"Ada apa sayang?" Karena ponselku jatuh begitu saja, Mas Akbar menghampiriku. melihatku yang mungkin sedang pucat saat ini. Kedua tangan ku gemetar dan juga kedua telingaku berdenging. Aku dengan jelas mendengar bahwa laki laki itu baru saja mengakui sebuah perbuatan yang amat menakutkan. "Sayang ...." Mas Akbar kembali mengusap pipiku dengan cemas. "Kamu dengar apa?" dia meraih ponselku dan melihat siapa yang memanggil. AKu mengusap perutku dan menyandarkan diri ke Sofa dengan air mata ini yang mengalir. Pak AKbar mendengar apa saja yang dikatakan oleh seseorang yang ada di sana. Sesekali melirik padaku, mungkin beliau merasa cemas padaku. "Kamu tidak bisa menelpon ayana, dengan keadaan seperti itu. Akan lebih baik, kamu menelpon pihak polisi dan juga medis!" kemudian setelah itu