“Jangan membual! Jangan berlebihan. Mana mungkin masakannya selezat itu? Dan aku sama sekali tidak setuju dengan perkataanmu yang menyebutnya cantik. Dia sama sekali tidak cantik. Tubuhnya juga rata. Depan belakang sama ratanya,” cela Darka tidak berperasaan.
Jarvis menghela napas pelan. “Jangan mengatakan hal itu di depan istrimu. Dia pasti akan sangat terluka.”
Darka menelengkan sedikit kepalanya dan bertanya, “Benarkah?”
“Tentu saja. Istri mana yang tidak akan sakit hati disebut seperti itu oleh suaminya sendiri,” jawab Jarvis membenarkan.
“Kalau begitu, aku akan mengatakan hal itu tepat di hadapannya,” ucap Darka.
“Kau gila?” tanya Jarvis tidak mengerti dengan cara berpikir Darka.
“Tidak. Aku hanya ingin membuat dirinya sakit hati. Karena itu sangat menyenangkan bagiku,” ucap Darka dengan seringai yang mengerikan.
Tak berapa lama, Tiara kembali ke meja makan. Ia tersenyum pada Jarvis dan bertanya, “Apa makanannya sesuai dengan seleramu?”
Jarvis yang mendapatkan pertanyaan seperti itu segera mengangguk. “Ini sangat lezat. Selain cantik, kau juga handal dalam memasak. Betapa beruntungnya Darka memilikimu sebagai seorang istri,” puji Jarvis dengan sopan.
Meskipun dirinya seorang b******n, Jarvis memiliki batasan yang ia tetapkan dalam sikapnya. Jarvis boleh bisa memangsa para wanita yang ia goda atau menggodanya. Namun, Jarvis tidak akan memangsa gadis alim, apalagi jika gadis itu adalah istri dari sahabatnya sendiri. Tahu jika Tiara adalah orang yang religious, Jarvis sendiri memberikan perhormatan lebih pada sosok istri sahabatnya itu. Menurut Jarvis, kedua orang tua Darka benar-benar sangat terampil memilihkan jodoh untuk putra mereka ini. Jarvis rasa, sepertinya ia perlu meminta saran atau rekomendasi calon istri pada mereka. Lihat saja, mereka bisa memilihkan Darka yang b******n itu, seorang istri yang secantik dan sebaik hati Tiara. Darka benar-benar mendapatkan jackpot dalam hidupnya.
Namun, seperti yang sebelumnya Darka katakan. Ia sama sekali tidak sependapat dengan apa yang dipikirkan oleh Jarvis. Pria itu mendengkus kasar dan berkata, “Dari mananya aku terlihat beruntung memiliki dia sebagai istriku? Aku malah sangat sial karena harus menikahi gadis yatim piatu yang tidak jelas asal usulnya seperti dia.”
Setelah mengatakan hal itu, Darka bangkit menuju pintu utama karena makanan yang ia pesan sudah datang. Jarvis yang ditinggal di ruang makan dengan Tiara setelah perkataan tajam yang dilemparkan oleh Darka, tentu saja merasa canggung. Ia pun ragu dengan apa yang harus ia lakukan selanjutnya. Tiara yang menyadari hal itu tersenyum. Ia tidak mungkin membuat tamu pertamanya merasa tidak nyaman saat bertamu di rumahnya. “Silakan dilanjutkan makannya. Darka memang sering berkata seperti itu, tetapi ia tidak pernah serius. Jangan terlalu dipikirkan,” ucap Tiara. Ia dan Darka memang sudah sepakat untuk saling menyebut nama saja. Darka kurang nyaman jika dipanggil dengan embel-embel lainnya, begitu pun dengan Tiara. Jadi, keduanya mengambil keputusan untuk saling memanggil nama saja daripada harus menyebut panggilan sayang yang jelas sangat memuakkan menurut Darka.
Jarvis yang mendengar ucapan Tiara rasanya ingin menyemburkan tawa. Apa saat ini Tiara tengah menenangkan dirinya? Rasanya, ini sungguh lucu. Seharusnya, Jarvis yang menghibur Tiara karena telah mendapatkan perlakuan yang terasa sangat menyakitkan seperti itu dari suaminya. Namun, ini malah sebaliknya. Sungguh, Tiara memiliki pesona di balik semua tindakannya yang anggun tetapi penuh dengan kejutan ini. Jarvis pun tersenyum tipis dan tanpa sadar berkata, “Kau perempuan yang unik.”
Tiara pun tampak terkejut. Namun, pembicaraan keduanya terinterupsi data Darka kembali ke meja makan dengan kantung di tangannya. Tiara pun mengambil alih kantung tersebut dan membantu Darka menyiapkan makan siang yang sudah ia pesan. Meskipun Darka tidak mau memakan makanan yang sudah Tiara siapkan, tetapi Tiara tetap memiliki kewajiban untuk melayani suaminya itu. Jadi, Tiara mengambil inisiatif untuk menyiapkan makan siang Darka dengan menyiapkannya ke atas piring. Darka sendiri tidak menolak perlakuan Tiara tersebut. Karena Darka sendiri enggan harus menuang makananya dari bungkusan ke piring dengan tangannya sendiri. Alhasil, ia harus memanfaatkan Tiara yang memang menawarkan bantuan dengan senang hati.
Jarvis pun mengamati interaksi keduanya. Meskipun Darka terlihat begitu menolak kehadiran Tiara. Namun, Jarvis bisa melihat jika Tiara benar-benar dibutuhkan oleh sahabatnya itu. Secara alami, Darka sebenarnya membutuhkan Tiara sebagai istrinya yang mengurus semua keperluannya. Sayangnya, Darka terlalu menjungjung tinggi harga diri dan egonya hingga tidak mengakui hal itu. Selain itu, Darka terus saja menyangkal jika ia memiliki istri yang cantik dan terampil dalam mengurus rumah tangga. Jarvis pun berkata, “Ah, betapa kau beruntung memiliki Tiara sebagai istrimu.”
Darka yang baru saja akan memulai makan siangnya menatap Jarvis dengan kesal. “Jika kau hanya ingin mengatakan omong kosong, ke luar dari rumahku!” seru Darka dengan nada tinggi.
“Ei, bagaimana bisa aku pergi sebelum menghabiskan semua makanan lezat ini. Aku tidak akan berbagi denganmu,” ucap Jarvis lalu melanjutkan acara makannya.
Tiara sendiri ikut makan. Seperti Jarvis, menu makan siang Tiara tak lain adalah menu makan siang yang sebelumnya ia masak. Tiara terus saja mendapatkan pujian dari Jarvis mengenai kelezatan masakannnya. Tiara berterima kasih atas pujian Jarvis dan menikmati makan siangnya dengan tenang. Walaupun seperti biasanya, Tiara tidak makan terlalu banyak. Sepertinya, Tiara masih terbawa kebiasaannya di panti, yang memang tidak makan terlalu banyak karena dirinya harus berbagi dengan adik-adiknya yang sering kali meminta makan lebih. Saat Tiara dan Jarvis makan dengan lahap dengan menu makan siang buatan Tiara sendiri, maka Darka menikmati menu makan siang yang ia pesan dari sebuah restoran yang terkenal dan sudah menjadi langganannya.
Namun, diam-diam Darka merasa penasaran dengan rasa dari masakan buatan Tiara. Jarvis memang terkenal sebagai penggoda, sama sepertinya, tetapi dalam masalah makanan Jarvis ini tidak bisa berbohong. Jarvis juga sangat pilih-pilih dalam masalah itu. Bisa dibilang, jika lidah Jarvis benar-benar tajam dang bisa diandalkan dalam menilai sebuah makanan. Jika sampai Jarvis memuji Tiara berulang kali seperti tadi, bukankah itu berarti masakan Tiara memang selezat itu? Namun, Darka tentu saja tidak mungkin serta merta ingin mencoba makanan yang dibuat oleh Tiara, setelah dirinya mencelanya habis-habisan seperti tadi bukan? Akan ditaruh di mana wajah Darka jika melakukannya?
Sayangnya, Jarvis yang terbilang sudah sangat mengenal Darka dengan baik, bisa membaca apa yang tengah dipikirkan oleh Darka saat ini. Jarvis menahan diri untuk tidak tersenyum. Ia memiliki sesuatu yang bisa ia jadikan bahan untuk menggoda Darka. Dan tentu saja Jarvis tidak akan melepaskan kesempatan ini begitu saja. Mendapatkan kesempatan untuk menggoda Darka tentu saja sangatlah langka. Karena itulah, Jarvis harus memanfaatkan kesempayan langka ini dengan sebaik mungkin. Jarvis berdeham dan berkata, “Wah, ini sangat lezat. Saking lezatnya, aku sama sekali tidak ingin membagi makanan ini denganmu, Darka.”
Darka yang mendengar hal itu mengernyitkan keningnya dalam-dalam. “Memangnya, siapa yang ingin makan makanan itu?” tanya Darka sengit.
“Ah, jadi sampai kapan pun, kau tidak ingin mencicipi masakan Tiara ini?” tanya balik Jarvis.
“Tentu saja. Aku tidak mungkin memakan makanan kampungan seperti itu,” cela Darka dengan tajam membuat Tiara hampir menghela napas lelah. Rasanya, perdebatan Jarvis dan Darka tidak ada habisnya, dan itu sungguh membuat Tiara yang mendengarnya merasa lelah.
“Kalau begitu, bagaimana jika aku datang tiap hari ke rumahmu dan ikut makan bersama kalian. Tentu saja, aku harus membantumu untuk menghabiskan makasakan buatan Tiara, sementara kau sendiri hanya ingin makan masakan restoran.”
Mendengar usulan yang tidak masuk akal itu, Darka pun mengerutkan wajahnya mengekspresikan rasa kesalnya yang semakin menjadi terhadap rekannya tersebut. “Apa kau ini gelandangan yang miskin? Kenapa selalu datang ke rumah orang lain untuk menumpang makan? Apa kau tidak memiliki malu?” tanya Darka tajam menyerang Jarvis yang memang sudah terbiasa mendapatkan perkataan tajam dari sahabatnya itu. Jarvis malah tertawa setelah mendapatkan pertanyaan tajam yang bertubi-tubi dari Darka. Ia terlihat santai dan sedikit banyak membuat Tiara kagum. Menurut Tiara, hubungan Darka dan Jarvis ini sudah sangat dekat, hingga keduanya tidak terlihat canggung saat saling menggoda atau pun menghina.
“Hei, aku ini hanya berniat baik. Jika tidak ada yang memakan masakan Tiara, itu akan mubazir. Jadi, aku harus hadir sebagai orang baik yang akan membantu untuk menghabiskan semua masakan lezat itu agar tidak terbuang sedikit pun. Bukankah itu ide yang sanga brilian?” anya Jarvis dengan ekspresi yang membuat Darka memejamkan matanya berusaha meredam emosi.
Darka pun berkata pada Tiara, “Esok, jika orang sinting ini datang kembali, jangan pernah bukakan pintu. Jika dia masih terusa datang, panggil keamanan dan katakan jika ada gelandangan sinting yang memaksa untuk meminta makanan padamu.” Mendengar perkataan Darka, Jarvis pun tertawa keras. Senang karena sudah benar-benar membuat Darka kesal.