Flashback
Liam telah dipindahkan ke ruangan biasa. Kayla dan yang lain baru diperbolehkan untuk melihat keadaan Liam. Perban terpasang dikepala, lengan serta kakinya. Matanya tertutup sempurna, selang oksigen terpasang di wajahnya, infus mengalir setetes demi setetes. Tak ada pergerakan apapun yang dibuat oleh Liam.
Juna sedang tak berada di sana, dia kembali ke kamar bundanya sementara waktu. Vira dan Risda pun tak lama berada didalam sana karena akan pergi mencari makan malam.
Kini tinggal lah Kayla seorang diri bersama Liam yang masih tak sadarkan diri. Kayla duduk disebelah ranjang yang ditiduri Liam. Dia menatap dari wajah hingga kaki Liam. Sudah tak ada lagi darah yang mengalir dari tubuhnya. Kayla lalu menatap jemari Liam lama sebelum akhirnya berani menggenggamnya, infus terpasang disana.
Kayla beralih menatap wajah damai Liam yang menutup matanya. Dadanya naik turun secara teratur, dia bernafas normal. Kayla menghela sebentar dan menggapai wajah Liam dengan tangan satunya. Dia membelainya pelan.
"Aku kalah," ujar Kayla.
"Kamu menang, Liam. Aku yang kalah," ujarnya lagi. Jemarinya terus mengusap punggung tangan Liam.
"Bangun... Ayo bangun..." lirih Kayla. Matanya mulai kembali memanas.
"Perasaan aku ke kamu ternyata tidak pernah berubah."
Kayla mengusap airmatanya yang jatuh. "Mungkin aku bodoh karena berharap ke kamu, tapi ternyata aku lebih bodoh karena menghindar dari kamu," ujar Kayla menumpahkan perasaannya.
"Tolong jangan pergi..."
Kayla menarik nafasnya dalam, "Kalau kamu pikir Juna adalah orang baru dihatiku kamu salah, nyatanya tidak pernah ada orang baru yang bisa gantiin kamu, Liam," Kayla mulai terisak. Dia menunduk dalam menyembunyikan wajahnya.
Tanpa dia sadari, Juna juga berada disana. Dia berada diambang pintu mendengarkan semua perkataan yang terlontar dari mulut Kayla. Dia baru saja kembali dari bundanya. Hatinya serasa tertusuk setelah mendengar pengakuan tak langsung dari Kayla. Dia berjalan mundur, tangannya menutup pintu perlahan berusaha tak membuat suara. Juna lalu berbalik, dia menarik nafas dalam mencari oksigen yang terasa hilang dari sekitarnya.
Juna sakit, tapi dia berfikir kalau Kayla lebih sakit. Dia kembali berbalik melihat Kayla yang masih menangis dari kaca pintu. "Bahagia Kayla memang ada di Liam," ujar Juna dalam hati. Meski mngetahui fakta itu benar-benar mengiris hatinya, Juna berusaha untuk terus membuat Kayla bahagia walau harus menyakiti diri dan hatinya sendiri. Juna lalu berjalan menuju kursi didepan kamar Liam. Dia menunggu sambil duduk disana.
Flashback off.
***
Juna dan Katla sudah selesai makan. Mereka kembali ke kamar Liam. Ada Vira dan Risda di sana.
"Kay, ayo pulang dulu," ajak Vira saat Kayla baru masuk ke dalam kamar Liam.
Kayla melihat Liam, "Tapi..."
"Besok lo harus kerja, Kay," bujuk Risda membantu Vira.
"Iya, pulang saja Kayla. Biar aku yang jaga Liam," ujar Juna yang membuat seuanya menoleh kearahnya.
"Jangan. Kamu juga harus menjaga bunda, Juna," ucap Kayla langsung menolak. Karena dia juga tak mau merepotkan Juna.
"Tidak apa-apa, Kay. Aku bisa menjaga mereka berdua," ujar Juna meyakinkan.
"Ekhm.. Apa tidak merepotkan?" kini Vira yang bertanya. Juna mengangguk yakin.
"Benar, tidak apa-apa. Pulang, Kay. Kamu harus istirahat. Keadaanmu belum sembuh total," bujuk Juna. Dia sudah melihat Kayla yang menangis tanpa henti karena khawatir, terlebih dirinya belum pulih dari sakitnya yang kemarin. Jadi sekarang Kayla terlihat pucat.
Kayla menghela, "Ya udah aku pulang," ujar Kayla pada akhirnya.
Kayla lalu menoleh sekali lagi ke arah Liam, "Liam, aku pulang dulu. Besok aku ke sini lagi," pamitnya meski tak mendapat respon.
"Ayo, Kay," ajak Vira dan Risda sambil menggandeng kedua lengan Kayla.
"Juna aku pulang ya, terima kasih," pamit Kayla.
"Kami pulang dulu, makasih bantuanm," ujar Vira dan juga Risda.
"Iya, hati-hati," balas Juna.
Kayla, Vira dan Risda kini berjalan keluar meninggalkan Juna dan Liam bersama. Juna duduk menunggu di sofa yang ada di dalam kamar. Dia memerhatikan tubuh Liam yang terbaring lemah.
"Memang seharusnya Kayla untuk kamu," gumam Juna pelan. Dia akan berada disini selama beberapa jam dan selama itu dia tertidur. Saat terbangun, kini giliran Juna untuk menjaga ibunya dan pergi meninggalkan Liam sebentar.
Di satu sisi, Vira dan Risda mengantar Kayla untuk pulang. Mereka kini telah sampai di depan kontrakan Kayla. Mereka mengantar Kayla masuk ke dalam.
"Kalian nginep aja disini," ujar Kayla.
Vira mengecek suhu tubuh Kayla dengan tangannya. Dia lalu menoleh ke Risda.
"Ayo nginep Ris," ujar Vira. Risda langsung mengerti jadi dia mengangguk menyetujui.
Itu membuat Kayla tersenyum. Sudah lama mereka tidak tidur bersama.
"Gue mau mandi dulu," ujar Kayla. Tapi dengan secepat kilat Vira menggapai lengan Kayla. Dia menghentikannya saat Kayla baru akan mengambil langkah.
"Jangan, Kay," ucap Vira.
"Kenapa? Gue udah lengket," ucap Kayla.
"Ya udah. Gue panasin air panas dulu. Badan lo panas, ntar tambah sakit kalo pake air biasa," jelas Vira.
Kayla tersenyum lalu mengangguk. Vira segera beranjak ke dapur Kayla dan memasak air untuk Kayla mandi. Kayla harus mandi pakai air hangat karena Vira sudah merasakan suhu tubuh Kayla.
Risda menuntun Kayla untuk duduk doatas kasur sembari menunggu air panasnya.
"Liam gimana ya Ris?" tanya Kayla. Risda mengambil kedua tangan Kayla, dia menggenggamnya erat.
"Gue yakin dia baik-baik aja, Kay. Lo tau Liam kuat," jelas Risda.
"Tapi gue udah dapet kabar terburuknya," lirih Kayla. Dia menundukkan kepalanya.
"Apapu yang Liam dapat dari dua kemungkinan itu, gue yakin dia bisa ngelewatinya dengan mudah." Risda terus mengatakan hal yang membuat Kayla tak patah semangat. Dia terus menenangkan Risda, meski dia juga tak yakin dengan apa yang dikatakannya.
"Harusnya gue aja yang disana, harusnya dia ga usah nolongin gue," suara Kayla mulai terdengar serak. Dia menahan airmatanya sekuat tenaga.
"Hust... Jangan bilang gitu Kay," ujar Risda.
Bertepatan dengan itu Vira sudah selesai memasak air panas. Dia juga sudah memindahkannya ke bak mandi dan menyiapkan air hangat untuk Kayla mandi. Dia kembali ke Kayla dan Risda.
"Sudah, ayo mandi sana," ujar Risda setelah melihat Vira kembali. Dia mengusap wajah Kayla yang hampir meneteskan air matanya.
Kayla mengangguk, dia lalu mengambil pakaian gantinya dan masuk kedalam kamar mandi. Air hangat mengguyur tubuhnya. Tampa Risda dan Vira tau, Kayla menangis dalam diam di kamar mandi.
***
"Kamu ga tidur Kay?" tanya Vira saat dia baru bangun tidur. Saat ini baru pukul lima pagi. Dia melihat Kayla yang baru masuk ke kamarnya.
"Tidur kok, tapi kebangun tadi," jawab Kayla.
"Nanti ke kantor jam berapa? biar gue yang antar," ucap Vira yang kini bangkit dari ranjang. Risda masih tertidur pulas disana.
"Jam tujuh, Vir," jawab Kayla. Kayla menghampiri Vira.
"Vir... Boleh minta tolong ga?" tanya Kayla.
"Iya apa?"
"Selama gue di kantor, boleh tolong jagain Liam ga? Kasihan kalau harus Juna terus yang jagain. Bundanya dia juga lagi sakit," ujar Kayla.
Vira menepuk pundak Kayla beberapa kali, "Iya tenang aja. Nanti gua sama Risda ke rumah sakit kok," ujar Vira.
"Makasih banyak ya Vir," Kayla tersenyum senang, "kabarin kalau ada apa-apa. Pulang dari kantor gue kesana langsung," lanjutnya.
Vira mengangguk lagi. Tapi tiba-tiba dipikirannya terlintas sesuatu, "Kay," panggilnya.
"Hm? Iya kenapa?"
"Lo masih sayang ya sama Liam?" tanya Vira telak. Itu membuat Kayla tak bergeming sama sekali. Bibirnya terbungkam.
"Kenapa tiba-tiba nanya itu?" tanya Kayla balik.
Vira menggeleng, "Gapapa, cuma tanya aja, Kay. Jujur aja kita gapapa kok," ujar Vira.
Kayla mengambil nafas sejenak. "Gue berusaha bohong, tapi ga bisa. Jawabannya iya gue masih suka, gue masih sayang ke Liam," jawab Kayla pada akhirnya.
Vira lalu tersenyum, "Gapapa Kay. Apapun keputusan lo kita selalu dukung. Tapi inget Kay, jangan samapai jatuh untuk kedua kalinya ya," ucap Vira.
Kayla langsung mengangguk, "Makasih ya," ujarnya.
Beberapa waktu berlalu, Risda juga sudah bangun. Mereka bertiga sudah siap dengan pakaian masing-masing setelah mandi. Sesuai yang dikatakan sebelumnya, Vira dan Risda akan mengantar Kayla ke kantor setelah itu mereka akan pergi ke rumah sakit.
"Hubungi gue ya Kay kalau udah pulang kerja, biar gue jemput lagi," ujar Vira yang menyetir mobil. Kayla mengangguk, dia lalu turun dari mobil dan masuk ke dalam kantor meski perasaannya tetap tak baik sampai mendengar kabar dari Liam.
Selepas itu, Vira dan Risda kembali melanjitkan perjalanan mereka menuju rumah sakit. Ketika sampai di kamar Liam, ada Juna yang sedang duduk di sofa sambil memainkan ponselnya.
"Pagi," sapa Vira dan Risda saat membuka pintu. Juna yang mendengar itu langsung mendongak melihat siapa yang datang.
"Oh, pagi juga," sapa balik Juna dengan senyuman di wajahnya. Vira dan Risda berjalan mendekat. Dia memberikan sesuatu ke Juna.
"Bubur ayam, buat sarapan," ujar Risda saat melihat Juna yang kebingungan.
"Terima kasih," balas Juna menerima yang dibawakan Vira dan Risda.
"Terima kasih juga ya, sudah bantu menjaganya semalaman. Oh iya bunda mu bagaimana? Aku dengar dari Kayla bundamu juga dirawat disini," ujar Risda.
Juna mengangguk, "Iya sama-sama. Syukurnya bundaku sudah baik-baik saja. Mungkin besok atau lusa sudah diperbolehkan pulang," jawab Juna.
"Sarapan saja dulu, biar kita yang gantiin jaga Liam," ucap Vira memberitahu.
"Aku akan ke kamar bundaku dulu kalau begitu, sampai jumpa," pamit Juna dan berlalu pergi meninggalkan Vira dan Risda.
Juna tak langsung pergi ke kamar bundanya. Dia pergi ke rooftop rumah sakit. Juna duduk diatas sana dengan melihat pemandangan kota dipagi hari. Angin berhembus kencang dari atas sana melewati kulitnya. Juna memilih duduk di unjung dan menggantungkan kakinya ke bawah. Tak ada rasa takut sama sekali saat melakukan itu, dirinya malah merasa tenang di atas sana.
Juna lalu membuka bubur ayam yang dibawakan teman-teman Kayla. Dia langsung teringat Kayla. Juna belum mengetahui kabar Kayla semalaman. Tapi Juna menebak kalau Kayla tidah bisa tidur semalam. Juna menghembuskan nafasnya, dia berusaha tersenyum.
Juna mulai memakan bubur ayam itu sembari terus menikmati pemandangan dari atas rumah sakit. Sesendok demi sendok buburnya turun ke perutnya. Setelah habis Juna lalu kembali berdiri. Dia turun setelah itu sembari membuat sampahnya di tempat sampah yang ditemuinya di jalan. Juna lalu berjalan menuju kamar bundanya. Tepat saat dia akan membuka pintu, seorang perawat membawakan makanan untuk pasien-pasien termasuk bundanya. Suster itu melihat Juna yang akan masuk ke kamar pasien berikutnya untuk dibagikan makanan.
"Saya saja sus, terima kasih," ujar Juna meminta sekotak makanan rumah sakit untuk bundanya. Setelah itu suster itu berlalu pergi ke pasien berikutnya, sedangkan Juna masuk ke dalam kamar bundanya. Bundanya sudah bangun dan sekarang sedang duduk sambil bersandar di kepala ranjang. Dia menatap keluar jendela.
"Bunda," panggil Juna lembut. Bundanya menoleh dan mendapati anaknya yang mwnghampirinya dengan kotak nampan makanan di kedua tangannya. Senyumnya merekah.
"Sarapan dulu ya, bun," ujar Juna sambil duduk di tempat biasanya. Juna membantu bundanya untuk duduk tegak. Dia juga membuka pembungkus makanannya.
Juna mengambil sesendok dan menyuapkannya ke mulut bundanya. Baru setengah nampan termakan, bunda Juna menghentikannya.
"Sudah, bunda sudah kenyang nak," ujar bundanya. Juna yang mendengar bundanya memanggilnya dengan sebutan 'nak' tersenyum senang. Hatinya berdesir setelah sekian lama tak mendengar panggilan itu.
"Juna sayang bunda," ungkap Juna tiba-tiba.
Bunda Juna langsung menatap anaknya dalam. Perlahan senyumnya terbit.
"Kenapa bilang gitu tiba-tiba?" tanya bunda Juna.
Juna tersenyum sambil menggeleng, "Gapapa, Juna cuma mau bilang aja," jawabnya.
"Maaf ya nak," ujar bunda Juna tiba-tiba.
"Maaf kenapa bun?" kini Juna di busat bingung.
"Maaf karena penyakit bunda, bunda jadi lupain kamu," jelas bunda Juna.
Juna menangkup wajah bundanya, "Gapapa bunda. Bunda ga salah. Juna gapapa selama bunda terus sehat," ujarnya.
"Teeima kasih sayang." mereka lalu berpelukan berdua.
***
Sore hari menjelang. Kini Kayla sudah selesai bekerja, dia juga sudah menghubungi Vira untuk menjemputnya. Kayla berdiri menunggu Vira di depan kantornya.
"Mau pulang bareng ga Kay?" tanya Fanny yang datang dari belakangnya.
Kayla menoleh, "Maksih tawaranmu Fan. Duluan saja, aku sudah ada yang jemput kok," tolak Kayla baik-baik.
"Oh iya, kalau gitu aku duluan ya Kay," pamit Fanny, dia lalu pergi meninggalkan Kayla.
Tak lama setelah itu, mobil Vira berhenti di depannya. Dia membuka kaca mobilnya, "Ayo!" seru Vira dari dalam mobil.
Kayla lalu berlari dan masuk ke dalam mobil. Dia duduk di sebelah Vira. Risda tidak ikut karena menjaga Liam di rumah sakit.
Beberapa menit mereka lalu untuk perjalanan ke rumah sakit. Kayla dan Vira langsung menuju kamar Liam. Kayla masuk dan mendapati Risda yang duduk di sofa. Dia lalu beralih melihat Liam yang masih terbaring lemah diatas ranjangnya. Denyut jantungnya berdegup normal.
"Hai, Kay," sapa Risda. Kayla membalasnya dengan melambaikan tangannya. Dia lalu berjalan mendekati Liam.
Vira dan Risda yang melihat itu saling memberi kode untuk segera keluar. Mereka berdua lalu keluar bersama.
"Sore, Liam," sapa Kayla. Dia masih mengenakan pakaian kantornya. Kayla duduk di tempat duduknya yang kemarin. Dia mengambil jemari Liam lagi dan menggenggamnya.
"Bangun Liam," ujarnya lirih karena melihat banyaknya perban ditubuh Liam.