Darka berusaha mengabaikan Tiara yang sejak tadi sibuk merapikan pakaian yang sudah ia setrika dan lipat dengan begitu rapi. Darka berusaha memfokuskan diri dengan majalah yang terbuka lebar di atas tangannya. Darka sendiri tengah duduk bersandar di kepala ranjang besar yang setiap malamnya selalu ia tempati bersama Tiara. Begitu Tiara ke luar dari kamar, saat itulah Darka menutup majalah dewasa yang ia baca dengan begitu kesal. Bagaimana mungkin dirinya tidak merasa kesal dengan tingkah polos Tiara yang seolah-olah memperlakukannya sebagai seorang prua dewasa yang tidak memiliki gairah sedikit pun. Darka memang sudah mengatakan berulang kali jika dirinya tidak mungkin tergoda oleh Tiara yang menurutnya sama sekali tidak menggairahkan.
Namun, perkataan Darka itu tidak mudah terwujud. Mengapa? Meskipun berusaha untuk mengabaikan Tiara dan menganggapnya tidak menggairahkan, naluri Darka sebagai pria sama sekali tidak bisa mengabaikan hal itu dengan mudahnya. Sudah hampir satu minggu Darka berbagi ranjang yang sama dengan Tiara. Terkadang, saat tidur Darka bersentuhan dengan Tiara, yang memang terlelap dan biasanya melewati batas yang sudah ditetapkan oleh Darka di atas ranjang mereka. Kulit lembut itu membuat bulu kuduk Darka meremang dengan hebatnya. Mungkin, itu dikarenakan Darka yang sudah berhari-hari tidak bisa melepaskan gairahnya yang memang terhitung lebih tinggi daripada pria seumurannya. Darka bisa dibilang hyper seks. Darka membutuhkan pelampiasan setiap ia ingin.
Jadi, melihat Tiara yang berlalu lalang tanpa mempertimbangkan jika mungkin gerakannya bisa membuat seorang pria b*******h, membuat Darka benar-benar frustasi. Meskipun Tiara hanya menggunakan daster lusuh yang tidak menunjukkan lekuk tubuhnya, tetapi itu sudah lebih dari cukup membuat Darka tidak bisa mengalihkan pandangannya dari p****t sang istri yang melenggak lenggok dengan indahnya. Meskipun Tiara memiliki d**a atau b****g seseksi wanita simpanannya selama ini, tetapi semua itu tampak begitu pas bagi Tiara yang memiliki bentuk tubuh yang mungil. Hingga saat ini, Darka memang belum pernah mencumbu atau memeluk Tiara, tetapi Darka seakan-akan bisa menebak jika Tiara akan terasa sangat pas saat ia peluk dan tindih saat mereka menggila dalam kendali gairah.
“Sialan!” maki Darka saat dirinya tanpa sadar membayangkan saat-saat di mana dirinya menggauli Tiara.
“Aku tidak boleh seperti ini hanya karena wanita kampungan seperti itu!” seru Darka menyadarkan dirinya sendiri.
Ia tidak boleh sampai jatuh ke dalam pelukan Tiara. Darka harus ingat apa yang sudah ia rencanakan sejauh ini. Darka memijat pelipisnya dan berusaha meredakan gairahnya yang hampir memuncak. Di tengah usahanya itu, Darka pun mendapatkan telepon dari seseorang yang seharusnya ia hindari karena ia masih dalam pengawasan kedua orang tuanya. Namun, karena Darka yang merasa frustasi karena gairahnya yang hampir membuatnya marah, Darka pun memilih menerima telepon tersebut, “Ya, ada apa Vanesa?”
“Apa kau tidak merindukanku?” tanya Vanesa langsung dengan nada manja.
“Kau sendiri tau, aku baru saja menikah.” Darka agak kesal karena Vanesa dengan percaya diri menanyakan hal itu padanya. Sepertinya, Darka terlalu baik pada Vanesa hingga wanita itu besar kepala dan berpikir jika Darka sangat membutuhkannya. Padahal, Darka tidak terlalu membutuhkan Vanesa. Ia bisa dengan mudah membuang Vanesa kapan pun itu, dan Darka bisa mencari wanita lain untuk menggantikan Vanesa.
Hanya saja, untuk saat ini Darka tidak memiliki waktu untuk memilih wanita yang sesuai dengan kualifikasi yang ia inginkan. Selain jago dalam bermain seks dan memuaskannya di atas ranjang, wanita yang akan mejadi simpanan Darka jelas harus bisa mengendalikan hatinya. Darka tidak mau sampai repot mengurus seorang wanita yang menggila karena tidak bisa mendapatkan dirinya untuk seorang diri. Darka ini seorang burung yang bebas, dan ia tidak mau terikat oleh siapa pun itu. Selain itu, wanita yang akan melayani Darka tanpa batasan waktu itu, harus bersedia menggunakan alat kontrasepsi atau disuntik obat untuk memastikan tidak ada kecelakaan pembuahan saat mereka bersenang-senang dengan gairah yang mereka miliki. Jika sampai nantinya ada kecelakaan seperti itu, sudah dipastikan jika Darka benar-benar berada dalam masalah. Bukan hal yang mustahil bagi Puti dan Nazhan untuk mengetahui hal tersebut. Jika hal itu terjadi, maka kiamat bagi Darka. Entah apa yang akan dilakukan oleh Puti dan Nazhan padanya, tetapi Darka yakin jika itu adalah kali terakhirnya bisa melihat matahari pagi.
“Tapi aku yakin jika kalian sama sekali tidak bersenang-senang di atas ranjang. Aku bahkan lebih dari yakin jika kalian belum melewati malam pertama. Ah, aku bisa menebak jika saat ini kau sangat b*******h dan membutuhkan pelepasan,” ucap Vanesa terkikik geli.
“Apa kau tengah mengolok-olok diriku?” tanya Darka tajam.
Vanesa tentu saja tahu jika Darka tidak menyentuh Tiara, karena Vanesa tahu apa yang sudah disepakati oleh Darka dan Tiara. Vanesa juga tahu seberapa Darka tidak menyukai Tiara yang tak lain adalah gadis yatim piatu yang tumbuh besar di panti asuhan, tanpa mengetahui siapa ibu dan ayahnya. Karena itulah, Vanesa yakin jika Darka yang memiliki gairah tinggi ini pasti kesulitan disebabkan oleh gairahnya yang tidak tersalurkan lebih dari satu minggu. Gairahnya pasti menumpuk dan membuatnya frustasi. Ini jelas kesempatan baik bagi Vanesa untuk menarik Darka kembali ke sisinya. Ia akan menunjukkan pada Tiara, jika statusnya sebagai istri Darka sama sekali bukan apa-apa. Itu tidak aka nada gunanya, jika suaminya masih saja mencari kenikmatan dari wanita lain di luar rumahnya.
“Bagaimana aku mengolok-olokmu,” ucap Vanesa menyangkal, masih dengan nada manja yang sebenarnya tidak terlalu disukai oleh Darka. Karena pada dasarnya, Darka sendiri hanya melihat Vanesa sebagai perempuan yang akan memuaskannya di atas ranjang, jadi Darka tidak merasa dirinya perlu untuk menyukai Vanesa dengan sungguh-sungguh.
“Tapi aku mendengarnya seperti itu,” ucap Darka dingin.
“Kuharap kau tidak marah padaku. Aku menghubungimu untuk mengajakmu bertemu. Kau pasti membutuhkan pelepasan bukan? Aku akan memberikan service dengan senang hati, karena aku pun tengah sangat b*******h. Ayo kita lakukan beberapa ronde malam ini,” ajak Vanesa sungguh-sungguh.
Vanesa sama sekali tidak berbohong. Membayangkan jika dirinya mencuri pria beristri tepat di satu minggu pernikahan mereka, membuat Vanesa merasa begitu b*******h. Ditambah dengan fakta jika Darka belum menyentuh istri sahnya sama sekali. Itu jelas memberikan tanda jika Vanesa memang lebih menggoda. Vanesa suka rasa senang karena kemenangannya mengalahkan seorang istri sah. Membayangkan dirinya bergumul berjam-jam dengan Darka di atas ranjang, sementara Tiara menunggu kepulangan Darka ke rumah, membuat darah Vanesa berdesir dengan derasnya. Sepertinya, nanti Vanesa akan mencari cara untuk menunjukkan pada Tiara secara langsung jika Vanesa adalah perempuan satu-satunya yang bisa membuat Darka b*******h dan memuaskan pria itu mengenai masalah ranjang.
“Aku tidak bisa ke luar, aku masih diawasi,” ucap Darka.
Pria itu turun dari ranjang dan mengintip di jendela kamar. Biasanya, aka nada sebuah mobil yang terparkir di ujung jalan. Darka lebih dari yakin jika itu adalah mobil dari salah satu orang yang ditugaskan oleh kedua orang tuanya untuk mengawasi apa Darka ke luar rumah atau tidak. Namun, Darka tidak bisa melihat mobil itu di mana pun. Seketika Darka menyeringai. Sepertinya, setelah satu minggu tidak melihat pergerakan Darka, Puti dan Nazhan memutuskan untuk menarik bawahan mereka yang bertugas untuk mengawasi Darka. Ini artinya, hingga nanti cutinya habis, Darka memiliki waktu luang dan bebas untuk melakukan apa pun yang ia inginkan asal dirinya berhati-hati agar tidak tertangkap basah oleh kedua orang tuanya.
“Apa kau yakin akan melewatkan kesempatan ini? Setelah hari ini, aku akan cukup sibuk,” ucap Vanesa membuat Darka tersadar dari dunianya sendiri.
“Tunggu di apartemenmu, aku akan ke sana,” putus Darka pada akhirnya. Ia sudah mengambil keputusan untuk ke luar dan bersenang-senang. Ia harus melepaskan gairah ini sekarang juga, atau Darka akan gila dengan menyerang Tiara yang benar-benar tidak ingin Darka sentuh.
“Wah benarkah?!” tanya Vanesa dengan nada ceria seakan-akan dirinya sangat senang dengan keputusan yang sudah diambil oleh Darka.
Darka hanya berdeham sebagai jawaban yang ia berikan pada Vanesa. Namun, Vnesa sama sekali tidak merasa kesal dan berkata, “Kalau begitu aku akan menyambutmu dengan memakai setelan biki baru yang aku miliki. Aku yakin kau akan menyukainya.”
“Aku lebih suka saat kau tidak mengenakan apa pun,” ucap Darka lalu memutuskan sambungan sebelum mendengar jawaban apa pun dari Vanesa.
Darka bersiul senang dan memasuki ruang ganti. Ia harus berganti pakaian dan terkejut melihat semua pakaiannya sudah tertata dengan sangat rapi, sesuai dengan warna dan kegunaannya. “Agak mengesalkan bagiku karena ia benar-benar terampil mengerjakan tugasnya hingga tidak memberikan celah bagiku untuk mencela.”