Faisal POV.
"Aku minta uang, apa boleh?"
Ku rasakan tangannya Madona melingkar di lenganku. Ia bersandar di bahuku membuatku mengcup keningnya. Saat ini kami sedang berada di rumahnya Madona. Sudah dua hari aku pulang ke rumahnya Madona, meski kami masih belum menikah.
"Kamu enggak punya uang sayang?"
Tanyaku padanya. Dia mengangguk. Agak heran sih, dia bilang enggak punya uang, sedangkan kami baru saja menerima gajih. Tapi ya sudah lah, aku sangat menyayangi Madona yang sangat cantik ini. Aku enggak mau ia kecewa padaku.
"Uangku dipakai untuk membayar kontrakan ini. Aku juga harus mengirim uang untuk kedua orang tuaku di kampung, makanya aku kehabisan uang. Sedangkan aku harus membeli s**u dan juga pampers untuk perlengkapan anak ku. "
Kuusap pucuk kepalanya. "Baiklah, jangan dipikirkan sayang. Kamu jangan khawatir, aku akan memberikan uang yang kamu butuhkan. Kamu butuh berapa sayang?"
"Aku butuh uang lima juta minggu ini."
lima juta?
Gajihku saja lima juta, jadi bagaimana bisa aku memberikannya uang sebanyak itu. Kecuali ... aku ingat! aku memiliki uang tabungan bersama Ayana. Dulu kami menabung untuk umroh berdua. Namun karena saat ini hubungan kami sudah tidak baik baik saja, maka apa salahnya tabungan itu aku ambil dan aku berikan saja pada Madona, sebagai tanda cintaku padanya.
Madona sedang membutuhkan bantuan ku saat ini. Maka apa salahnya aku membantunya, dan memberikan uang secukupnya untuk kekasihku yang paling cantik itu.
"Bagaimana mas? ada kan uangnya? aku enggak punya uang buat beli s**u dan pampers. Mas tahu kan gajihku enggak se besar gajihnya mas sebagai manager keuangan."
Iya. Aku memang sudah menjadi seorang manager keuangan. Sehingga gajihku tentu saja jauh lebih besar darinya.
"Baiklah, sayang. Kamu jangan khawatir, aku akan memberikan uang padamu. Tapi sebgai imbalannya, malam ini kita hapy yaa."
Aku sudah tidak sabar untuk menyentuh janda beranak satu ini. Janda yang masih segar dan hangat saat di ....
Ku lihat semburat merah dari kedua sisi wajahnya. Dia pasti sangat malu sekali. Ya ampun aku sangat menyukai bagaimana caranya ia menyembunyikan rasa malu malunya itu. Ku peluk dia, dan aku bubuhi banyak ciuman di wajah jelitanya.
Aku akan memberikan apapun yang dia mau.
"Jadi kamu mau mengambil uang tabungan ini?"
Tanya Teman ku. Dia lah yang selalu mengadakan tabungan umroh. Zaydan namanya, dia memiliki usaha paket umroh dengan cara menabung. Dulu aku dan Ayana menabung pada laki laki itu agar kami bisa pergi umroh bersama. Dulu perasaan ku pada Ayana memang begitu menggebu, sampai aku ingin sekali pergi ke tanah suci itu bersamanya. Namun kini ... hatiku merasa hambar padanya.
Hatiku merasa tidak lagi menginginkan itu. Jadi dari pada aku pakai umroh dengan perempuan itu, akan lebih baik aku pakai saja untuk pembuktian cintaku pada Madona. Dia membutuhkan uang lima juta hari ini, maka akan aku berikan sepuluh juta agar dia semakin senang padaku.
Tabungan kami sudah mencapai tiga puluh juta. Itu tabungan berdua antara aku dan Ayana. kalau enggak salah, ayana sudah masuk 20 juta, dan aku sepuluh juta. Ayana dulu bekerja dan mengumpulkan uangnya dengan sangat ketat, sehingga ia bisa menghasilkan sebanyak 20 juta. Ayana ini sebenarnya orangnya sangat irit dan bisa menabung sebanyak itu dalam waktu setahun saja ia bekerja.
"Iya." jawabku.
"Untuk apa? lagi pula yang aku tahu, uang mu hanya sepuluh juta saja. Dan sisanya uangnya Ayana kan? kamu sudah ijin pada ayana? aku mendengar bahwa hubungan kalian enggak baik baik saja. Apa kamu yakin mau mengambil semua uangnya?"
Lelaki ini banyak tanya sekali. Aku sungguh jengah padanya. Mau aku pakai untuk membeli apapun itu bukan lah urusannya. Dia benar benar menyebalkan.
"AKu ini suaminya, jadi aku berhak untuk mengambil uang itu, iyakan? ayo lah kamu ini jangan banyak tanya."
Dia terlihat muram. "Aku minta maaf, Sal. Meski ini uang kalian bedua. Aku tetap tidak bisa memberikannya. Kamu ambilah yang sepuluh juta milikmu. Maka aku akan simpan yang dua puluh juta ini. Atau kamu minta lah ayana untuk menghubungiku terlebih dahulu, barulah aku akan mengijinkannya."
Dasar keras kepala! dengan begini tentu saja aku enggak akan bisa leluasa mengambil uang itu. Padahal sudah menghayal mau memberikan Madona emas dan juga pakaian seksi untuk malam nanti kita bercinta.
"ya sudah sudah! mana yang sepuluh jutanya. Banyak sekali omongnya kamu itu!"
Aku membawa uang ku ke rumahnya Madona. saat ini perempuan ku itu sedang berada di ruang tamu bersama putrinya.
"Aku membawa uangnya, sayang." ujarku.
Madona terlihat bahagia dan memeluk ku. "Kamu yang terbaik sayang. Terima kasih banyak."
Ku berikan uang lima juta, dan aku mendapatkan ciuman dan juga pelayanan hot nanti malam.
***
"Apa maksud kamu, fais?"
Ardan bertanya padaku. Dia ini adalah pemilik paket umroh. Aku dan Ayana sudah menabung sebanyak 30 juta untuk pergi ke tanah suci itu. Namun saat ini aku membutuhkannya untuk pernikahan ku dengan MAdona.
"Iya, aku mau mengambil uang tabungan pernikahan kami."
Ujarku padanya.
"Tapi untuk apa? lagian mana ayana? kenapa kamu ke sini hanya sendirian saja. Bukannya aku sudah bilang padamu, kalau kamu mau mengambil uang itu, maka kamu harus mengambilnya bersama istrimu kan? itu perjanjiannya kalau kamu lupa."
Ah, ribet sekali si Ardan itu. Mau aku atau si ayana yang mengambil uang itu kan, yang penting kami ini suami istri kan?
"Ayana sedang sibuk. Ayana juga menampaikan rekaman ini untuk kamu. "
Sekarang jaman sudah modern. Aku menggunakan aplikasi pengubah suara yang di mana di sana menyatakan bahwa Ayana akan mengambil uang itu demi kebutuha hidup kami.
Ardan mendengarkan rekaman itu, aku melihat dia sepertinya percaya padaku. Aku semalam menyuruh Madona untuk mengatakan apa yang aku tulis. Bahwa Ayana meminta Ardan untuk memberikan uang rabungan umroh itu padaku.
Untuk urusan ayana, itu mungkin biar nanti saja aku yang akan mengurusnya.
"Baiklah kalau itu yang kamu mau."
Ardan mengeluarkan semua uang tabungan umroh kami, lalu memasukannya ke dalam sebuah amplop berwarna putih.
"Uang sudah aku serahkan semuanya sama kamu, ya. Jangan sampai ada pertanyaan lagi di kemudian hari."
"Iya, aku tahu. Kalau begitu, aku permisi dulu, ya dan. Terima kasih atas pengertiannya. Hidup kami sekarang sedang enggak baik baik saja. Makanya kami membutuhkan uang itu."
AKhirnya aku memiliki semua uang itu, dan besok aku akan menikah dengan Madona. Rasanya tidak sabar, aku inginn segera memilikinya.
Ayana POV.
"Lelet banget sih?"
DUh, anak itu malah menggangguku. hari ini adalah hari kedua aku kerja di restorannya warung kuring. Dan Zydan sepertinya masih saja enggak terima kalau aku merebut tempatnya itu.
"Kamu pernah jadi kasir enggak sih!"
cetusnya lagi. AKu hanya terdiam dan melayani banyak pelanggan yang sedang mengantree. Anehnya mereka yang sedang mengantree sama sekali enggak protes dengan diriku yang agak terlambat memberikan mereka kembalian.
"Kamu tuh leletnya kaya siput."
Ya ampun!
Kalau enggak karena aku sedang berada di restoran, maka laki laki itu mungkin sudah aku tonjok saja hidungnya. Dia sungguh menyebalkan sekali.
Aku tetap membiarkannya dan memberikan kembalian pada para pelanggan itu dengan benar dan senyuman.
harusnya iblis itu tidak berada di belakang ku dan sok sokan sedang membantuku mengajari mesin kasir dan tatacara menghintungnya. Aku juga bisa, meski mungkin agak lelet sedikit. Maklum lah aku ini masih baru. karena siapapun yang masih baru kerja, meski dia sudah memiliki pengalaman sekalipun maka dia akan terlihat kaku, benar kan?
"Kamu tuh, kenapa sih diem terus? ngomong kek kalau aku ngomong tuh!"
Mungkin karena dia sudah kesal dengan diriku yang mengabaikannya terus menerus. Zydan menahan lengan ke ketika aku hendak beranjak dari kursi kasir.
"Kamu mau ke mana?" tanya nya jengah.
"Aku mau ke toilet. Kenapa? apa kamu mau ikut?" sinis ku. Dia mendengus dan menghela napas dalam.
"Ayo kalau mau ikut! aku lagi sakit perut, ya siapa tahu kamu lagi butuh asupan oksigen yang menyegarkan."
Dia terlihat seperti ingin muntah. Dan aku memberikan senyuman sinis padanya. Kemudian aku pergi, dari jarak lima meter aku bisa mendengarkan serpahannya.
"Dasar cewek gila!" cetusnya.
Sebenarnya aku bukan benar benar ingin ke toilet. Tapi aku ingin mengangkat ponselku karena sedari tadi dia bergetar terus. Ternyata dia panggilan dari Ardan, pemilik paket umroh. Aku dan Mas Faizal memang menabung untuk umroh bersama.
"Assalamualaikum, Mas Ardan?"
"Waalaikum salam, ayana. Maaf mengganggu ya. Aku mau bilang, kalau uang kamu masih ada sisa lima ratus lagi. AKu lupa enggak ngasih ke suami kamu tadi."
"Maaf, nih, uang apa ya, mas?"
"Ini loh, uang umroh itu. "
"Maksudnya gimana mas? memangnya kenapa dengan uang umroh kami? apa ada perubahan harga atau bagaimana mas?"
"Lah, kamu ini bagaimana? bukannya tadi kamu dan suami kamu mengambil uang umroh 30 juta untuk modal usahakan?"
Apa!
Tangan ku gemetar mendengar nya. jadi uang umroh kami diambil oleh mas Faisal.
"Tapi mas, aku enggak menyuruhnya untuk mengambil. Aku ..."
Aku malah menangis. Rasanya dadaku sesak. Aku segera keluar dari toilet dan malah bertemu Zydan.
"hey lelet bang--"
Dia menghentikan serapahannya ketika aku limbung dan ia menahan ku.
"Ayana ..."
Aku tidak bisa lagi menahan bobot tubuh ini, namun aku merasakan dekapan eratnya.