Hilang Respect

2024 Kata
"Gapapa Kay, kalau kamu benci sama aku," ujar Liam yang masih terus berusaha berbicara dengan Kayla. "Wajar kamu benci sama aku. Aku memang berhak dapatin itu dari kamu," lanjutnya. Tatapan Liam mengarah ke Juna yang kini sudah selesai mengambil makanan. Liam menoleh sekali lagi ke Kayla. "Tapi ada uang harus kamu tau, Kay. Bahkan sampai saat ini, cuma kamu yang terus ada dipikiranku. Aku... akan terus berusaha buat dapatin kamu lagi. Maaf kalau terdengar memaksa, tapi itu semua karena aku sayang kamu," ucap Liam tulus. Kayla terus berpaling darinya. Dia berusaha mengalihkan pendengarannya tapi tak bisa, seolah hanya suara Liam yang dapat terdengar di telinganya. Tepat saat Liam menyelesaikan perkataannya, Juna kembali dengan dua puring ditangannya. Dahi Juna sudah mengeryit dari kejauhan ketika dia melihat Liam, mantan kekasih Kayla datang dan duduk disamping Kayla. Tapi dari sana Juna juga tahu kalau Kayla berusaha tak mengjiraukan keberadaan Liam. "Halo," sapa Liam langsung berdiri ketika Juna tiba dihadapan mereka. Juna ikut tersenyum, "Ya," balasnya. "Ternyata kamu yang diajak Kayla buat datang ke acara ini," ujar Liam sambil tetap tersenyum. Juna tidak tahu harus berkata apa, jadi dia hanya terkekeh saja membalasnya. "Anda juga hadir disini," ucap Juna. Liam mengangkat tangannya, "Tidak usah terlalu formal juga bicaranya, santai saja sepejti kamu bicara dengan yang lain," ujar Liam. Juna mengangguk, "Baiklah," ujarnya. "Iya, aku kesini karena dapat undangan juga. Pak Dave sekarang rekan kerjaku, jadi aku harus datang untuknya," jawab Liam. "Ah begitu ya, kamu datang sendiri?" tanya Juna. Liam terdiam dia berdehem sekali, "Maaf ya, aku harus pergi, permisi," pamit Liam dan berlalu pergi tanpa menjawab pertanyaan Juna. Kayla menoleh. Ia dan Juna menatap kepergian Liam. Setelah itu Juna kembali melihat Kayla dan duduk di tempat dimana Liam duduki tadi. "Kay," panggil Juna saat Kayla masih terus melihat kearah Liam pergi tadi. Juna tersenyum, perasaan itu hadir lagi. Apa benar kata Tyo kalau aku mulai menyukai perempuan ini? Gumam Juna dalam hati. Entah kenapa melihat mata Kayla yang terus melihat kearah Liam, dia jadi berfikir kalau sepertinya Kayla masih ada rasa dengan mantan kekasihnya itu. Kalaupun memang benar seperti itu, Juna tidak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya orang yang baru bertemu dengan Kayla beberapa minggu ini, dia bahkan bukan siapa-siapanya. Juna hanya bisa terus bertanya apa yang sebenarnya dia rasakan kepada Kayla. Juna tetap tersenyum sambil menghela pelan. "Kayla," panggil Juna lagi dan berhasil mengembalikan Kayla ke dunia nyatanya. "Iya?" tanya Kayla yang sekarang melihat ke arah Juna. Juna memberikan sepiring batagor yang baru diambilnya tadi. "Makan Kay," ujar Juna. Kayla menerimanya, "Makasih," ucapnya. Kayla dan Juna makan dalam diam, entah kenapa Juna merasa suasananya jadi berubah setelah kedatangan Liam. Juna pergi mengambil minum untuknya dan juga Kayla. Beberapa lama mereka berada di acara itu hingga waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Kayla dan juga Juna sempat bersalaman dengan pemilik acara tadi. "Sudah mau pulang?" tanya Juna. Kayla mengangguk, dia sudah merasa lelah. Dia ingin segera merebahkan dirinya ke kasur. Kakinya juga sudah merasa pegal. Acara ini masih akan terus berlanjut hingga tengah malam, tapi Kayla sudah tidak akan bisa jika sampai jam segitu. Akhirnya mereka berdua memilih ubtuk pulang saja setelah berpamitan pada yang lainnya. Saat mereka keluar dari gedung dan akan menuruni anak tangga, Juna menghentikan langkahnya dan juga Kayla. "Ada apa?" tanya Kayla. Tiba-tiba Juna membuka sepatunya dan meletakkannya di depan kaki Kayla. Kayla bingung melihat tindakan Juna. "Pakai ini saja, Kay. Lepas sepatumu biar aku yang membawanya," ujar Juna kare dia melihat Kayla yang terus kesulitan untuk berjalan karena sepatunya yang tinggi, kakinya pasti terasa pegal dan sakit meski Kayla menahannya. "Tidak usah Juna, aku tidak apa-apa," tolak Kayla karena tak ingin merepotkan Juna lagi. "Tidak, Kayla. Kakimu yang kenapa-kenapa," ujar Juna, dia lalu mengulurkan tangannya, "sini pegang tanganku dan lepas sepatumu," lanjutnya. Kayla berpikir lama hingga ia memegang tangan Juna untuk melepas sepatunya dan benar saja, belakang kakinya sudah memerah. Juna dengan cekatan langsung mengambil alih sepatu Kayla dari tangannya. "Juna..." "Hm..." Juna melihat ekspresi Kayla yang tidak enak padanya, ia tersenyum hangat, "tidak apa-apa, Kay. Serius. Sudah, pakai sepatuku," ujar Juna dan menyuruh Kayla segera memakai sepatunya. Kayla tersenyum, dia lalu memakai sepatu milik Juna meski itu kebesaran dikakinya. Setidaknya, kaki Kayla merasa nyaman saat ini berkat sepatu Juna. "Terima kasih," ujar Kayla. "Yuk," Juna kembali mengulurkan tangannya dan Kayla kini tanpa ragu meraihnya. Mereka turun dari tangga bersama-sama dengan tangan keduanya yang saling bergandengan dan tangan Juna yang satunya memegang sepatu milik Kayla. Juna berjalan dengan kaki yang tanpa alas. Tanpa mereka sadari, Liam yang sejak tadi berdiri diambang pintu melihat perlakuan keduanya dalam diam. Kayla dan Juna sampai di parkiran, Juna membukakan pintu untuk Kayla. Setelah Kayla masuk, dia segera masuk juga ke jok kemudinya. Dia lalu menyalakan mobilnya lalu segera membawa keluar mobilnya dari tempat itu untuk pulang. Juna juga menyalakan radio mobil dan memutar musik dengan suara pelan untuk menghilangkan keheningan. Kayla bersandar pada kursi mobil, dia mencari posisi yang nyaman untuk dirinya. Kayla menatap keluar jendela. mungkin karena dirinya memang merasa lelah, rasa kantuk perlahan menyerangnya. Mata Kayla perlahan menutup, dia akhirnya tertidur dalam perjalanan. Juna menoleh melihat Kayla yang sudah tertidur. Senyumnya kembali terbit, tangannya lalu bergerak mematikan musik agar tidak menganggu tidur Kayla. Dia juga mencari posisi nyamannya untuk menyetir. Perjalanan menuju kontrakan Kayla lumayan memakan waktu, jadi Juna membiarkan Kayla terus tidur dalam perjalanan. Di perjalanan Juna diam-diam mampir ke sebuah apotik untuk membeli salep dan plester untuk luka dikaki Kayla yang disebabkan sepatunya. Dia kembali melanjutkan perjalana hingga kini mereka sudah tiba didepan kontrakan Kayla. Juna menoleh lagi ke Kayla yang masih nyenyak dengan tidurnya. Juna menatap dalam perempuan itu. Jika memang benar dia menaruh rasa pada Kayla, itu artinya dia hanya memerlukan waktu singkat untuk jatuh hati ke Kayla. Tapi disaat yang bersamaan, wajah Dinda kembali muncul dibayangan Juna. Dia mengusap wajahnya kasar, kini Juna kembali dibuat bingung dengan perasaannya sendiri. Dia lalu mengenyahkan pikirannya dan mulai membangunkan Kayla. "Kayla," panggil Juna sambil mengguncangkan tubuh Kayla pelan. Kayla mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum benar-benar tersadar. "Sudah sampai, Kay," ucap Juna, tangannya melepaskan seatbelt yang terpasang di kursi Kayla. Kayla lalu duduk tegak. "Ah, iya," ujarnya setelah melihat kontrakannya. Juna lalu turun lebih dulu, dia membukakan pintu untuk Kayla turun. Kayla lalu ikut turun. "Terima kasih banyak ya Juna," ujar Kayla. "Iya sama-sama," balas Juna sambil memberikan sepatu Kayla yang yadi dibawanya. Kayla menatap kakinya yang masih memakai sepati Juna, "Oh iya sepatumu," ucap Kayla yang akan melepaskan sepatu itu. Juna segera menghentikannya, "Tidak usah, simpan saja dulu," ucap Juna. Dia lalu mengeluarkan salep dan plester yang dibelinya tadi. "Ini," Juna memberikannya ke Kayla. "Kakimu terluka, pakai ini," lanjutnya. Kayla menerimanya, "Juna jangan terlalu baik," ujar Kayla yang tiba-tiba. "Kenapa Kay?" tanya Juna heran. "Nanti aku tidak tahu bagaimana membalasnya," ucap Kayla. Juna tersenyum lagi, "Tidak perlu dibalas, Kay. Aku tidak mengharapkan balasan apapun," ujar Juna. Kayla menatap Juna mencari kebohongan, tapi ia tak menemukannya. Juna tulus mengatakannya. "Terima kasih banyak Juna," ujar Kayla berterima kasih lagi. "Iya, Kay. Sama-sama," balas Juna. "Aku masuk dulu ya," pamit Kayla dan pergi masuk kedalam kontrakannya. Setelah Kayla menutup pintunya Juna baru kembali masuk ke dalam mobilnya. Ia kembali menyalakan mobil dan membawanya pergi dari sana. *** Sinar mentari menelisik lewat celah-celah jendela. Kayla bangun dari tidurnya ketika matanya yang tertutup menangkap sinar matahari. Ini hari sabtu, kantornya sedang libur. Kayla lalu membersihkan kasurnya terlebih dahulu dan masuk ke dalam kamar mandi. Kayla mendapat pesan dari Juna tadi malam, dia meminta Kayla untuk ikut dengannya mempersiapkan kejutan upang tahun untuk bundanya. Kayla ingat kalau dia punya janji dengan Juna untuk membantunya memberikan kejutan untuk ulang tahun bundanya. Jadi, pagi ini Kayla sedang bersiap-siap sekaligus menunggu Juna datang menjemputnya. Sebelum itu, Kayla menyempatkan diri untuk sarapan terlebih dahulu. Dia hanya memakan bubur ayam pagi ini. Kayla sudah siap dengan pakaiannya. Dia lalu keluar begitu Juna mengetuk pintunya. "Sudah siap?" tanya Juna ketika Kayla membuka pintunya. "Iya, sudah. Ayo," balas Kayla. Dia lalu menutup dan mengunci pintu rumahnya terlebih dulu dan menyusul Juna ke motornya. Juna kembali meminjam motor Tyo. Laki-laki itu lalu naik ke motornya, seperti biasa dia membetulkan penahan kaki di boncengannya untuk Kayla. Kayla lalu naik diboncengan Juna dengan mudah. Juna lalu menyalakan motornya, dia kemudian segera melajukan motornya menuju perlengkapan alat tulis untuk membeli beberapa bahan. Beberapa menit meraka lalui untuk tiba disana. Mereka masuk ke dalam toko setelah Juna memarkirkan motornya terlebih dahulu. Disana mereka hanya membeli beberapa perlengkapan yang mudah dibawa seperti topi dan sedikit dekorasi. "Habis ini ke toko kue bentar ya, buat beli kuenya," ujar Juna setelah mereka keluar dari toko perlengkapan. "Em.. Juna. Gimana kalau tidak usah beli kue," ucap Kayla. "Lalu?" "Biar aku yang buatkan, aku bisa kok bikin kue ulang tahun," saran Kayla. "Serius gapapa?" tanya Juna yang diangguki Kayla dengan yakin. "Iya, udah yuk. Kita mending cari bahan aja dulu, dirumahmu ada oven bukan?" "Iya ada. Buat di rumahku saja," ujar Juna. Selepas itu mereka pergi menuju super market untuk membeli beberapa bahan. Saai ini Kayla yang memimpin perjalanan, dia pergi mengambil bahan-bahan yang dibutuhkan. Juna berjalan dibelakangnya, mengekori kemana Kayla berjalan. Sebenarnya, Juna juga bisa membuat kue ulang tahun. Tapi, dia sengaja tak memberi tahu Kayla karena dia ingin Kayla membuat kuenya sendiri. Setelah selesai dengan membeli beberapa bahan, Juna lalu mengambil alih keranjang belanjanya dari tangan Kayla dan membawanya menuju kasir. Juna membayar itu semua, lalu dia dan Kayla keluar dari super market itu setelah selesai melakukan transaksi. Juna kembali membawa motornya dengan Kayla tetap diboncengannya. Ia mengemudikan mobilnya menuju rumahnya. Kayla bilang, dia harus membuat kuenya hari ini dan menyimpannya dikulkas agar bisa dinikmati besoknya. Juna menurut. Mereka telah tiba dirumah Juna. Juna masuk kedalam rumah terlebih dulu dan Kayla mengekorinya dibelakang Juna. Juna membawanya menuju dapur sekaligus meletakkan barang-barang belanjanya. "Pakai saja dapur ini sesukamu," ujar Juna. Kaypa sudah pernah masuk ke dalam sini, jadi dia sudah tidak terlalu asing lagi dan dia juga sedikit mengetahui letak-letak barangnya. "Iya Juna," balas Kayla. "Aku tinggal dulu kalau begitu," pamit Juna. Dia akan ke kamarnya dan menyiapkan sesuatu. Kayla lalu mulai mencari keberadaan loyang untuk mencampur adonannya setelah Juna keluar dari dapur. Setelah menemukannya, Kayla lalu memasukkan beberapa bahan satu persatu. Dia sangat fokus membuat adonannya. Setelah adonannya jadi, dia lalu memasukkan ke loyang lain untuk di masukkan ke dalam oven. Kayla duduk di meja makan untuk menunggu adonan kuenya masak. Ting Bunyi oven pertanda roti kuenya sudah matang. Kayla lalu bangkit dan mengeluarkan kue itu dari oven menggunakan alas ditangannya. Kini tinggal satu tahap lagi yaitu menghias kuenya. Kayla kini membuat beberapa krim berwarna dan beberapa bahan untuk dekorasi kuenya. Setelah selesai, Kayla menyiapkan bolu kuenya yang berbentuk lingkaran. Kayla juga sudah memisahkan krim berwarnanya kedalam plastik. Dia mulai menghias kuenya dengan telaten. Juna lalu datang dan duduk di meja makan depan Kayla, tapi Kayla tidak menyadari kehadiran Juna. Laki-laki itu juga terus diam memerhatikan Kayla yang begitu lihai menghias kue ulang tahun untuk bundanya. Perlahan senyum Juna terbit diwajahnya. Ia berharap saat nanti Kayla bertemu dengan bundanya, reaksi Kayla tidak seperti yang ditakutkan Juna. Kayl menghias kue ulang tahunnya selama beberapa menit. Kini kue tar nya telah siap, krim warna warni sangat serasi disatukan dalam kue tar buatan Kayla. Dengan beberapa hiasan di atasnya. Kayla tersenyim bangga dan tanpa dia sadari, Juna juga ikut tersenyum lebar melihat itu. Kayla hendak memanggil Juna. Tapi saat mendongak, ia malah bertemu pandang dengan Juna. "Kok sudah disini? Dari kapan?" tanya Kayla melihat Juna yang sudah duduk dihadapannya. "Dari tadi, dari kamu mulai menghias kuenya," balas Juna. Dia lalu berdiri dan mendekati Kayla, "Cantik," ujar Juna menilai hasil kue tar buatan Kayla. Kayla tersenyum mendengarnya, "Terima kasih," balas Kayla. "Ini harus di simpan di kuljas dulu," lanjut Kayla. "Ya sudah sini aku simpan di kulkas," ujar Juna. Dia lalu membawa kue itu dengan hati-hati dan menyimpannya di dalam kulkas. Setelah itu dia kembali ke samping Kayla, "Sudah," ucapnya. "Kita tunggu saja sampai besok. Besok mau jam berapa?" tanya Kayla. "Jam sepuluh pagi gimana? Bisa ga?" Juna bertanya balik. Kayla mengangguk, "Bisa kok," balas Kayla. Kayla lalu membereskan dapur Juna. "Simpan situ saja, Kay. Biar aku yang membersihkan," ujar Juna saat melihat Kayla akan mencuci barang-barangnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN