Kebebasan

3015 Kata
    Vanesa menghindar saat Darka akan menciumnya dengan penuh nafsu. Tentu saja, Darka yang mendapatkan penolakan seperti itu menggeram penuh dengan kemarahan. Ia datang menemui Vanesa, bukan untuk mendapatkan penolakan seperti ini, melainkan untuk mendapatkan service memuaskan yang selalu diberikan oleh perempuan yang menjadi salah satu model iklan di perusahaan AR yang dipimpin oleh Darka. Kini, Darka memaksa Vanesa untuk tidak menghindari dirinya. Namun, Vanesa tetap mencoba untuk menahan Darka agar tidak mendekati dirinya. Gerakannya jelas membuat Darka merasa semakin frustasi saja. Setelah melihat Tiara saat pertunangan, Darka selalu merasa jika tubuhnya aneh.     Darka terangsang hebat. Hal itu semakin menjadi, saat Darka tidur. Ia selalu memimpikan Tiara, dan membuatnya tak berdaya di bawah tindihannya. Darka merasa geram pada dirinya sendiri karena mengalami mimpi yang tidak masuk akal seperti itu. Bagaimana mungkin dirinya bisa b*******h karena gadis yang tumbuh besar di panti asuhan itu? Hal yang semakin membuat Darka kesal adalah, beberapa wanita yang ia temui secara sembunyi-sembunyi, sama sekali tidak bisa membuat gairahnya terpuaskan. Karena itulah, Darka memutuskan untuk bertemu dengan Vanesa. Padahal, Darka sendiri tengah dalam upaya untuk menghindari Vanesa karena setelah pertunangannya, Darka terus mengabaikan pesan serta telepon dari Vanesa.     “Sebenarnya kenapa kau menghindar seperti ini?!” tanya Darka dengan penuh emosi. Hei, tentu saja Darka kesal dengan tingkah Vanesa tersebut. Bagi Darka, Vanesa sama sekali tidak pantas dan berhak untuk menolaknya seperti ini. Vanesa sudah menyerahkan tubuhnya sepenuhnya pada Darka, bahkan sudah memiliki perjanjian tak tertulis dengan Darka bahwa dirinya bisa menyentuh Vanesa kapan pun dan di mana pun itu. Jelas, saat Vanesa menolaknya seperti ini, Darka merasa jengkel dan rasanya ingin menghancurkan tubuh indah dalam genggamannya ini.     Vanesa memainkan telunjuknya di atas d**a bidang Darka yang masih terbalut kemeja kerjanya. Vaneta yang memakai lipstick merah darah, tampak memainkan bibirnya dengan sensual. Semua itu gairah Darka yang tengah berkobar, semakin berkobar dengan gilanya meminta untuk segera dipuaskan. Rasanya, darah Darka mengalir dengan sangat deras tanda jika dirinya benar-benar butuh pelepasan sesegera mungkin. “Seharusnya, kau tidak melupakan kesepakatan yang sudah kita buat sebelum kita memulai hubungan tanpa status kita ini,” ucap Vanesa lalu memberikan jarak hingga Darka tidak lagi bisa meraih dirinya.     Gerakannya begitu cepat dan lihai, tetapi Darka sendiri memang membiarkan Vanesa lepas darinya. Jika tidak, Vanesa mana mungkin bisa melepaskan dirinya dari Darka dengan begitu mudahnya. Kini, Vanea duduk di sofa yang berbeda, lebih tepatnya berada berseberangan dengan Darka yang juga tengah duduk di sebuah sofa. Sebelumnya, Darka memang berusaha untuk menyerangnya saat berada di atas sofa ruang tamu. Keduanya tentu saja tengah berada di apartemen mewah milik Vanesa, yang juga menjadi tempat di mana Darka selalu mendapatkan service memuaskan dari Vanesa. Tempat khusus yang Darka beli terpisah tanpa diketahui oleh kedua orang tuanya. Apartemen ini Darka beli atas nama Vanesa agar dirinya memiliki tempat khusus untuk bertemu dengan wanita itu dan melakukan apa pun yang ia inginkan tanpa harus mencemaskan apa pun.     Darka yang mendengar perkataan Vania tentu saja tidak bisa menahan diri untuk mengernyitkan keningnya dalam-dalam. “Kesepakatan apa yang kau maksud?” tanya Darka memang tidak bisa mengingat kesepakatan apa yang tengah dimaksud Vanesa saat ini. Rasanya, Darka terlalu banyak memiliki masalah yang harus ia pikirkan dan itu membuatnya kesulitan untuk mengingat hal kecil yang mungkin terjadi atau pernah ia ucapkan di masa lalu.     Vanesa yang mendengar pertanyaan Darka tersebut mau tidak mau mengerucutkan bibirnya karena ternyata Darka memang melupakan kesepakatan yang telah dibuat bersama tersebut. “Kesepakatan jika kau tidak akan terikat dengan wanita mana pun. Kau tau bukan, aku memang tidak keberatan jika kau berhubungan dengan wanita mana pun dan datang kembali ke padaku saat kau menginginkan diriku. Aku akan senang hati membuatmu puas dengan service yang aku miliki. Tapi, aku sama sekali tidak setuju jika pada akhirnya kau sudah terikat dengan salah satu wanita. Aku tidak mau menjadi wanita simpanan yang harus bersembunyi, dan pada akhirnya mendapatkan amukan dari istrimu ketika dirinya tahu mengenai hubungan kita. Saat ini, kau bukan lagi seorang pria yang bebas, Darka. Sebentar lagi kau akan resmi terikat dengan seorang wanita,” ucap Vanesa.     Darka mengangguk-angguk saat mengerti dengan apa yang tengah dibicarakan oleh Vanesa. Ia juga sudah mengingat apa yang pernah ia katakan sebelumnya, saat akan memulai hubungan tanpa status antara dirinya dan Vania. Wajar saja jika pada akhirnya Vanesa sampai menolaknya seperti ini. Namun, Darka sama sekali tidak akan mentolelir penolakan dari Vanesa yang terasa meremehkannya. Sayangnya, karena saat ini dirinya tengah membutuhkan Vanesa untuk melampiaskan nafsunya, Darka pun memilih untuk menjelaskan situasinya pada Vanesa agar wanita itu bisa kembali melayaninya dengan senang hati. “Kau tidak perlu khawatir. Aku mungkin menikah dengan perempuan, tetapi tidak akan ada yang berubah selain statusku yang memang sudah menjadi suaminya. Setelah menikah, aku malah akan mendapatkan kebebasan yang lebih daripada kebebasan yang selama ini aku rasakan,” ucap Darka membuat Vanesa merasa tertarik.     “Benarkah? Kenapa hal itu bisa terjadi?” tanya Vanesa penasaran. Tentu saja ia ingin mendengar penjelasan sericni mungkin dari Vanesa. Hanya saja, Darka sudah lebih dulu memberikan tatapan penuh peringatan pada Vanesa, agar wanita satu itu tidak melewati batasan yang sudah ada.     Vanesa menelan ludah dan menyandarkan punggungnya untuk mencoba santai. Ia tidak ingin menunjukkan bahwa dirinya saat ini merasa ketakutan dengan tatapan tajam yang diberikan oleh Darka padanya. Memang benar, Vanesa adalah satu-satunya wanita yang bisa bertahan sampai saat ini, untuk memuaskan Darka kala gairahnya naik. Namun, Vanesa tidak memiliki banyak keistimewaan yang ia dapatkan dari posisi itu. Vanea hanya mendapatkan sokongan finansial, serta waktu-waktu panas yang tidak semua wanita bisa dapatkan dari Darka. Selebihnya, Vanesa sama dengan para wanita yang selama ini hilir mudik menghangatkan ranjang Darka setiap malamnya.     Untuk hal lainnya, Darka selalu memperlakukannya seperti dirinya memperlakukan wanita lainnya. Darka juga dengan tegas menunjukkan batasan yang tentu saja tidak boleh dilewati oleh Vanesa. Batasan yang selalu saja membuat Vanesa memiliki jarak dari Darka. Hal itulah yang selama ini selalu Vanesa cari penawarnya. Karena jujur saja, berbeda dari Darka yang menginginkan Vanesa sebagai tempat pelampiasan nafsunya, Vanesa menyukai Darka dengan tulus. Tentu saja, dengan perasaannya sebagai seorang wanita, Vanesa ingin Darka menjadi miliknya seutuhnya. Namun, Vanesa sadar jika Darka itu seperti pasir. Saat dirinya berusaha untuk mencengkram Darka lebih erat, maka Darka akan menghilang begitu saja. Karena itulah, Vanesa memutuskan untuk menjadi wanita yang dibutuhkan oleh Darka dan menyesuaikan dirinya seperti apa yang diinginkan pria ini.     Vanesa tidak peduli jika dirinya disebut sebagai w************n yang tidak memiliki harga diri, karena terus menyerahkan tubuhnya pada Darka tanpa ada status yang jelas. Karena bagi Vanesa, ini hanyalah proses. Vanesa lebih dari yakin, jika nantinya Darka akan jatuh hati padanya, dan Vanesa bisa memiliki Darka seutuhnya. Darka akan bergantung padanya yang tak lain adalah satu-satunya wanita yang bisa memuuaskan Darka saat di atas ranjang. Membayangkan jika Darka hanya tergila-gila dan mencintainya, Vanesa merasakan suasana hatinya melambung tinggi. Hal itulah yang membuat Vanesa lebih rileks, hingga tidak lagi merasa takut dengan ekspresi yang ditunjukkan oleh Darka padanya. “Kau tidak perlu tau apa yang terjadi,” ucap Darka dengan suara dingin yang menusuk.     Hal itu membuat Vanesa menatap Darka yang masih menatapnya tajam. Diam-diam, kini Vanesa tengah memikirkan hal apa yang perlu ia lakukan, agar Darka tidak lagi marah atas sikap yang sudah ia lakukan tadi padanya. “Kau hanya perlu melakukan service terbaik yang bisa berikan padaku, dan aku akan memberikan hadiah atas service yang kamu berikan itu,” ucap Darka tidak main-main. Darka memang terkenal sebagai seorang flamboyan. Ia sama sekali tidak berpikir dua kali untuk membelikan sesuatu atau memberikan sejumlah uang yang tidak sedikit pada orang-orang yang membuat suasa hatinya senang. Termasuk bagi para wanita yang mengisi kekosongan ranjangnya.     Setelah pertunangan dirinya dan Tiara diselenggarakan, Nazhan dan Puti memang berbaik hati dengan membuka blokir sebagian fasilitas keuangan Darka. Meskipun masih sebagian, hal itu sudah lebih dari cukup untuk membuat Darka bisa menikmati waktu-waktunya seperti dulu lagi. Setidaknya, saat ini Darka sudah memiliki pegangan uang yang bisa ia gunakan untuk bersenang-senang, baik itu dengan Vanesa, atau dengan para wanita malam lainnya. Namun, untuk sekarang, Darka pikir lebih baik dirinya menikmati service yang diberikan oleh Vanesa. Mencari wanita lainnya, akan terlalu berbahaya saat ini. Karena Darka lebih dari yakin, jika saat ini Puti dan Nazhan masih mengawasinya. Bahkan, pengawasan mereka akan lebih ketat daripada sebelumnya. Jadi tentu saja menggunakan barang yang sudah disimpan dengan sangat baik, tentu akan menjadi jawaban terbaik untuk saat ini. Vanesa sendiri merasa mendapatkan ide baik, saat mendengar jawaban yang diberikan oleh Darka. Vanesa kini bangkit dari duduknya dan melenggang sensual, sembari membuka satu per satu pakaian yang menempel pada tubuhnya.     Vanesa menyisakan sepasang bra dan celana dalam, sebelum duduk mengangkangi Darka. Vanesa mengalungkan kedua tangannya pada leher Darka sembari menyuguhkan sebuah senyuman manis yang membuat gairah Darka naik secara perlahan. Vanesa tentu saja menyadari hal itu. Vanesa sudah sering menghadapi Darka, dan menghadapi pria lainnya. Tentu saja, Vanesa lebih dari sekedar berpengalaman dalam hal seperti ini. Karena itulah, Vanesa tahu mengenai tindakan apa lagi yang perlu ia lakukan demi membakar Darka dalam sebuah gairah yang membara. Vanesa mengulurkan salah satu tangannya untuk meremas rambut bagian belakang Darka, dan mencium bibir Darka dengan gerakan yang sangat profesional. Tentu saja, Darka hanya diam dan menikmati ciuman sepihak yang diberikan oleh Vanesa tersebut.     Awalnya seperti itu, hingga Darka tidak lagi bisa menahan diri dan menyerang baik Vanesa yang kini memekik senang karena sudah berhasil membuat Darka benar-benar tenggelam dalam gairahnya. Kini, Vanesa sudah benar-benar bertekad. Ia akan membuat Darka lupa dengan Tiara, sekali pun nantinya perempuan itu menjadi istri dari Darka. Setiap malamnya, Vanesa akan memastikan diri untuk mencuri Darka dari Tiara. Karena sejak awal, Darka memang sudah menjadi milik Vanesa, dan Tiara yang datang di antara dirinya dan Darka yang tengah hidup dengan nyaman.       * * *           Darka memacu mobilnya dengan kecapatan penuh. Wajahnya yang tampan terlihat kesal bukan main. Hal tersebut terjadi karena Darka terpaksa harus menghentikan kegiatan panasnya denga Vania, tepat saat dirinya akan mencapai puncak. Hal tersebut terjadi, karena Darka mendapatkan telepon dari Puti. Tentu saja, telepon Puti lebih penting dan ia harus segera mengangkatnya serta melepas Vania yang juga mendesah kecewa sebab dirinya tidak bisa mendapatkan puncak yang ia harapkan. Ternyata Puti memintanya untuk pulang. Bertambah kesal lah Darka saat dirinya memang tidak bisa mendapatkan puncak yang ia harapkan. Padahal, Darka sudah benar-benar frustasi dengan semua gairah yang ia tumpuk selama berhari-hari. Bayangkan saja, biasanya Darka mendapatkan pelepasan tiap malam, tetapi kini ia harus berpuasa selama bermalam-malam! Betapa menderitanya Darka saat ini!     Tiba di kediaman Risaldi, Darka pun memarkirkan mobilnya sembarangan dan melemparkan kunci mobilnya tersebut pada salah satu staf keamanan yang memang dipercaya oleh Darka untuk mengurus mobilnya. Setelah itu, Darka pun memasuki kediaman mewah dan megah tersebut. Dengan aura yang menyeramkan tersebut, tentu saja para pelayan dan pekerja lain di kediaman Risaldi tersebut berbondong-bondong menghindari Darka. Mereka sudah bekerja di sana sejak Darka kecil. Tentu saja mereka sudah mengenal secara baik, karakter tuan muda tersebut.     Karena itulah, mereka semua tahu, jika berhadapan dengan Darka yang tengah dalam suasana hati tidak baik, bukanlah pilihan baik. Kenapa? Tentu saja karena hal itu hanya akan membawa malapetaka bagi siapa pun yang tidak beruntung berhadapan dengan tuan muda tersebut. Sayangnya, meskipun sudah berusaha untuk menghindari Darka, ada seorang pelayan yang secara pribadi dipanggil oleh Darka, saat pria itu melalui lorong. “Iya, Tuan Darka. Apa ada yang Tuan Muda butuhkan?” tanya pelayan tersebut sebisa mungkin menyembunyikan perasaan takutnya dan bersikap dengan profesional. Menampilkan ketakutannya di hadapan sang tuan muda, sama saja dengan memberikan umpan yang akan membuat hidupnya menderita di tangan Darka.     “Di mana Mama?” tanya balik Darka. Memang hal yang dibutuhkan oleh Darka saat ini adalah keberadaan Puti. Tentu saja, Darka harus segera menemui Puti yang sudah repot-repot meneleponnya dan meminta dirinya untuk sesegera mungkin kembali ke rumah.     Darka sendiri juga merasa penasaran, memangnya ada hal sepenting apa yang membuat Puti meneleponnya seperti tadi? Padahal, biasanya Puti jarang sekali meneleponnya jika memang tidak ada hal yang terlalu penting. Darka berpikir, apa mungkin Puti dan Nazhan sudah mengetahui perihal hubungannya dengan Vanesa? Namun, rasanya itu tidak mungkin. Jika hal itu benar terjadi, Puti tidak mungkin setenang ini dengan hanya memintanya untuk kembali ke rumah. Puti pasti sudah memberikan pelajaran pada Vania dengan cara terpedas dan terkejam yang bisa Puti berikan pada Vania.     “Nyonya besar ada di ruang keluarga, Tuan,” jawab sang pelayan.     “Apa Papa juga ada di sana?” tanya Darka lagi. Jika benar ada Nazhan yang menemani Puti. Sudah dipastikan jika memang ada hal penting yang ingin dibicarakan oleh Puti padanya.     Si pelayan pun menggeleng. Karena Nazhan memang benar-benar tidak ada di sana. Nazhan masih berada di perusahaan yang jelas berbeda dengan perusahaan yang dipimpin oleh Darka. Jika perusahaan yang dipimpin oleh Darka, itu adalah perusahaan yang sebelumnya adalah perusahaan Risaldi yang memang bergerak dalam bidang mebel. Sementara Nazhan mengurus perusahaan cabang Al Kharafi yang tentu saja menangani perihal perminyakan yang menjadi sumber daya utama yang selama ini sangat dicari dan dibutuhkan oleh semua kalangan masyarakat. Meskipun begitu, perusahaan tersebut tetap berada dalam sebuah naungan perusahaan AR. Karena Puti dan Nazhan memang sudah secara resmi menyatukannya.     “Lalu dengan siapa Mama berada di ruang keluarga?” tanya Darka lagi. Darka tahu jika Puti tidak akan menghabiskan waktunya di ruang keluarga jika tidak ada anggota keluarga yang menemaninya. Biasanya, jika sendirian Puti akan lebih memilih menghabiskan waktunya di ruang perpustakaan pribadinya dan menulis berbagai kata yang indah. Puti memang masih aktif untuk menuliskan apa yang ia pikirkan, dan aktif menjadi seorang penulis yang produktif serta memiliki basis penggemar yang luas serta fanatik.     “Nyonya sedang berbincang dengan Nona Tiara, Tuan.” Pelayan itu tetap menjawab dengan nada sopan yang tentu saja memang patut digunakan oleh pelayan sepertinya ketika berhadapan dengan sang tuan. Darka mengernyitkan keningnya, Tiara?     “Tiara? Dia datang ke rumah? Kenapa? Apa dia datang sendiri?” tanya Darka lagi beruntun. Tentu saja ia memilih untuk bertanya pada pelayan, daripada bertanya pada Puti atau Tiara. Jika bertanya pada mamanya, sudah dipastikan jika Darka akan mendapatkan sebuah perkataan dan tatapan tajam yang menusuk karena Darka terbilang sudah menanyakan sesuatu yang tidak sopan. Namun, bertanya pada Tiara juga bukan pilihan yang terasa benar bagi Darka. Setelah pertunangannya dengan perempuan itu, Darka bahkan belum menghubunginya sekali pun. Darka enggan untuk mendengar suaranya atau melihat parasnya yang ayu.     “Nona Tiara datang atas perintah Nyonya Besar. Nyonya bahkan mengirim mobil untuk menjemput Nona Tiara dari panti,” jawab sang pelayan dengan lancar. Tentu saja dirinya tidak boleh melakukan kesalahan dengan menjawab tergagap atau melupakan hal penting yang memang ingin didengar oleh sang tuan muda di hadapannya ini.     Darka pun mengangguk dan melangkah pergi begitu saja tanpa mengucapkan terima kasih sedikit pun. Tentu saja, kini Darka tengah melenggang menuju ruang keluarga yang berada di sisi lain kediaman mewah ini. Tiba di hadapan pintu berukuran besar tersebut, Darka tidak segera masuk dan memilih untuk berdiri dan mendengarkan pembicaraan antara Puti serta Tiara. Kebetulan, pintu ruangan tersebut sedikit terbuka, dan memberikan celah yang memungkinkan Darka bisa mendengar apa yang tengah dibicarakan oleh keduanya di dalam ruangan tersebut.     Puti sendiri kini menggenggam kedua tangan Tiara dengan hangatnya. “Terima kasih karena kamu sudah mau aku jodohkan dengan putraku,” ucap Puti lembut.     Tiara yang mendengarnya tentu saja menggeleng dengan rendah hati. “Mama tidak perlu mengucapkan terima kasih seperti itu. Aku hanya melakukan apa yang aku rasa benar. Dan menerima perjodohan ini, terasa menjadi keputusan yang paling benar, yang bisa aku ambil,” ucap Tiara tidak kalah lembut. Tiara memang sudah tidak lagi canggung menggunakan panggilan mama dan papa untuk memanggil Puti serta Nazhan. Tentu saja, Tiara sering berlatih agar dirinya tidak lagi salah memanggil dan malah menyinggung perasaan dari kedua orang tua calon suaminya ini.     Semakin bertambahnya usia, kemapuan menilai pribadi lain yang dimiliki oleh Puti semakin tajam saja. Menurut Puti, Tiara adalah gadis manis yang memiliki hati yang tulus. Ketulusan dan kebaikan yang berpadu, membuatnya memiliki pesona yang tentu saja berbeda dari perempuan yang lainnya. Mungkin, hal inilah yang membuat Puti tertarik pada Tiara sejak pertama kali melihatnya secara langsung. Karena itu pula, Puti tanpa ragu memilih Tiara sebagai calon menantu yang ia persiapkan khusus bagi putra semata wayangnya itu.     “Apa pun itu, kini Mama hanya bisa menitipkan Darka padamu. Memang benar, kalian masih dalam tahapan pertunangan. Tapi, Mama yakin jika kalian pasti akan menikah. Jadi, sekali lagi Mama ingin mengatakan, jika Mama menitipkan Darka padamu. Mama sebagai seorang ibu sudah kehabisan cara untuk mendidiknya, dan menjaganya agar tidak terlalu jauh melangkah dari jalan yang benar. Karena itulah, Mama berharap, setelah menikah nanti, tolong buat Darka untuk kembali dalam jalan yang benar,” ucap Puti dengan sungguh-sungguh. Puti memang mengatakan semua hal yang ia pikirkan.     “Mama tidak perlu merendah seperti itu. Sejauh ini, Mama dan Papa sudah sangat berhasil mendidik Kak Darka, karena kini, Kak Darka sudah menjadi pria sukses yang berpengaruh.” Tiara tidak memberikan pujian yang terdengar seperti omong kosong. Ah, tolong jangan heran dengan Tiara yang kini memanggil Darka dengan panggilan Kakak. Karena setelah dipikirkan, untuk sementara waktu Tiara akan menggunakan panggilan aman tersebut untuk memanggil Darka.     “Selebihnya, tentu saja aku akan berusaha untuk melaksanakan tugasku sebagai seorang istri pada umumnya. Semoga, dalam pernikahan ini, baik aku dan Kak Darka akan mendapatkan pendewasaan diri,” lanjut Tiara dengan memasang senyum manis.     Puti yang mendengar ucapan Tiara hanya bisa tersenyum dan mengangguk. Tentu saja Puti berdoa jika apa yang dikatakan oleh Tiara tersebut akan menjadi sebuah kenyataan. Puti dan Nazhan tentunya sangat berharap jika dalam pernikahan ini, Darka akan semakin dewasa dan bertindak sebagai seorang pria yang bertanggung jawab. K arena jelas dirinya setelah menikah nanti, Darka memiliki tanggung jawab yang perlu ia laksanakan dengan baik.     Sayangnya, sepertinya Puti dan Nazhan harus sangat bersabar hingga keinginanan mereka terwujud nantinya. Kenapa? Karena Darka yang memang sejak awal menguping pembicaraan Puti dan Tiara, kini malah menyeringai senang. Tentu saja Darka merasa senang, sebab dirinya merasa keputusannya untuk menerima perjodohan ini hingga menikahi Tiara, adalah keputusan terbaik yang pernah ia ambil. Dengan apa yang dikatakan oleh Puti barusan, Darka yakin jika Puti dan Nazhan memang akan lepas tangan dari kehidupannya setelah Darka berumah tangga nantinya.     Jelas itu adalah kabar baik bagi Darka. Kebebasan yang ia dambakan sudah berada di depan mata. Akhirnya, setelah sekian lama, Darka bisa mendapatkan kehidupan bebas yang memang sangat diinginkan olehnya. Nantinya, Darka tidak perlu lagi memikirkan kapan dirinya harus pulang, kapan dirinya harus menghentikan acara bersenang-senangnya, hingga kapan Darka harus menghentikan aksinya sebagai seorang flamboyan. Tentu saja hal itu bisa terjadi, setelah Darka menikahi Tiara. Ya, Darka akan menikahi Tiara, lalu menjadikan Tiara sebagai tameng perlindungan.     Membayangkan kebebasannya itu, kini Darka semakin menarik seringai yang lebar. Darka bersiul pelan dan berbisik, “Selamat datang kebebasan.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN