“Kamu benar-benar mau menerima perjodohan ini?” tanya Puti dengan antusias. Puti sama sekali tidak bisa menutupi rasa senang yang saat ini tengah ia rasakan. Nazhan yang duduk di samping istrinya juga tidak menyembunyikan perasaan senang yang memenuhi hatinya. Tentu saja keduanya merasa sangat senang, karena Darka mengatakan pada mereka, jika Darka sudah menerima perjodohan yang sudah mereka persiapkan dan mau untuk dinikahkan dengan gadis pilihan mereka.
Puti dan Nazhan pun seketika mendapatkan harapan. Meskipun keduanya tahu jika Darka menerima pernikahan ini hanya untuk mendapatkan kembali semua fasilitasnya, tetapi keduanya tahu jika ini adalah awal yang baik. Setidaknya, jika Darka sudah menikah nanti, Darka pasti akan sedikit demi sedikit berubah. Ikatan suci pernikahan pasti bisa membuat Darka lebih baik dan mengerti jika apa yang sudah ia lakukan selama ini adalah kesalahan dan harus segera tinggalkan. Gaya hidup bebas Darka selama membujang pastinya tidak akan bisa diberlakukan saat dirinya sudah menikah nanti. Tiara juga pasti akan membuat Darka kembali melangkah di jalan yang benar dan melupakan para wanita yang selama ini silih berganti menghangatkan ranjangnya.
Darka menghela napas dan mau tidak mau mengangguk menegaskan apa yang sudah dikatakan olehnya sebelumnya. Ya, Darka memang sudah mengatakan pada kedua orang tuanya jika dirinya mau menikahi Tiara. Darka bahkan meminta untuk pernikahan segera dilangsungkan. Hei, jangan berpikir jika Darka memang sangat ingin menikahi Tiara. Apa yang dilakuka oleh Darka didasarkan oleh keinginannya untuk segera mendapatkan kebebasan yang ia dambakan, serta semua fasilitan keuangan yang sebelumnya sudah diblokir oleh kedua orang tuanya ini. Tentu saja dengan bonus kebebasan yang sangat didambakan oleh Darka. Menikahi Tiara, sama dengan kebebasan.
Darka menyebut pernikahan dengan Tiara sebagai sebuah kebebasan, karena setelah menikah dengan Tiara nanti, Puti dan Nazhan tidak akan lagi mengawasinya seperti anak kecil lagi sesuai dengan perjanjian mereka. Itu adalah hal yang memang sangat diharapkan oleh Darka. Ia ingin hidup bebas, menikmati waktu mudanya dengan menghamburkan uang dan menikmati waktunya dengan wanita-wanita yang berbeda setiap saat. Itu terasa sangat menyenangkan, dan Darka sangat menikmati dunia bebas seperti itu. Karena Darka sudah membuat kesepakatan dengan Puti dan Nazhan mengenai pelepasan pengawasan ini, maka Darka yakin jika kehidupannya setelah menikahi Tiara akan terasa lebih bebas daripada saat dirinya masih membujang.
“Kalau begitu, Mama akan segera menyiapkan pertunanganmu dengan Tiara,” ucap Puti lalu mengeluarkan ponselnya.
Puti memang sudah menyiapkan beberapa konsep acara baik untuk pertunangan mau pun untuk acara pernikahan Darka dan Tiara nanti. Puti yang merasa antusias, tentu saja ingin membuat sebuah kenangan indah baik untuk Darka maupun untuk Tiara. Puti sendiri lebih menekankan menyiapkan semua ini demi Tiara. Puti yang melibatkan Tiara dalam masalah keluarganya, dan itu artinya Puti juga harus bertanggung jawab atas segara hal mengenai Tiara, termasuk masalah kebahagiaannya. Sebagai seorang perempuan, Puti mengerti betul perasaan Tiara, karena itulah ia berusaha untuk menyiapkan semua hal dengan sangat sempurna agar Tiara bisa mengingatnya sebagai kenangan manis yang patut diceritakan pada anak cucunya nanti.
Namun, Darka berkata, “Tidak perlu bertunangan, langsung saja menikah. Jangan membuat banyak acara yang merepotkan, Ma.”
Puti dan Nazhan dengan kompak memberikan tatapan tajam pada Darka. “Pertunangan adalah salah satu hal penting dan berkaitan dengan acara pernikahan. Karena itulah, pertunangan sama sekali tidak bisa ditinggalkan. Dan asal kamu tau, Mama dan Papa sendiri sudah merencanakan jika pernikahanmu ini akan dilangsungkan menggunakan adat tradisional yang tentu saja akan memakan banyak waktu karena banyak bagian dalam rangkaian acara pernikahan ini,” ucap Puti lalu menatap ponselnya untuk menghubungi seseorang yang akan ia percayai untuk membantu acara pertunangan putra semata wayangnya ini.
Puti tidak akan mendengarkan argument Darka mengenai masalah ini. Puti sudah menyiapkan semua hal dengan sempurna untuk Tiara, dan tidak akan membiarkan Darka mengacaukan usahanya dan mengganggu kebahagian calon menantunya. Puti terlihat begitu semangat saat membayangkan menantunya yang pastinya akan tampil sangat cantik dengan gaun dan kebaya yang akan ia siapkan nantinya. Nazhan yang melihat hal itu tidak bisa menahan diri untuk tersenyum. Sudah lama dirinya tidak melihat istrinya bersemangat seperti ini. sepertinya, Puti sangat menyukai Tiara dan tidak akan melepaskannya begitu saja. Dengan cara apa pun, Puti pasti akan menjadikan Tiara sebagai menantunya.
Darka yang mendengar hal tersebut mau tidak mau menghela napas panjang dan menyandarkan punggungnya pada sofa ruang keluarga. Kini, Darka, Puti, dan Nazhan memang tengah berada di dalam ruang keluarga. Nazhan tentu saja bisa melihat raut bosan dan tidak peduli yang ditampilan oleh Darka. Saat itulah, Nazhan tidak menahan diri untuk berkata, “Papa dan Mama memang sudah menjanjikan agar tidak lagi mengawasimu, ketika kamu sudah bisa mengambil tanggung jawab sebagai seorang pria dewasa dengan menikahi Tiara. Tapi, kamu tentu saja harus mengingat jika tanggung jawab sebagai seorang suami tidaklah mudah.”
Darka yang mendengar ucapan tersebut, kini mengarahkan pandangannya pada Nazhan. “Iya, aku tau. Papa tidak perlu mengingatkannya berulang kali,” ucap Darka.
Puti pun mengangkat pandangannya dari ponselnya dan menatap tajam Darka. “Dan tanggung jawab itu, bukan hanya untuk diketahui saja. Kamu harus memenuhi tanggung jawab tersebut dengan baik. Jika sampai kamu tidak melakukannya dengan baik, saat itu pula Mama dan Papa tidak akan ragu untuk mencoret namamu dalam daftar ahli waris,” ancam Puti kejam dan tanpa nada main-main.
“Belum apa-apa saja, kini aku sudah merasa tersisihkan. Memangnya, sehebat apa wanita yatim piatu itu? Kenapa Mama dan Papa sampai seperti ini?” tanya Darka masih tidak habis pikir dengan apa yang dilakukan oleh kedua orang tuanya tersebut. Karena menurut Darka, Tiara tidak memiliki kelebihan sedikit pun. Bahkan, Darka hanya melihat semua dalam diri Tiara hanyalah minus yang menumpuk. Tidak ada satu pun hal yang bisa dibanggakan dalam dirinya. Rasanya, jika Puti dan Nazhan bergerak lebih jauh dan membuka mata mereka, keduanya pasti bisa menemukan calon menantu yang lebih layak untuk disandingkan dengan putra mereka yang tampan ini.
Darka menahan diri untuk tidak mendengkus. Jika sudah seperti ini, apa lagi yang bisa dilakukan oleh Darka? Kedua orang tuanya sudah memilihkan Tiara sebagai calon istrinya, maka Darka akan menurut. Namun, Darka memiliki sebuah keputusan tersembunyi dari sikap menurutnya ini. Darka memutuskan untuk memanfaatkan Tiara. Hei, Tiara memang tidak memiliki kelebihan, tetapi ia memang bisa dimanfaatkan dengan cara yang terpat. Setelah berpikir, Darka mendapatan ide untuk menjadikan Tiara sebagai tameng dan memanfaatkannya tentu saja adalah keputusan terbaik yang bisa dilakukan olehnya sebagai seseorang yang memang mementingkan kepentingan dirinya sendiri.
“Kami hanya tidak ingin kamu menjadi seorang pecundang. Nantinya, setelah kamu menikah dan menerima tanggung jawab sebagai seorang suami, kamu harus bisa meninggalkan kehidupan bujangmu saat ini. Ingat, kami tidak ingin kamu menjadi pecundang dengan mempermainkan hati perempuan mana pun. Apalagi dirimu menyakiti hati istrimu. Kamu harus bisa menjaga perasaannya sebagai seorang suami. Apa kamu mengerti?” tanya Nazhan serius.
Tentu saja bagi Nazhan dan Puti, pernikahan akan menjadi sebuah pengikat yang absolut bagi Darka. Keduanya yakin, jika pernikahan Darka dengan Tiara akan lebih dari cukup untuk membuat Darka berubah ke arah yang lebih baik. Tentu saja, keduanya berharap jika Darka akan meninggalkan kesenangannya yang selalu bermain wanita. Nazhan sendiri merasa jika selama ini dirinya sudah terlalu membebaskan Darka. Meskipun Darka adalah seorang lelaki, rasanya masih tak pantas saja jika Darka hidup terlalu bebas, tanpa mengingat atau memperhatikan norma yang berlaku di dalam kehidupan bermasyarakat. Lebih dari itu, Nazhan sendiri merasa malu jika putranya itu berubah menjadi kumbang yang selalu ke sana ke mari mencari bunga yang segar.
Darka hanya mendengkus dan tidak mengatakan apa pun selain mengangguk dengan malas. Sementara itu, kini Puti tengah sibuk menghubungi seseorang yang memang akan membantunya menyiapkan pertunangan. Sebelum benar-benar menghubungi orang tersebut, Puti pun menatap putranya dan berkata, “Hubungi Tiara dan Sekar, katakan pada mereka jika perjodohan ini akan terus berlanjut. Lalu, jemput keduanya nanti sore. Kita bicarakan acara pertunangan yang akan segera kita langsungkan.”
“Kenapa harus mengajak mereka untuk mendiskusikan pertunangan? Sudahlah, Ma. Buatkan acara kecil-kecilan. Jangan mengundang siapa pun,” ucap Darka seakan-akan sangat malas untuk melihat wajah manis Tiara yang beberapa hari lalu ditemui secara pribadi olehnya. Lagi pula, jika sampai acara ini dibuat secara besar, Darka malas harus memperkenalkan Tiara sebagai calon istrinya. Tiara sama sekali tidak memiliki kualifikasi untuk menjadi istrinya dan tidak cantik. Jika boleh memilih, Darka jelas akan memilih Vanesa yang memiliki bodi aduhai
Puti menatap putranya dengan tatapan paling tajam yang ia miliki. Darka yang mendapatkan tatapan tersebut tentu saja mau tidak mau merinding karenanya. Mamanya itu memang cantik dan anggun, tetapi ia juga bisa berubah menyeramkan di waktu-waktu tertentu seperti saat ini. “Apa kamu tidak ingin fasilitas yang kami blokir kembali? Jika iya, tetaplah seperti itu sampai akhir,” ucap Puti membuat Darka segera mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Tiara. Darka tidak mungkin melakukan hal bodoh dengan melepaskan sesuatu yang sudah berada di depan matanya. Setidaknya, sekarang Darka harus berkorban dan menuruti semua hal yang diinginkan oleh ibunya, hingga nanti dirinya sendiri mendapatkan apa yang ia inginkan.
Sementara itu, Nazhan pun menahan senyum dan memeluk pinggang istrinya dengan lembut. Puti yang melihat apa yang dilakukan oleh Darka tentu saja merasa puas dan memilih untuk segera menghubungi orang yang akan membantunya. “Halo? Aku ingin melanjutkan pembicaraan kita kemarin, mengenai acara pertunangan putraku. Iya, aku hanya ingin acara yang sederhana tetapi elegan dan nyaman,” ucap Puti yang tentu saja bisa didengar dengan mudah oleh Darka yang masih berada di sana.
Mendengar ucapan Puti tersebut, Darka lebih dari yakin jika selama ini Puti dan Nazhan memang sudah yakin dan memperkirakan jika dirinya akan menerima perjodohan ini. Namun, Darka sama sekali tidak berkomentar dan memilih untuk menutup sambungan teleponnya dengan Tiara karena dirinya memang sudah mengatakan hal yang memang perlu ia katakan. Kini, Darka memilih untuk menatap dan mendengarkan apa yang akan Puti bicarakan dengan orang yang ia hubungi.
“Ah, iya. Aku juga ingin meminta bantuanmu untuk semua urusan acara dari pertunangan, hingga resepsi pernikahan putraku nantinya. Tentu saja, aku ingin menggunakan konsep tradisional yang sudah kita bicarakan sebelumnya. Tidak perlu mengkhawatirkan mengenai biaya atau bahan yang sulit dicari. Aku dan suamiku akan menyediakan dana yang tentu saja akan mencukupi semua itu. Jika perlu, kami akan memberikan sebuah kartu unlimited yang bisa kamu pergunakan dalam pengurusan semua kebutuhan pernikahan putra kami sampai selesai,” ucap Puti yang jelas membuat Darka yang mendengarnya terkejut.
Ayolah, sebenarnya apa yang membuat Puti dan Nazhan melakukan semuanya hingga seperti ini? Bahkan keduanya rela menggelontorkan dana yang tidak sedikit untuk menyiapkan pernikahannya dengan Tiara nanti. Namun, Darka mencoba untuk tidak mempedulikan hal tersebut. Hal yang terpenting adalah, Darka nantinya akan mendapatakan kebebasan yang sudah sangat ia idam-idamkan selama ini. Ya, dengan pernikahan ini, Darka akan hidup bebas. Bukan sebagai seorang pria yang beristri, melainkan sebagai seorang bujangan yang memang mencintai kebebasan. Darka benar-benar sudah tidak sabar menunggu waktu itu tiba.
**
Aula luas panti asuhan yang semula digunakan untuk tempat makan anak-anak panti sudah disulap dengan indahnya. Kain-kain putih dan merah muda menghiasi sudut-sudut ruangan tersebut. Bunga segar berbagai warna dan jenis juga ditempatkan untuk menjadi penghias dan pengharum ruangan tersebut. Meja-meja makan panjang yang biasanya digunakan untuk tempat makan anak-anak panti, sudah diganti dengan meja bundar yang dibalut kain putih. Tentu saja, kursi-kursi yang senada terlihat di sana.
Beberapa pelayang yang berpakaian rapi, hilir mudik untuk menyiapkan santapan yang disediakan di atas meja panjang yang memang dijadikan sebuah jamuan prasmanan. Tak lama, Sekar muncul dengan kebaya yang membalut tubuhnya. Ia dan beberapa pengurus panti, yang mengenakan kebaya yang senada dengannya, segera berdiri di depan pintu ruang aula tersebut. Semuanya, tampak menunggu kedatangan tamu penting yang memang akan menjadi bintang dalam acara ini. Sekar tampak menyunggingkan senyuman bahagianya saat melihat Darka dan rombongan sudah terlihat.
Darka dan kedua orang tuanya memang datang dengan membawa barang-barang yang memang akan menjadi hadiah yang diberikan pada pihak calon mempelai pengantin perempuan. Tanpa banyak basa-basi, rombongan Darka pun masuk ke dalam aula yang memang sudah disulap menjadi aula pesta yang terlihat elegan dan berkelas. Tentu saja, penataan aula tersebut tidak terlepas dari sentuhan Puti. Perempuan satu itu memang ingin pesta pertunangan putranya tetap berkesan, meskipun pesta tersebut memang diadakan secara terbatas, hanya untuk keluarga dan keluarga besar panti asuhan di mana Tiara tumbuh besar.
“Selamat sore semuanya! Selamat datang dalam acara pertunangan antara Darka Prama Al Kharafi dengan Tiara Alvia yang akan segera dilangsungkan. Sebelum acara ini dimulai, alangkah baiknya jika kita mengundang sang calon mempelai wanita untuk hadir ke tengah-tengah kita,” ucap MC. Sekar yang mendengarnya tentu saja memberikan kode pada dua pengurus panti untuk masuk dan membantu Tiara ke luar dari ruangan di mana dirinya berada saat ini.
Tak lama, Tiara muncul dan membuat tamu undangan serta anak-anak panti yang memang juga hadir di sana merasa terpukau. Tiara memang sangat jarang berdandan, bahkan bisa terbilang tidak pernah berdandan sekali pun. Karena itulah, ketika dirinya dirias seperti ini, Tiara terlihat begitu berbeda dengan kecantikan yang terasa lebih menguar dengan jelas dari dirinya. Padahal, Tiara tidak dirias secara full. Puti memang sengaja memberikan instruksi pada perias untuk hanya memberikan riasan dasar, dan lebih menonjolkan keindahan rambutnya yang tebal. Hal itu dilakukan Puti, karena ia ingin Tiara tampil sempurna dan lebih memukau saat pernikahannya nanti.
Bayu dan Sulis yang duduk di belakang Darka, tidak bisa menahan diri untuk ikut terpukau. Sebelumnya, keduanya memang sudah mendengar perihal diri Tiara dari Darka. Namun, yang mereka dengar adalah, Tiara yang biasa-biasa dan tidak memiliki nilai lebih satu pun, termasuk perihal kecantikannya. Jadi, jelas saja keduanya terkejut saat melihat Tiara yang lebih dari kata biasa. Tiara tampak sangat cantik dengan setelah kebaya yang menonjolkan lekuk tubuhnya yang tidak berlebihan. Rambutnya yang hitam legam dan tebal disanggul dengan sedemikian rupa hingga memperlihatkan sedikit bahu dan lehernya yang putih mulus.
Bayu pun mencondongkan tubuhnya dan berbisik pada Darka, “Wah, kamu memenangkan jackpot! Calon istrimu sangat cantik. Kamu beruntung mendapatkan calon istri sepertinya.”
Di luar jam kerja, dan di luar perusahaan, Bayu memang tidak menggunakan bahasa formal saat berbicara dengan Darka. Toh, keduanya memang sudah lama berteman, jadi formalitas hanya digunakan saat dalam pekerjaan saja. Di luar itu, Bayu tidak pernah memasang sikap formal. Darka sendiri tidak keberatan dalam hal tersebut. Kadang kala, Darka memang merasa jengkel dengan sikap Bayu yang terlalu blak-blakan sebagai seorang bawahan. Namun, keprofesionalannya dan kemampuannya dalam bekerja sama sekali tidak bisa diabaikan oleh Darka. Karena itulah, selama ini Darka tidak memiliki masalah berarti saat bekerja sama dengan Bayu sebagai seorang atasan.
Namun, pujian yang diucapkan oleh Bayu barusan, jujur saja terasa menganggu bagi Darka. Pria itu tidak mengerti, kenapa dirinya bisa merasa terganggu seperti itu. Darka berpikir, jika mungkin ia terganggu karena apa yang dikatakan oleh Bayu tidak sama dengan apa yang ia ia pikirkan. Menurut Darka, Tiara sama sekali tidak cantik. Kini, Darka memberikan tatapan tajam pada Tiara yang duduk berseberangan dengannya. Puti dan pihak WO memang mebuat penataan tempat duduk yang dibuat menjadi dua kubu. Tentu saja, setiap keluarga dipisahkan agar acara bisa dilaksanakan dengan nyaman. Darka masih menatap Tiara yang kini menunduk malu dengan pipi memerah karena merasakan semua perhatian yang tertuju padanya.
Menyadari jika tatapan tajam Darka sama sekali tidak berada di tempatnya, saat itulah Puti tidak menahan diri untuk mencubit sisi pinggang liat Darka yang memang penuh dengan otot kuat yang sulit untuk dicubit. Namun, cubitan pedas yang diberikan oleh Puti tersebut rupanya sudah cukup dirasakan oleh Darka. Tentu saja, Darka mengerti dengan apa yang diinginkan oleh ibunya itu. Darka pun melembutkan tatapannya, tetapi sama sekali tidak memasang senyum yang diinginkan oleh Puti. Melihat hal itu, Puti menahan diri untuk tidak memukul punggung putranya itu. Setidaknya, ia tidak menatap Tiara seperti musuh.
Maka, acara pertunangan pun dilangsungkan. Setelah bertukar cincin, dan melangsungkan doa bersama. Acara pertunangan itu pun berlangsung dengan lancar. Darka sudah berniat untuk melarikan diri, sebelum Puti menangkap putranya itu dengan mudah dan menyeretnya untuk melakukan foto bersama. Sementara, Sekar dan pembawa acara dengan ramah mengarahkan para tamu yang tidak terlalu banyak tersebut untuk menikmati hidangan yang sudah disediakan. Tentu saja, para pelayan yang bertugas di sana segera bertugas dengan baik, untuk melayani jamuan makan tersebut.
Darka kini berhadapan dengan Tiara yang tampak tidak menunjukkan jika dirinya gugup atau merasa bahagia berlebihan setelah acara pertunangan yang sudah berlangsung beberapa saat ke belakang. Namun, Darka terpaku saat menyadari jika Tiara tampak lebih cantik saat dipandang dari dekat. Untuk beberapa detik, Darka kehilangan fokus dan membuat Puti harus menepuk bahunya, agar putranya itu bisa tersadar. Setelah diarahkan beberapa kali oleh puti dan sang fotografer, maka foto pertunagan Darka Parama Al Kharafi dan Tiara Alvia pun sukses diambil oleh sang fotografer. Tentu saja, Puti dan Nazhan, sama sekali tidak berniat untuk menyimpan kabar bahagia ini untuk mereka saja. Keduanya dengan kompak memposting kabar bahagia tersebut pada akun i********: resmi mereka, lalu memaksa Darka untuk memosting hal yang sama pada akun instagramnya. Karena ketiganya adalah orang-orang terkenal yang bahkan memiliki sejumlah penggemar yang tidak sedikit, maka kabar mengenai pertunangan Darka dan Tiara dengan mudah tersebar dalam waktu yang tidak lama.
Tentu saja, kabar itu juga diketahui oleh para wanita yang beberapa hari yang lalu masih berhubungan dengan Darka, bahkan menghabiskan malam yang panas dengannya. Termasuk didengar oleh Vanesa. Wanita yang berprofesi sebagai model tersebut tampak melotot penuh kemarahan pada layar ponsel yang menunjukkan foto di mana Darka dan seorang perempuan yang tak lain adalah Tiara, tengah menunjukkan cincin pertunangan mereka. Lalu, sedetik kemudian Vanesa dengan penuh emosi melemparkan ponselnya itu ke dinding apartemennya hingga ponsel mewah tersebut hancur berkeping-keping.
Vanesa menatap ranjang yang menjadi saksi jika dirinya sudah lebih dari sering menyerahkan tubuhnya pada Darka. Saksi bagaimana dirinya dan Darka sering lupa diri serta bekerja sama untuk meraih kepuasan demi kepuasan serta surga dunia mereka. Vanesa menggigit bibir bawahnya untuk menahan tangisnya agar tidak pecah saat itu juga. Ia beranjak untuk duduk di tepi ranjang dan mengeluaran ponsel khusus yang ia gunakan untuk berkomunikasi dengan Darka. Vanesa berusaha untuk menghubungi Darka. Tentu saja, Vanesa ingin mendengar konfirmasi secara langsung dari Darka, dan mengapa Darka sama sekali tidak mengatakan hal ini padanya.
Sayangnya, telepon Vanesa tersebut sama sekali tidak diangkat oleh Darka. Vanesa tidak menyerah begitu saja, dan kembali mencoba untuk menghbungi Darka. Namun, hal itu terus terulang. Darka mengabaikan teleponnya, bahkan saat Vanesa mencoba terakhir kalinya, Darka dengan kejamnya mematikan telepon tersebut hingga perasaan Vanesa semakin campur aduk sekarang. Vanesa menjerit dan kembali membanting ponselnya. “Sialan! Jalang itu sama sekali tidak pantas untuk mendapatkanmu, Darka! Aku, hanya aku yang pantas memilikimu!” jerit Vanesa.
Vanesa terengah-engah setelah menjeritkan isi hatinya. Beberapa saat kemudian, Vanesa mencoba untuk menenangka dirinya dan melangkah menuju meja rias. Vania menyisir rambut kemerahannya serta menatap pantulan dirinya pada cermin. Kini, Vania membandingkan dirinya dengan sosok Tiara yang tadi ia lihat bersanding dengan Darka. Vania menatap tajam pantulan dirinya dan menyeringai senang. “Jelas, aku lebih baik dari Jalang itu. Karenanya, aku sama sekali tidak akan menahan diri. Aku, akan menunjukkan, jika wanita simpanan sepertiku, lebih berkuasa daripada dirinya yang jelas akan menjadi istri sahmu, Darka.”