Happy Morning

1528 Kata
Lamunannya melambung tinggi hingga keawan, kebahagiaan tersendiri di hatinya, membuatnya malu pada dirinya yang telah lari dari prinsip hidup. Bayangan tentang puncak nikmat yang baru saja dia gapai tak bisa tergambarkan. Lamunannya terhenti ketika dirinya menyadari sesuatu, bahu wanita di sisinya masih bergoyang karena tangisnya. Lalu dia menoleh dan berkata "Sudahlah, apa yang baru saja terjadi adalah kewajiban yang memang harus di lakukan suami-istri di malam pernikahan, dan sesuai dengan permintaanmu, jadi tak perlu kau sesali. Hentikan tangismu, aku lelah dan ingin tidur..." Ucapnya sembari menatap wajah itu, lalu menarik selimut dan menutupi tubuh molek sang istri. “Hentikan tangismu, selama kau masih istriku, maka kau harus mengikuti apa yang aku inginkan. Tak perlu merasa bahwa aku yang ingin, kau yang menuntuy di awal, hentikan tangismu dan tidurlah dnegan tenang…” lanjut Haris sembari memperbaiki posisi tidurnya, karena lelah setelah beraktivitas yang menguras tenaga di tambah sisa-sisa alkohol membuatnya dengan mudah tertidur dengan pulas di sisi sang istri. Sonya hanya menelan ludahnya, dia memejamkan matanya sembari sesekali mengusap air mata yang terus saja jatuh. Mungkin benar apa yang dia katakan, aku dan dia adalah suami istri, tapi ini tidak sesuai dengan rencana awal. Aku tidak pernah menyangka dia memperlakukanku sejauh ini. Mungkinkah karena pengaruh alkohol dia bertingkah seperti ini? Menganggap aku adalah Tanya. Tidak-tidak! Dia tadi jelas menyebut namaku. Hal ini berarti dia sadar bahwa dia meniduriku. Sonya menghela nafas panjang, dia masih tak berkutik dengan isakan tangisnya, hingga matanya-pun tertutup karena lelah dan tertidur tak sadarkan diri dalam keadaan tanpa busana, mewki telah berbalut selimut, tapi ini adalah adegan tidur perdana yang tak sesuai dirinya. Bahkan membasuh wajah pun tidak. Hingga keesokan harinya, Haris lebih dulu terjaga seperti biasa, karena dirinya memang selalu bangun lebih awal untuk melakukan olahraga sebelum berangkat ke kantor, mengelola salah satu perusahaan ayahnya. Dia memijit kepalanya yang sedikit nyeri karena pengaruh alkohol. Brengsek! Aku sampai mabuk berat tadi malam karena ulah Sean, Barra dan Samuel. Di tambah K dan Jay yang kaga tahu diri menambah tiap sloki kosong milikku. Kenapa tubuhku terasa lelah sekali, apa yang ku lakukan semalam? Haris teringat sesuatu, sontak dia terperanjat, matanya terbuka lebar seketika, dia kembali merangkai memory yang baru saja terjadi di malam pernikahan mereka. Malam yang indah dan panjang. Malam yang tidak akan pernah dia lupakan seumur hidupnya. Lalu dia menoleh kearah wanita yang masih terlelap dengan mata sembab di sisinya. Haris menghela nafas panjang. Melihat tangannya memeluk wanita yang tadi malam telah dia renggut kesuciannya. Dia termenung sejenak. Begitukah nikmatnya perawan? Lantas selama ini, tak satupun dari wanita yang aku kencani masih perawan? Bukankan beberapa dari mereka mengaku belum pernah berhubungan dengan pria? Haha Haris—Haris, ternyata kau telah di tipu mentah-mentah oleh mereka. Dan dengan bodohnya kau mendewakan mereka karena memberikan virginnya. Siapa sangka wanita yang menjadi istriku ini membuktikan bahwa dirinyalah perawan sesungguhnya. Lantas Tanya juga menipuku? Berapa banyak keuntungan yang di peroleh wanita itu? Sial! Haris bangkit berdiri dan menuju kamar mandi, lalu menyiram tubuhnya dengan air dari shower, berkali dia membasuh kepalanya dengan geram, membayangkan kebodohannya karena selama ini tertipu. Lantas? Tanya yang menjerit dan menangis kala pertama kali tidur denganku? Itu akting?! Aku juga merasa hal itu aneh karena aku tidak merasa kesulitan menembusnya mengapa dia merasa kesakitan? Arkghhh!! Sial! Semua hanya fatamorgana! Syukurlah dia pergi, jika tidak aku akan terus tertipu olehnya. Dasar wanita iblis!! Haris meninju dinding kamar mandi, hingga mengucur darah segar di tangannya. Hatinya sangat kesal karena penipuan yang di lakukan oleh sang mantan kekasih. Dia menarik rambutnya hingga meringis, dengan secepat kilat dia mematikan shower yang mengguyur kepalanya. Lalu bergegas menyelesaikan mandinya, dia tak ingin terus terbayang akan penipuan yang di lakukan sang mantan. Setelah menyelesaikan mandinya dia berganti baju dan berdiri di depan jendela, menatap jalanan yang masih sunyi pagi itu. Dia melipat kedua tangannya di d**a sembari berfikir. Mungkinkah wanita ini, adalah wanita yang di takdirkan Tuhan untukku? Seperti doa ibuku tiap kali mendoakanku dan berkata jika jodohku kelak adalah wanita baik-baik. Shitt! Mengapa aku begitu terlena hanya karena sebuah keperawanan? Di dalam darah wanita ini mengalir darah Tanya, ya. Mereka keluarga dan ada ikatan darah, belum tentu wanita ini baik, Tanya buktinya? Jangan mudah terkecoh Haris!! Haris menghela nafas kesal, memikirkan Tanya yang dengan kejam meninggalkannnya di hari pernikahannya. Lalu dia berjalan meraih jasnya dan mengambil ponsel miliknya, lalu menuju pintu dan meninggalkan kamar itu dengan segera. "Yogie! Stanby, saya akan turun, dan kita akan ke kantor pagi ini..." Ucap Haris melalui ponselnya. "Siap, Tuan..." Jawaban khas Yogie sang asisten pribadi. Tentu saja hanya itu jawaban yang di milikinya. Karena memang tugas dan pekerjaannya adalah mendampingi Haris dengan gaji yang fantastis tentunya. Haris melangkah terburu-buru. Kantor adalah tempat paling nyaman untuknya ketika hatinya resah dan bimbang. Meski dirinya cuti tapi dia bersikeras untuk ke kantor. Dia harus berfikir dengan jernih disana. Di sanalah yempat satu-satunya dirinya bisa menenangkan diri. Sementara di dalam kamar pengantin di sebuah Hotel berbintang dimana Sonya telah membuka matanya, dan melihat sekitar tapi tak menemui siapapun. Dia meringis kesakitan di antara selangkangannya. Di tambah seluruh badannya terasa ngilu. Hal itu membuatnya enggan menggerakkan tubuhnya. Sementara perutnya semakin keroncongan. Jam telah menunjukkan pukul 11.30 WIB. Dan Sonya masih tak bergeming dari ranjang. Hingga pintu kamar terbuka, terlihat Haris memasuki kamar dan membawa bingkisan dengan aroma semerbak. Tentu saja bingkisan itu berisi makanan dari aromanya. Sonya tak bergeming sedikitpun hingga sang suami menghampirinya. "Apakah kau baru terbangun? Mandilah dan makan, aku yakin perutmu pasti lapar..." ucap Haris melirik ke arah sang istri yang masih terbalutkan selimut tebal berwarna putih. Lihatlah pria ini, dia bahkan tak merasa bersalah, tidak ada niatan di hatinya meminta maaf atas apa yang telah di lakukannya dalam merusak masa depan seseorang. Sonya menghela nafas panjang dengan pergulatan hebat di hatinya. Dan memilih diam tak menyahut ucapan sang suami. "Haruskah aku yang menggendongmu ke kamar mandi lalu memandikanmu, istriku?" tanya Haris lagi, seraya melangkah mendekat kearah ranjang, setelah menaruh bungkusan yang di bawanya. Bak melawan, Sonya masih tetap diam tak bergeming. Melihat sang istri masih terdiam tak merespon sedikitpun, dengan spontan pria tampan itu mengangkat tubuh mungil sang istri, yang terlihat menolak untuk ikut bersamanya. "Aku bisa sendiri..." ucap Sonya akhirnya seraya meronta dari gendongan Haris. Haris tak memperdulikan rontaan sang istri, dia membiarkan tubuhnya menjadi sasaran kemarahan sang istri dengan pukulan kecil di dadanya. Setelah mengunjungi kantornya, otaknya sedikit jernih dan memaklumi apa yang di lakukan sang istri terhadapnya. Bak magic ruangan kantornya memang memberikan kedamaian hingga membuatnya berfikir jernih. Setelah memasuki kamar mandi, perlahan Haris memasukkan tubuh sang istri ke dalam bath up. Matanya tak berkedip menatap wajah sang istri yang terlihat meringis kesakitan sembari memegang bagian bawahnya. "Kalau kau bisa mandi sendiri, aku yakin kau sudah melakukannya sedari tadi, tapi baiklah. Karena ini adalah masa pengantin baru kita, aku ingin menyuguhkan sesuatu yang layak kau dapatkan..." bisik Haris dengan senyum penuh misteri. Menyuguhkan sesuatu yang layak aku dapatkan? Dengan begini maksudmu? Aku hanya ingin kau meminta maaf atau semua perlakuanku. Simple bukan? Banyak manusia mampu melakukan banyak hal, tapi belum tentu dia mampu melakukan hal simple seperti meminta maaf dengan tulus. "Jangan termenung, aku akan menunggumu di luar, aku belum makan, jadi sebaiknya kita makan bersama..." ucap Haris lagi sembari meninggalkan Sonya di dalam bath up dengan wajah meringis menahan ngilu. Haris duduk di sofa yang menghadap ranjang, sejenak kemudian dahinya berkerut, menatap sesuatu yang aneh di atas ranjang. Lalu dia beranjak dan mendekat kearah ranjang. Tatapan matanya masih juga asing, lalu tangannya meraba keatas sprey yang terdapat bercak darah. Mungkinkah ini yang di namakan darah perawan? Seberuntung itukah aku, mendapatkan seorang perawan? Inikah harga yang harus aku dapatkan setelah kepergian Tanya? Fenomena macam apa ini? Masih ada wanita perawan di zaman yang sudah secanggih ini? Dimana s*x before married itu sudah menjadi trend. Lalu dia? Akankah dia tak melakukan itu dengan kekasihnya? Pria macam apa itu, yang tak menginginkan tidur dengan kekasihnya? Ataukah dia seorang yang tidak perkasa, hmm, entahlah. Yang jelas ini adalah pengalaman pertamaku seumur hidup, dan aku harus berterimakasih. Lamunan Haris buyar seketika, setelah telinganya mendengar suara pintu kaca kamar mandi terbuka. Dia menoleh kearah sosok yang baru saja keluar dari dalamnya. Wajah cantiknya terbalut kabut tebal di dalamnya, seketika dia merasa bersalah atas kesedihan yang di timbulkan olehnya dengan merenggut kebebasannya dan menjadikannya seorang istri secara paksa. Sonya berjalan tertunduk mencari bajunya kemarin dengan terbalut handuk melilit tubuhnya. Tentu saja pemandangan itu membuat Haris menelan ludahnya, di tambah ketika otaknya berselancar mengingat semua kepingan kenangan indah yang dia nikmati tadi malam. Terlebih ketika Sonya berjalan kesana kemari mencari bajunya yang tak kunjung ketemu dengan handuk yang membalut kulit putihnya. Istriku sungguh sosok yang sempurna, hanya saja dia masih belum mengenal sosokku sehingga dia begitu sombong, andai dia tahu bahwa banyak wanita di luaran sana yang belum kering air matanya mendengar berita pernikahanku, mungkin istriku akan sedikit menghargaiku sebagai suaminya, atau haruskah aku menguji kecemburuannya? Tidak mungkin dia tak sakit hati jika melihat suami yang telah merenggut mahkotanya bersama wanita lain. Oke, ide briliant, baiklah akan kita lakukan mulai esok setelah kita pulang ke rumah. Haris menganggukkan kepalanya perlahan sembari menatap tak berkedip kearah sang istri, hingga tanpa sadar dia melangkah mendekat kearah sang istri.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN