Hari Ke 2

2011 Kata
Hari ke-2 Memasuki hari kedua di rumah sakit. Liam mengalami koma. Juna, Vira dan Risda terus bergantian menjaga Liam. Kayla, dia lebih sering berada disana selama dia ada waktu. Ini hari keduanya setelah pulang dari kantor langsung menuju rumah sakit. Tapi kali ini, dia tidak langsung ke kamar Liam melainkan menuju kamar bunda Juna. Bunda Juna akan pulang hari ini, jadi dia akan datang untuk membantu. "Sore bunda," sapa Kayla saat masuk ke kamar bersama Juna. "Sore juga sayang," balas bunda Juna dengan senyuman hangat. "Aku beres-beres bentar ya," ujar Juna sambil berlalu untuk membereskan barang-barang mereka. Kayla juga langsung berinisiatif untuk membantu Juna. "Sudah selesai," ujar Juna. Dia lalu menghampiri bundanya. "Ayo, Kay," ajak Juna. Tangannya membawa beberapa barang, sedangkan Kayla mendorong bunda Juna dengan kursi roda. Mereka menuju lobi rumah sakit, Juna sudah mengurus semuanya. Dia juga sudah memesankan taksi online untuk mereka. Hanya beberapa saat mereka menunggu hingga taksi mereka tiba. "Kamu ga ikut sayang?" tanya bunda Juna saat melihat Kayla todak ikut masuk ke dalam mobil. "Maaf bunda,tapi aku ga bisa antar bunda sampai rumah. Besok aku akan mengunjungi bunda lagi kok," jelas Kayla merasa bersalah. "Tidak apa-apa, Kay," ujar Juna. "Dia harus menjaga temannya bunda," Juna membantu Kayla menjelaskan ke bundanya. Bunda Juna mengangguk mengerti, "Iya sayang, tidak apa-apa," ucapnya. "Kami pergi dulu ya Kay," pamit Juna. "Hati-hati." Taksi itu lalu melaju meninggalkan rumah sakit. Kini tinggal Kayla seorang. Selepas tak lagi melihat taksi mereka, Kayla kembali melangkah masuk ke dalam rumah sakit. Dia langsung menuju kamar Liam. Tak seperti sebelumnya, sebelum kesini tadi Kayla menyempatkan pulang untuk mengganti bajunya lebih dulu. Kayla lalu masuk ke dalam kamar Liam. Ada Risda dan Vira yang menunggu di sana. "Sudah Kay?" tanya Vira. Kayla mengangguk, "Besok aku mau kesana, jengukin bunda lagi," ucap Kayla. "Liam belum ada perubahan ya?" tanya Kayla sambil menatap Liam. Vira dan Risda menggeleng lesu, "Belum Kay." "Tiga hari lagi gue udah selesai di kantor sini. Jadi gue harus balik ke Jakarta," ujar Kayla. Vira dan Risda diam sebentar, "Gapapa Kay, nanti kita bantu urus masalah itu," ujar Vira. Sudah menuju satu bulan Kayla berada di kota ini. Banyak hal yang terjadi diluar dugaan. Yang Kayla bisa lakukan sekarang adalah terus berjalan mengikuti arus. Dia tak akan melawan lagi, apalagi mundur. Dia akan bertahan semampunya. "Nenek hari ini ada telfon kalian?" tanya Kayla yang teringat tentang Resti. Mereka berdua menggeleng, "Belum," ujar mereka bersama. "Ya udah, aku keluar dulu ya. Mau telfon Nenek," ujar Kayla dan beranjak pergi. *** Hari ke empat... Drrt.. Dering ponsel Kayla terdengar di pagi hari. Itu dari Juna. Kayla mengangkat panggilannya. "Halo," suara Kayla khas bangun tidur. "Halo, Kayla. Liam udah sadar Kay," ujar Juna. Mendengar kalimat itu bagaikan Kayla disambar petir. Kayla bangun dari tidurnya dan terduduk tegak. Dia melirik jam yang menunjukkan pukul 5 pagi. "A-apa?" tanya Kayla memastikan apa yang baru saja didengarnya adalah kenyataan. "Liam sudah sadar Kayla. Dia lagi ditangani dokter di dalam," ujar Juna lagi. Juna selalu menjadi orang yang menjaga Liam di malam hari untuk menggantikan Kayla dan teman-temannya. Dia yang kala itu bermalam di rumah sakit terbangun ketika Liam terbatuk pelan dan Juna langsung memanggil perawat. Juna sekarang berada di luar kamar selama Liam diperiksa. Dia juga langsung menghubungi Kayla. "Aku kesana," ujar Kayla dan langsung memutuskan panggilannya sepihak. Kayla segera beranjak dari kasurnya. Dia hanya mencuci mukanya dan juga mengganti pakaiannya. Selepas itu dia langsung keluar mencari ojek dan segera menuju rumah sakit. Seharusnya Kayla masih masuk kantor hari ini, tetapi dia tak memedulikan itu. Meski ini adalah hari terakhirnya di kantor, Kayla tak bisa menahan untuk bertemu dengan Liam sekarang. Terlebih dia harus kembali ke Jakarta besoknya. Kayla tiba beberapa menit kemudian. Dia langsung berlari menuju kamar Liam. Ada Juna yang duduk menunggu di depan kamar. "Juna!" panggil Kayla. Dia menghampiri Juna yang kini berdiri saat melihatnya. "Gimana?" tanya Kayla. "Masih di dalam Kay. Dokternya belum keluar," ujar Juna. "Kita tunggu di sini dulu, ya," Juna membawa Kayla untuk duduk bersamanya sambil menunggu dokter keluar. Hanya butuh beberapa menit hingga dokter dan seorang suster keluar dari dalam. Kayla dan Juna langsung menghampiri. "Bagaimana dok?" tanya Kayla. Dokter itu menggeleng pelan, "Maaf, tapi tadi adalah reaksi kecilnya. Dia belum bangun sepenuhnya. Sepertinya kita masih harus menunghu lagi," ujar sang dokter itu. Kayla mendesah kecewa. "Terima kasih kalau begitu, dok," ujar Juna dan dokter itu berlalu pergi. "Sabar ya Kay, itu pertanda baik. Artinya Liam masih beerjuang dengan dirinya," ucap Juna mengusap bahu Kayla pelan untuk menenangkan. Kayla menatap Juna, "Besok aku sudah harus kembali ke Jakarta," ujar Kayla lesu. "Kalau sampai besok belum ada kabar baik, aku ga bisa tenang selama disana," lanjutnya. Juna menatap dalam mata Kayla. Dia menangkup pipi Kayla dengan sebelah tangannya. "Ayo berharap Kay," ujarnya. Kayla dan Juna mengangguk bersama. Juna mengusap lembut pucuk kepala Kayla. "Kamu ga kerja Kay?" tanya Juna. Kayla melihat jam yang terpasang dikamar itu. "Iya aku mau kerja," balas Kayla saat melihat jam yang menunjukkan pukul enam pagi. "Ayo aku antar," ucap Juna. Kayla mengangguk lesu. Dia berjalan keluar kamar bersama Juna di belakangnya. Kayla akan pulang lebih dulu untuk mengganti bajunya dan berangkat ke kantor. Juna membawa motor hari ini, Jadi dia mengantar Kayla tanpa halangan apapun. "Nanti sore biar aku yang jemput. Kabari saja kalau sudah pulang," ujar Juna saat Kayla turun dari motor. Mereka sudah berada di depan kantor Kayla. Kayla mengangguk, "Iya," balasnya. "Aku pergi dulu," pamit Juna. Dia lalu kembali mengendarai motornya meninggalkan Kayla. Selepas itu Kayla masuk ke dalam kantor. *** Hari ke lima... Ini hari ke lima Liam dirawat. Kayla sudah selesai dengan pekerjaannya di kota ini hari ini. Dan hari ini jugalah fia akan kembali ke Jakarta karena pekerjaannya harus segera dia urus ke kantornya di Jakarta. Di pagi-pagi sekali Kayla sudah berada di rumah sakit, tepatnya di kamar Liam. Dia sendirian. Duduk menunggu sembari terus menggenggam tangan Liam dan terus menatapnya tanpa henti. Waktu demi waktu berlalu, satu persatu Vira, Risda, dan Juna datang. "Nanti jadi berangkat Kay?" tanya Risda. "Iya, nanti sore," jawab Kayla. Dia lalu menoleh ke arah Juna, "Aku mau ketemu bunda dulu nanti," lanjutnya. Juna mengangguk memperbolehkan. "Ayo makan dulu," ujar Juna karena dia membawa bubur ayam untuk mereka semua. "Kalian duluan saja," ujar Kayla lesu. Risda dan Vira menghela. "Ayolah Kay, kita makan sama-sama yuk," ajak Vira membujuk Kayla. "Iya, Kay," sahut Risda. Juna berjalan mendekat. Tanpa aba-aba fia langsung mengambil satu tangan Kayla dan menggenggamnya, "Ayo makan Kayla," ujarnya lembut. Kayla menatap mata Juna dan melihat ketulusan disana. Hatinya tersentuh, "Iya," ujarnya. Dia lalu berdiri dan beranjak dari sana dengan tangan yang masih terus digandeng Juna. Juna menggandeng Kayla keluar dari sana menuju kantin rumah sakit. Risda dan Vira mengikuti mereka dari belakang. Saat sampai, mereka makan bersama-sama. Beberapa jam berlalu, Kayla sedang berada di kontrakannya untuk membereskan barang-barangnya yang belum dibereskan semalam. Dia bersama Juna karena dia akan mengunjungi bunda Juna setelah ini. Bunda Juna tidak lagi dirawat di rumah sakit jiwa selama penyakitnya belum kambuh. "Udah selesai?" tanya Juna sambil membantu Kayla membawa kopernya dan diletakkan ke pinggir. Kayla mengangguk, "Iya sudah," balasnya. Mereka berdua lalu keluar bersama. "Mau ke bunda langsung?" Juna bertanya sambil menyiapkan motornya. "Ke super market dulu, aku mau beliin bunda buah," ujar Kayla memberi tahu. Juna mengangguk, dia menuruti perkataan Kayla dan segera pergi menuju super market terdekat. Dia membeli beberapa buah-buahan untuk diberikan kepada bunda Juna. Selepas itu, Kayla dan Jina kembali melanjutkan perjalanan menuju rumah Juna. "Kayla," panggil bunda Juna saat melihat Kayla turun dari motor. Dia sedang duduk-duduk di teras rumah. "Hai bunda," sapa Kayla sambil mendekati bunda Juna. Dia dan bunda Juna berpelukan. "Bunda dengar kamu mau kembali ke Jakarta ya?" tanya bunda Juna. Kayla mengangguk, "Iya bun," jawabnya. "Yah.. Bunda nanti kangen sama kamu." Kayla terkekeh, "Nanti kalau aku ada waktu lagi, aku bakal kesini kok," ujar Kayla memberi bunda Juna harapan. "Oke janji," balas bunda Juna. "Bunda kenapa diluar? Dingin loh bun," ujar Juna kali ini. "Katamu Kayla mau datang, jadi bunda nunggu diluar saja," jawab bunda Juna. "Ya ampun bunda. Ya udah ayo masuk," ujar Kayla. Dia lalu menuntun bunda Juna untuk masuk ke dalam rumah. Mereka lalu duduk di ruang santai. "Apa ini?" tanya bunda Juna saat Kayla memberikan sebuah kantong plastik. "Buah, bun," jawab Kayla. "Makasih, sayang," ujar bunda Juna dan dibalas senyuman oleh Kayla. Beberapa waktu mereka habiskan berbincang disana. Kini Kayla akan pergi, tapu bukan pulangbke kontrakan melainkan ke rumah sakit. Dia akan bertemu Liam terlebih dahulu sebelum berangkat. Dia berencana akan kembali ke kota ini dalam tiga sampai tujuh hari ke depan. Setelah berpamitan dengan bunda Juna, Kayla melanjutkan perjalanan. Masih bersama Juna yang membawa motor, mereka menuju rumah sakit. Kayla dan Juna berjalan bersama ke arah kamar Liam. Risda dan Vira menunggu disana. Kayla masuk ke kamar Liam seorang diri. Vira,Risda dan Juna memberi Kayla waktu dan mereka menunggu di luar. Kayla duduk di tempat biasanya. Perlahan dia mengambil tangan Liam dan menggenggamnya. Jemarinya mengusap lembut punggung tangan Liam. "Kamu kapan bangun?" tanya Kayla memulai pembicaraan seorang diri. "Ga bosen tidur hm? Ga capek? Aku bosen loh ngeliatin kamu tidur mulu." Kayla diam sejenak. Dia menarik nafas perlahan. "Aku mau kembali ke jakarta hari ini," ucapnya memberi tahu. Tak ada balasan dari Liam, yang ada hanya suara ritme jantungnya "Aku harus pergi. Vira, Risda sama Juna yang bakalan jaga kamu dulu disini. Aku nanti kembali kok," lanjutnya meracau. "Kamu harus bangun Liam. Kalau kamu bangun sekarang, aku bisa pergi dengan tenang," ujar Kayla. Dia menahan airmatanya yang terasa ingin keluar. Perasaannya kembali terasa sesak. Kayla semakin menundukkan kepalanya. Dia mengusap wajahnya untuk menghapus air matanya. Kayla berdiri dari duduknya. "Aku pergi," pamit Kayla tanpa melihat wajah Liam. Dia berjalan keluar kamar dan menghampiri Juna, Vira dan Risda. "Kay..." panggil Vira dan Risda. Mereka mengusap punggung Kayla bersama-sama. "Ayo," ajak Kayla berusaha tersenyum. Mereka semua mengangguk. Kini mereka pergi bersama-sama untuk mengantar Kayla ke stasiun kereta. Sebelum itu, mereka pergi ke kontrakan Kayla dahulu untuk mengambil barang-barang dan mengembalikan kunci. "Mau makan dulu?" tawar Juna yang menyetirkan mobil untuk yang lainnya. "Iya makan aja dulu," balas Vira. "Kay?" tanya Juna saat Kayla hanya terdiam menatap ke luar jendela. Dia tak bergeming sama sekali saat dipanggil. "Kayla..." panggil Juna lagi. "Hm? Iya?" Kayla baru tersadar saat Vira mengguncangkan bahunya. "Juna tanya mau makan dulu atau engga?" Risda mengulang pertanyaan Juna beberapa waktu lalu. "Terserah kalian aja, aku ngikut," jawab Kayla tak bersemangat. Mereka saling bertatapan satu sama lain, "Yaudah ayo makan dulu," putus Juna. Selama perjalanan, keadaan terasa sepi dan hanya ada suara radio yang mengisi keheningan itu. Mereka semua lalu sampai ke sebuah rumah makan. Seperti sebelum-sebelumnya, semua makan dalam diam tanpa ada pembicaraan sedikitpun. Selepas selesai makan, mereka melanjutkan perjalanan menuju stasiun kereta api. Kereta yang dinaiki Kayla akan berangkat setengah jam lagi. "Hati-hati di jalan ya, Kay," ujar Vira sambil memeluk Kayla. "Sampai ketemu lagi, Kayla. Kita bakalan jagain Liam kok disini. Nanti kita ketemu disana ya," ujar Risda bergantian memeluk Kayla. Kayla tak memberi tau kepada teman-temannya soal rencananya yang akan kembali dalam waktu dekat. "Iya, tolong ya jagain Liam buat gue," ucap Kayla. Kini Kayla menata Juna yang juga menatapnya, "Terima kasih banyak ya Juna, sampaikan salamku juga untuk Tyo dan bunda," ujar Kayla sambil tersenyum. Juna lalu membawa Kayla ke dalam pelukannya, "Sampai jumpa ya Kay," ujar Juna di dalam pelukan mereka. Kayla membalas pelukan itu. Mereka lalu melepas pelukannya, "Makasih sudah baik selama aku disini, maaf kalau aku selalu merepotkan," ujar Kayla lagi. "Tidak apa-apa Kay," balas Juna. Mereka sama-sama tersenyum. Drrtt... Ponsel Juna berbunyi. Dia merogoh saku celananya untuk melihat siapa yang menelfonnya. Keningnya mengeryit saat melihat siapa yang melakukan panggilan kepadanya. "Siapa?" tanya Kayla saat melihat raut wajah Juna. "Dari rumah sakit, bentar ya aku jawab dulu," ujar Juna. "Halo.." sapa Juna saat menjawab telefon itu. "...." "Oh iya, terima kasih banyak. Saya segera kesana," ujarnya lagi dan mengakhiri panggilan. "Kenapa Juna?" Kayla bertanya. "Liam sudah sadar Kay. Dia benar-benar sadar kali ini," kata Juna sambil memegang kedua pundak Kayla. Kayla diam, "Serius?" tanyanya. Juna mengangguk yakin sambil tersenyum.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN