Risda. "Kayla disana sendirian. Meski dia pasti ada teman baru, tapi tetep aja rasanya kasian terlebih ada Liam juga disana," tutur Risda. "Iya, gue juga merasa gitu," balas Vira. Risda mengangguk, "Kita naik mobil aja ya kesana," sarannya. "Iya, ntar kita gantian nyetirnya," balas Vira setuju. Setelah beberapa menit mereka habiskan di cafe itu, mereka kini berencana ke rumah Resti. Tapi sebelumnya, mereka akan belanja dulu untuk kebutuhan rumah Resti seperti biasanya. Bedanya kini mereka akan belanja sedikit lebih banyak karena mereka tidak akan bertemu Resti dalam beberapa hari ini. "Beli ikan-ikan juga yuk Ris. Biar Nenek ga perlu ke pasar lagi," saran Vira dan disetujui oleh Risda. Berbagai jenis bahan dan barang untuk kebutuhan Resti mereka sudah beli hingga memenuhi troli. Selepas belanja, mereka berdua segera menuju rumah Resti. Seperti biasanya mereka mengetuk pintu terlebih dahulu lalu masuk ke dalam rumah Resti. "Nek," panggil mereka tapi tidak ada yang menyahut. "Kayaknya Nenek keluar deh," ujar Vira saat selesai mengecek seisi rumah Resti tanpa terkecuali kamar Resti tetapi dia tak menemukannya. "Yaudah beresin ini aja dulu," ujar Risda sambil menunjuk ke kantongan belanja yang mereka bawa. Vira mengangguk. Mereka lalu berjalan ke arah dapur dan membereskan seumanya dengan rapi. Bahkan mereka menyempatkan untuk membantu Resti membersihkan rumahnya. Setelah selesai, Vira dan Risda istirahat di ruang tamu Resti. Resti masih belum pulang. Lama menunggu hingga mereka berdua terlelap disofa karena kelelahan. Waktu terus berganti, Resti baru pulang saat malam tiba. Vira dan Risda juga masih tertidur disofa. Resti yang baru masuk rumah terkejut melihat keberadaan kedua teman cucunya. "Ya ampun anak-anak ini," heran Resti sambil tersenyum simpul. Resti tidak langsung membangunkan mereka, tetapi dia menuju ke dapur lebih dahulu. Resti membuka kulkasnya dan kembali dibuat terkejut karena kulkasnya yang terisi penuh. Dia tahu ini perbuatan Vira dan Risda. Resti membawa makanan dari luar tadi, jadi fia meletakkannya di meja makan dan menyiapkan makan malam, untungnya tadi dia membeli porsi yang lebih. Selepas itu, Resti pergi ke Vira dan Risda yang masih tertidur, ia membangunkan merka satu per satu. "Nduk," panggil Resti sambil mengguncangkan pelan tubuh Vira dan Risda. Vira dan Risda menggerakkan tubuhnya, matanya mengerjap-erjao membiarkan cahaya perlahan masuk ke matanya. Setelah tebuka sempurna, dia terduduk tegak karena melihat Resti yang sudah ada dihadapan mereka. "Nenek... Nenek kapan pulang?" tanya Vira masih dengan suara khas bangun tidur. "Baru aja. Kalian kenapa tidur disini? Kenapa ga ke kamarnya Kayla aja?" kini Resti yang balik bertanya. "Ah, itu... Kita lagi nungguin Nenek pulang tapi ternyata kita malah ketiduran disini," jelas Risda dan diangguki Vira. Resti mengangguk mengerti, "Sudah malam, ayo ke meja makan kita makan malam dulu," ajak Resti. "Tapi kita belum masak, Nek," ujar Vira. "Ga usah nduk, Nenek tadi bawa makanan dari luar. Cukup untuk kita bertiga, ayo," jelas Resti dan kembali mengajak Vira dan Risda untuk segera makan malam. Vira dan Risda akhirnya bangkit berdiri dan berjalan mengekori Resti menuju meja makan. Mereka duduk bersama dan mulai makan malam bersama. Sudah lama mereka tidak makan bertiga karena keduanya yang sibuk. Mereka hanya sempat mengunjungi Resti bergantian dan tidak bersama-sama, itupun mereka hanya menyempatkan waktu beberapa saat tak sampai sempat untuk makan malam. Setelah mereka bertiga selesai makan, mereka berpindah ke sofa dan duduk-duduk bersama. "Nek," panggil Vira. Resti menoleh, "Iya," balasnya. "Kayaknya beberapa hari kedepan kita ga bisa kesini dulu deh," ujar Risda. "Kenapa?" "Kita ada urusan mendadak diluar kota mulai besok," jelas Vira. "Oh iya tidak apa-apa," balas Resti mengerti dan tidak bertanya lebih lanjut. "Kita udah beli bahan-bahan yang Nenek butuhon segari-hari. Nenek juga gausah ke pasar besok, kita udah beliin ikan kok," ujar Risda memberitahu. "Oh, jadi karena kaliar mau pergi makanya kulkas nenek jadi lebih penuh dari yang biasa kalian kasih," ujar Resti saat melihat isi kulkasnya yqng sqngat penuh dengan berbagai kebutuhan pokoknya. Vira dan Risda menyengir, "Iya,l uhar mereka bersama. "Ya udah kalau gitu kita pamit ya, Nek," ucap Vira karena sudah begitu malam. "Iya," balas Resti. "Sampai jumpa ya Nek. Nenek jaga diri disini, jangan lupa buat selalu kirim pesan ke kita buat kasih tau keadaan Nenek," ujar Vira panjang lebar. Resti terkekeh, dia mengangguk mengerti. Vira dan Risda pun keluar dari rumah Resti setelah berpamitan. Mereka lalu pergi dari sana. *** Kesegaran menyambut pagi hari Kayla saat dirinya diguyur air setelah berkeringat karena lari pagi. Dia keluar dari kamar mandi setelah selesai mandi. Dia lalu memakai pakaiannya dan merias dirinya dengan riasan tipis. Sejam lagi Juna akan menjemputnya. Sesuai janjinya, dia akan ikut dengan Juna untuk merayakan ulang tahun bunda Juna. Setelah selesai berpakaian, ia segera menghubungi Juna kalau dirinya sudah siap. Kayla bermain ponselnya sembari menunggu kedatangan Juna. Beberapa menit menunggu hingga pintu kontrakannya diketuk seseorang. Kayla bangkit dan berjalan untuk membuka pintunya. Sesuai dugaan kalau itu adalah Juna. "Pagi," sapa Juna saat melihat Kayla. "Pagi juga," balas Kayla. "Sudah siap?" tanya Juna yang diangguki Kayla. "Yuk," lanjutnya. Juna berjalan lebih dulu ke motornya, setelah itu Kayla menyusul sesudah mengunci pintu. Kayla naik ke boncengan Juna setelah memakai helm yang diberikan Juna. Lalu Juna segera melajukan motornya pergi dari kontrakan Kayla. Kayla menatap jalanan yang mereka lewati. Keningnya lalu mengeryit ketika Juna mengendarai motornya memasuki pekarangan rumah sakit jiwa mawar. "Rumah sakit jiwa mawar?" gumam Kayla pelan. Pikiran Kayla semakin kemana-mana setelah Juna benar-benar memarkirkan motornya di parkiran rumah sakit. Kayla turun dari motor lebih dulu dan disusuk Juna. Ia melepas helmnya dan memberikannya ke Juna. Setelah itu Kayla menatap Juna lama. "Juna.." panggil Kayla. Juna balik menatap Kayla, "Hm? Iya Kay?" tanyanya saat Kayla memanggilnya. "Kenapa kita disini? Katamu kita mau rayain ulang tahunnya bundamu," tanya Kayla kebingungan. Juna lalu tersenyum. "Bunda aku emang lagi disini, Kay," balas Juna. "Ha? Oh, lagi kerja ya Jun?" tanya Kayla lagi. Kini Juna menggeleng, "Bukan. Bundaku emang lagi dirawat di rumah sakit ini," jawab Juna lagi. "Bunda kamu..." "Nanti aku jelasin diatas ya," ujar Juna. Dia lalu mengambil alih kue tar untuk bundanya dari tangan Kayla. Mereka masuk terlebih dahulu. Juna dan Kayla berjalan menuju ruangan bundanya, dijalan mereka bertemu seorang suster. Suster itu adalah suster yang merawat bunda Juna. "Sus," panggil Juna. Suster itu berbalik. "Sus, bunda ada didalam kamarnya?" tanya Juna. "Iya tuan. Baru aja habis jalan-jalan di taman," jawab suster itu. "Oh ya udah. Terima kasih ya, Sus," ucap Juna. Ia lalu menoleh ke Kayla, "Yuk," ajaknya untuk kembali berjalan. Kayla mengangguk dan mengekori Juna menuju salah satu kamar yang tertutup disana. Juna mengetuknya lebih dulu lalu masuk kedalam sana diikuti Kayla dibelakangnya. Juna membawa kue tar ditangannya sekaligus Kayla yang membawa sebuah kado. Merela juga sama-sama memakai topi ulang tahun. "Happy birthday bunda... Happy birthday bunda..." Juna mulai menyanyikan lagu ulang tahun, Kayla yang melihat Juna menyanyi jadi ikut menyanyikannya bersama. Mereka berdua berjalan kehadapan bunda Juna yang terlihat kebingungan. Tapi tiba-tiba dia merasa senang saat kue ulang tahun ada dihadapannya. "Tiup lilin dulu," ujar Juna. Bunda Juna lalu meniup lilinnya. Bunda Juna sedang duduk diatas ranjangnya. Kayla melihatnya lama, perlahan senyumnya terbit diwajahnya. "Halo," sapa Kayla saat bunda Juna menatapnya bingung. Juna yang mendengan respon Kayla terhadap bundanya tercengang. "Aku Kayla bunda, temannya Juna," ujar Kayla memperkenalkan diri. Bahkan Juna kembali terkejut dengan Kayla yang ikut menyebut bundanya drngan sebutan bunda. Senyuman perlahan terukir diwajahnya. Ada rasa lega dan bahagia yang hinggap dihatinya. Bunda Kayla lama tak membalasnya. "Oh temannya Juna ya..." sahut bunda Juna yang langsung mengalihkan perhatian Juna. Juna tersenyum lebih lebar. Ini hari yang spesial. Di hari ini, tepatnya dihari ulang tahun bundanya... Bundanya mengingatnya. Dia mengingat namanya, dia mengingatnya sebagai anaknya. "Halo juga," balas bunda Juna menyapa. Kali ini ia benar-benar telihat sebagai seorang ibu. Ia juga menyambut kehadiran Kayla dengan nyaman. Kayla yang menyadari kebahagiaan Juna pun ikut tersenyum. Entah, ia sepertinya mengerti apa yang sedang dialami oleh bunda Juna. Dia lalu mengambil alih kue tar yang ada ditangan Juna dan duduk disamping bunda Juna. "Bunda, ayo potong kue," bunda Juna mengangguk antusias. Ia lalu memotong kuenya dengan pisau khusus kue tar. Setelah itu dia memberikan potongan pertamanya untuk Juna, "Buat Juna," ujarnya. Juna menerimanya dengan bahagia. Jarang bundanya akan mebyadari dirinya. Tidak apa-apa dengan tingkahnya yang masih seperti srbelumnya, tapi Juna tetap bahagia karena dia diingat oleh bundanya kali ini. Setelah itu bunda Juna memberikan potongan selanjutnya ke Kayla dan Kayla juga menerimanya. Juna lalu memakan potongan kue pemberian bundanya. "Em... Enak," ujarnya setelah merasakan kue buatan Kayla. "Kue ini Kayla yang buat loh bun," tutur Juna memberi tahu bundanya kalau Kayla yang membuat kue tarnya sendiri. "Kayla pintar buat kuenya. Ini enak sekali," ujar bundanya setelah merasakan juga kue buatan Kayla. Kayla lalu tersupi malu, "Terima kasih banyak," ucapnya. Mereka lalu memakan kuenya dalam diam. Setelah itu Juna dan Kayla membawa bunda ke taman rumah sakit. Mereka akan berjalan-jalan sebentar. Mereka berhenti saat bunda menyuruh Juna mengentikan kursi roda yang dipakainya. "Berhenti," ujar bunda Juna. Juna lali berjalan kehadapan bundanya. "Kenapa Bun?" tanyanya. "Galih? Kamu kok disini?" tanya bunda Juna tiba-tiba. Kayla mengeryitkan keningnya. Sedangkan Juna kembali menghela nafasnya. Tapi Juna tetap tersenyum, "Iya sayang. Baru aja aku sampai," ujar Juna yang kembali berpura-pura menjadi ayahnya. "Kok aku ada disini?" tanya bundanya lagi. "Suster tadi yang bawa kamu kesini," jawab Juna. Bunda Juna kini menatap Kayla, "Dia siapa?" tanyanya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN