Kiss in the Morning…

1505 Kata
"Apa yang kau cari, hingga kau berjalan mondar-mandir di hadapanku, Istriku? Ataukah kau sengaja menggoda suamimu dan ingin mengulang kehangatan kita tadi malam?" ucap Haris sembari berjalan dari tempat tidurnya menuju istrinya berada. “Kau pasti ketagihan dengan keperkasaan suamimu ini di ranjang, bukan? Baiklah…” Sontak saja Sonya terkejut dan menghentikan langkahnya dengan posisi memegangi handuk di dadanya erat. Haduh Sonya! Kau membuat b******n ini beraksi lagi? Huft mau bagaimana lagi aku mencari pakaian, mengapa semua terasa aneh bagiku, otakku juga tak berfungsi dengan baik sejak hilangnya mahkotaku? Mungkinkah itu berpengaruh, ahh. Tidak, pokoknya tidak! Ayo Sonya. Jangan lemot. Sonya menggelengkan kepalanya, hingga membuat Haris semakin mendekat dan mendekap sang istri dengan erat, aroma wangi yang semerbak dari tubuhnya, seperti candu, hingga menambah keinginannya Haris untuk terus berada di dekat tubuh molek yang baru tadi malam dia rudapaksa. "Apa arti menggelengmu itu, Istriku? Kau tak menolakkah? " Godanya lagi tersenyum menang. "Jangan sembarangan! Aku mencari bajuku!" jawabnya ketus, hingga membuat Haris meraih dagu sang istri dan menatap wajah itu dalam. Tatapan itu membuat Sonya memalingkan pandangannya kearah lain. "Bajumu yang bersih ada di lemari dong, Sayang, bagaimana mungkin baju bersih di lantai..." Sebuah kecupan lembut mendarat di bibir milik Sonya, lalu dengan senyum Haris menuntun sang istri dengan berjalan di belakang wanita itu sembari memegang pundaknya menuju lemari yang memang telah di persiapkan untuk wanita itu. Dia membuka lemari dengan kedua tangannya, lalu kembali mendekap sang istri dari belakang. "Semua yang ada di dalam lemari ini, adalah milikmu, Sayang. Aku tak tahu pasti ukuranmu, kemarin aku meminta mereka mengantarkan ini untukmu. Jadi, pakai mana yang kau suka, kalau kau tak suka, atau bosan kau tinggal membuangnya, aku akan mengganti dengan yang baru..." bisik Haris tepat di telinga Sonya hingga membuatnya merinding. Dasar gila! Bagaimana mungkin baju masih baru di buang?! "Mengapa masih termenung, hmm? Apakah kau tak suka? Kalau kau tak menyukai baju di lemari ini sama sekali, aku akan meminta Yogie menggantinya dengan yang baru..." Kalimat barusan membuat Sonya menoleh dan membelalakkan matanya, bulat sempurna di tengah sembab bekas tangisnya semalam. Dan itu semakin memancarkan kecantikannya, hingga membuat Haris tersenyum puas dengan apa yang di perolehnya di balik penghianatan yang di lakukan sang mantan. " Aku tak mengatakan aku tak menyukai baju ini..." ucap Sonya ketus sembari memalingkan wajahnya. Karena dia risih melihat Haris terus menatapnya sementara dirinya dalam keadaan tanpa busana hanya mengenakan handuk, hal yang tak pernah dia lakukan di hadapan orang lain. Haris tersenyum, setidaknya sang istri sudah sedikit lunak intonasi suaranya. " Kalau begitu segeralah gunakan pakaianmu agar tidak masuk angin, kecuali kalau kau ingin mengulang kehangatan kita tadi malam, meski kita harus mengisi perut, tapi aku adalah suami yang cukup siaga untuk itu, kau bebas memintanya kapan saja, aku akan selalu ada untukmu..." bisik Haris sembari mengerlingkan matanya membuat Sonya menatap tajam pria yang telah menikahinya dengan paksa, tengah berdiri tepat di hadapannya. Dasar otak m***m, yang ada dalam visi misinya adalah bermesum ria, hukh. Sabar Sonya semua ini akan berlalu. "Jangan harap, akan terjadi.." jawabnya sembari mengibaskan tangannya dan melepaskan pelukan Haris. Hingga membuat pria itu tersenyum dan semakin mendekat. Entah mengapa adrenalinnya terpacu untuk terus dekat dan menyentuh tiap inch dari tubuh sang istri. Tanpa di duga oleh Sonya yang tengah terpana ketika membuka pintu lemari karena di dalamnya adalah baju-baju mewah dengan brand-brand terkenal dunia. Haris memeluknya dari belakang dengan erat, nafasnya memburu menghembus di leher Sonya, hingga membuat Sonya terbelalak sejenak. Jantungnya berdetak kencang mendapatkan reaksi dari pria tampan di belakangnya. Sentuhan yang tak pernah dia rasakan sebelumnya. Dengan lembut Haris memutar tubuhnya dan kini mereka telah saling berhadapan, tak menunggu waktu lama, pria itu telah mendaratkan ciuman hangat dan lembut kepadanya, berbeda dengan apa yang di lakukannya tadi malam, dimana pria itu menyentuhnya dengan paksa. Hingga membuat perasaannya campur aduk. Antara ingin dan jijik, normal sih. Dengan satu sentuhan, Haris telah membuka handuk yang menutupi tubuhnya, hingga terpampang semua keindahan yang di milikinya. Pria itu mendekapnya hangat. Hingga akhirnya Sonya tersadar dan meronta. “Aku lapar!” suara Sonya sontak menghentikan aksi haris dengan tangan yang tengah berselancar dan bibirnya yang tengah mengukir leher jenjangnya. Haris memejamkan matanya sejenak, lalu meraih handuk yang terjatuh. “Baiklah, kita memiliki banyak waktu, sekarang kenakanlah pakaianmu, dan bersiap untuk makan…” ucapnya dengan suara serak. “Menjauhlah, aku tak terbiasa mengganti baju di hadapan laki-laki…” ucapnya ketus. “Aku suamimu, Sayang. Kau tak perlu sungkan, pernikahan kita sah dan semua dunia telah mengetahuinya, fotomu menghiasi di seluruh media, jadi tak perlu kawatir…” “Tapi aku tidak terbiasa dengan itu, tolong hargai aku!” ucap Sonya lagi membuat Haris terkekeh dan mengalah lalu berjalan menuju meja makan dan menyiapkan menu makan siang yang di bawa khusus untuk sang istri. Dari kejauhan dia tampak menatap sang istri yang tengah berganti pakaian dengan malu-malu, hingga membuatnya mengembangkan senyum. Hey Haris! Apa yang kau pikirkan melihat wanita itu? Ingat dia bukan Tanya, dia bukan wanita yang ingin kau nikahi, dia bukan istri sungguhanmu, dia hanya peran pengganti yang nanti posisinya akan di gantikan oleh pemeran sesungguhnya, berhenti menatapnya seperti itu. Kau harus ingat Haris! Kau bukan type pria yang jatuh cinta pada pandangan pertama, atau pria yang mudah tersentuh hatinya hanya karena dia masih memiliki sesuatu yang memang kau belum pernah rasakan, jadi stop! Jangan bergantung padanya, kau boleh membuatnya jatuh cinta padamu, tapi kau jangan sampai jatuh hati padanya. Kalau itu terjadi, bagaimana dengan Tanya? Apakah dia tidak memiliki pengaruh sama sekali seperti wanita koleksimu lainnya? Bukankah kau sangat menginginkannya? Kau sangat mencintai Tanya Haris. Jadi sadarlah bung! Haris menggelengkan kepala lalu menatap layar ponselnya. Tak lama berselang Sonya mendatanginya dan duduk di kursi yang telah dia sediakan untuk sang istri. "Menurut kakakmu, sushi ini adalah menu favoritemu sehari-hari. Jadi aku memutuskan untuk membelinya..." ucap Haris memecahkan kekakuan yang tiba-tiba terjadi di antara keduanya sembari melirik sang istri dengan gaun yang di kenakannya. Sonya menggernyitkan dahi sembari berkata dalam hati. Sejak kapan aku suka sushi? Terlintas untuk memakannya saja enggak! Kak Dina keterlaluan, mengapa dia tidak mengatakan makanan yang sederhana saja, seperti rendang, dendeng atau makanan khas Indonesia lain, mengapa harus sok impor sih? Hmm. Sabar Sonya, sabar. Kehidupanmu yang baru inilah dia, dan ini baru di mulai, jangan mudah terprovokasi, terlalu bahagia atau sedih, yang jelas apapun yang di lakukan pria ini, semua hanyalah demi memenuhi keinginan hatinya yang egois. "Adakah yang salah dari menu? Mengapa kau tak memakannya? Kau berubah menjadi tidak suka? Hanya karena aku yang membelinya? " tanya Haris tajam. Seketika hatinya kesal, kesabarannya telah mulai hilang, hingga membuat Sonya ketar-ketir. Dia tak ingin mendapat ancaman lagi atau bahkan amarah yang tak tepat sasaran. Dia mencoba menerima semua takdirnya yang telah berubah sejak kemarin. "Tidak! Bukan aku tidak suka, aku terbiasa berdoa dulu sebelum memulai menikmati makanan..." kilahnya, meski dalam hati dia mual melihat makanan yang ada di hadapannya. Maklum saja dia tidak terbiasa makan makanan mentah. "Benarkah? " tanya Haris penuh selidik, dengan menatap tajam kearah wajah cantik bermata sembab itu. Sonya mengangguk sembari menyuapkan sushi ke dalam mulutnya dan menelannya tanpa mengunyah terlalu lama. Sonya mendorong kunyahannya dengan meneguk minuman dalam gelas air putih yang telah di sediakan Haris untuknya. Melihat sang istri menikmati makanan yang telah di belinya Haris tersenyum dan ikut menikmati yang ada di piringnya. Haris adalah salah satu orang yang paling pantang jika makanan yang telah di belinya terbuang sia-sia. Dia tak pernah mempermasalahkan jika orang terdekatnya menghamburkan uangnya membeli barang hanya untuk sekali pakai lalu membuangnya dan mengganti dengan yang baru. Tapi jika menyangkut makanan Haris sangat ketat. Dia tak mentolerir orang yang menyia-nyiakan makanan. "Makanlah yang pelan, kau sampai berkeringat karena terburu-buru, meskipun kau terlalu lapar, tak sebaiknya kau makan begitu cepat, tidak baik untuk pencernaanmu…” ucap Haris melihat sang istri terlalu bersemangat menikmati menu di hadapannya. Mendengar petuah dari pria asing itu membuatnya menganggukkan kepalanya. “Ohh, ya. Aku memutuskan untuk membatalkan kunjungan kerumah keluargaku hari ini, aku tak ingin membuat kesalahan di hadapan mereka. Jadi setelah makan. Aku ingin kau menulis biodatamu dengan lengkap, aku akan menghafalnya hari ini, begitu juga aku. Kau harus tahu apa kegiatanku sehingga keluargaku tidak mencurigaimu, ingat berhadapan dengan keluargaku, kau tak boleh melakukan kesalahan sedikitpun yang membuat mereka bertahan lama-lama di Indonesia, kau harus membawa dirimu sebaik mungkin di hadapan mereka sebelum keberangkatannya kembali ke Belanda…” lanjut Haris lagi sembari menyodorkan tissue ke hadapan sang istri, karena melihat sang istri berkeringat ketika makan. Upsh! Keringat yang membanjiri tubuh Sonya bukan karena dia kepedasan atau kepanasan, tapi keringat menahan rasa takut jika tak memakan menu yang di bawa Haris untuknya. "Terserah padamu saja, toh sejak awal aku tak memiliki pilihan bukan? Jadi lakukan apa yang ingin kau lakukan, aku hanya mengikuti sesuai perintahmu..." Kalimat Sonya membuat Haris menatap sang istri tajam. Lalu dia menghela nafas panjang karena menyadari sesuatu. Sabar Haris, apa yang di katakan wanita ini benar adanya. Kau yang memaksanya sejak awal untuk menikah denganmu, dan dia hanya mengikuti perintah demi menyelamatkan keluarganya. Jadi kau tak perlu memprovokasinya, lihatlah matanya bengkak karena menangis semalaman.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN