"Bagaimana dengan telapak kakimu, tidak sakit digunakan berjalankan?" Arkan dengan nada cemas menahan Keysa terus berada dalam mobilnya, enggan keluar padahal mereka telah sampai dari sekian menit lalu di acara resepsi pernikahan rekan bisnis Arkan.
Keysa menjawab dengan menggelengkan kepalanya tanpa suara.
"Kamu yakin, Keysa?' tanya Arkan membuat Keysa meringis ngeri.
"Iya, tapi kumohon jangan mengetesnya lagi dengan cara mencengkram luka di telapak kakiku lagi ... hal itu sangat menyakitkanku." Keysa mencicit waspada dalam nada takutnya sambil berusaha menjauhkan kakinya dari jangkauan Arkan.
Sekalipun kaki Keysa tanpa luka sehat dan tak mengeluhkan sakit apapun, Keysa pun tak akan membiarkan Arkan menyentuh kakinya. Cengkraman Arkan sungguh sangat luar biasa menyakitkannya, pria itu seperti seolah sedang berusaha untuk meremukkan tulang telapak kaki milik Keysa.
Arkan terkekeh, entahlah ... melihat Keysa demikian membuat Arkan merasa lucu saja.
"Ckck! Kamu payah sekali!! Sebenarnya kakimu itu terbuat dari apa? Aku hanya memegangnya dan kamu sudah sangat merasa amat kesakitan. Haha, pantas saja kakimu belum sembuh juga sampai saat ini, ternyata sangat kakimu sangatlah rapuh. Namun, jangan khawatir, Keysa lain waktu aku akan lebih ekstra menjagamu dan takkan membiarkan kakimu terluka kembali." Arkan menatap Keysa bersungguh-sungguh sambil menatap dengan dalamnya kedua bola mata Keysa.
Dada Keysa berdesir hangat, tak mampu menapiknya Keysa benar-benar menyukai Arkan yang seperti ini, seperti sosok pria yang menggilainya dimasa lalu dan seperti itulah yang membuat Keysa tak mampu melupakan Arkan hingga hari ini. Kebenarannya selama ini Keysa memanglah tak pernah mampu melupakan Arkan bahkan ketika kenyataannya kalau Arkan dihadapannya adalah manusia terberengsekk sekalipun yang mempermainkan banyak hati wanita, perasaan Keysa terhadap Arkan akan tetap sama. Keysa akan tetap mencintai Arkan melebihi apapun termasuk ketakutannya saat ini kepada Arkan.
Flashback
"Mau pulang denganku, Keysa?" Goda Syaniah sambil menyenggol bahu sahabatnya ketika bel pertanda pulang di sekolah berbunyi. Syaniah mengetahui jawaban Keysa tak akan mengiyakan ajakan, tapi tetap saja ia mengatakan hal itu untuk menggoda saja.
Keysa menggeleng bersemu malu disertai pipinya yang memerah menahan malu oleh godaan sahabatnya itu. "Aku tidak bisa Syaniah, aaa-aku akan pulan--"
"Bersama kekasihmu lagi?" tanya Syaniah memotong ucapannya dengan raut pura-pura galak. "Astaga! Kamu ini keterlaluan semejak punya Arkan kamu tak pernah pulang denganku lagi ..." Syaniah merajuk pura-pura menyebabkan Keysa tak enak hati.
"Maafkan aku, Syaniah ..! Bukan begitu, aku hanya telah berjanji pulang bersama Arkan hari ini. Kumohon mengertilah ... besok aku janji akan pulang bersamamu," bujuk Keysa memecahkan tawa Syaniah.
"Haha. Kamu lucu sekali, Keysa! Tidak-tidak aku hanya bercanda, tapi lihatlah wajahmu tampak lucu sekali."
Keysa seketika jadi cemberut tak menyangka ternyata Syaniah mengerjainya.
"Tidak lucu!" Keysa mendengus sambil menilap tangannya.
"Lucu sekali, bahkan sangat-sangat lucu ..." Syaniah dengan gemasnya masih menatap Keysa dengan seriangai menggoda yang sama. "Sudah-sudah, jangan mengambek padaku lagi saat ini atau kekasihmu itu akan pergi meninggalkanmu."
"Apa maksudmu?" Keysa dengan nada polosnya.
"Arkanmu akan pergi jika terlalu lama menunggumu di parkiran dan kamu masih disini bersamaku."
"Hahh!" Keysa terbengong mencerna maksud perkataan Syaniah, tapi belum juga keluar dari kebingungannya Syaniah kembali membuka suaranya.
"Pergilah, Keysa! apalagi yang kamu tunggu, sana temui kekasihmu sebelum ia benar-benar akan pergi," beritahu Syaniah sambil mendorong pelan Keysa agar sahabatnya itu segera melakukan yang diinginkannya.
"Akhirnya sahabatku Keysa gede juga, sudah pacaran pula dan lihatlah wajahnya ... Haha!! Bersemu merah dan tampak menggemaskan sekali." Syaniah memperhatikan Keysa yang berjalan menjauh darinya.
*****
Keysa dengan setengah berlari menuju parkiran seperti perkaatan Syaniah, Keysa tak akan memuat Arkan menunggunya lama. Semejak berpacaran mereka memanglah selalu terlihat pulang bersama. Arkan bahkan selalu memonopoli Keysa dari Syaniah. Mengingat hal itu Keysa kembali bersemu merah hatinya berbunga-bunga diiringi degup jantungnya tak beraturan berdebar kencang.
Tapi dimanakah Arkan keadaan parkiran sudah terlihat sepi?
"Menunggu Arkan?" tanya seorang gadis membuat Keysa menoleh.
"Ya, tapi kamu dari mana? Dan kamu siapa??"
"Perkenalkan namaku, Selena. Aku sahabat kecilnya Arkan."
Selena mengulurkan telapak tangannya ramah dan disambut baik Keysa.
"Aku Keysa kekasih sahabatmu Arkan." Beritahu Keysa balas tersenyum ramah kearah Selena.
"Aku sudah mengetahui hal itu karena Arkan tiada hentinya membicarakanmu kepadaku setiap kali kami bertemu."
Kemudian mengalirlah pembicaraan keduanya dengan seru hingga terlihat Arkan terlihat datang menghampiri mereka dan Selena pamit pergi sebelum Arkan sampai.
"Wanita yang bersamamu tadi benarkah dia adalah Selena?" Tanya Arkan yang diangguki oleh Keysa.
"Benar dia adalah Selena dan katanya dia adalah sahabatmu kecilmu ..."
"Hhhmm, begitulah, tetapi aku tak suka melihatmu bersamanya jadi jauhi dan jangan pernah berbicara dengannya!" Tegas Arkan tak ingin dibantah.
"Kenapa begitu? Kenapa tak boleh berdekatan dengannya? Kenapa pula tak boleh berbicara kepadanya, Selena kan sahabat kecilmu?" Keysa dengan rewelnya memprotesi Arkan.
"Bawel!" Arkan gemasnya menjewer hidung Keysa agar berhenti berbicara.
"Hentikan, aduh aku tak bisa bernafas ..." cibir Keysa sambil cemberut serta berusaha melepaskan hidungnya dari jeweran Akran.
"Tidak sebelum kamu berjanji untuk tidak menemui Selena."
Keysa yang merasa kesusahan bernafas mengangguk setuju saja. "Baiklah-baiklah aku tak akan mau berbicara ataupun menemuinya."
Arkan melepaskan jewerannya, kemudian mengulurkan jari kelingkingnya untuk mengikat janji dan mereka pun berjanji setelah Keysa balas menautkan jari kelingkingnya ke jari kelingking Arkan.
"Janji!"
"Janji, tidak akan ada dusta diantara kita."
"Ck, bukan itu Keysa ..."
"Lalu apa?" goda Keysa sambil menyunggingkan seulas senyuman paling manis menurut Arkan.
"Jangan menemui Selena!" Ucap Arkan serius dan diangguki Keysa dengan setuju.
"Ya, aku takkan menemuinya."
Flashback Off
.
"Chh, melamun lagi!" Arkan sedikit menggucang bahu Keysa hingga tersadar.
Keysa menoleh menatap Arkan seolah sedang bertanya ada apa lewat tatapannya.
"Kita akan menghadiri pesta pernikahan rekan bisnisku, Keysa. Atau kamu mau kita tetap akan disini?"
Keysa yang paham segera membuka pintu mobil dan keluar ikuti Arkan yang melakukan hal yang sama. Arkan meraih tangan Keysa lantas mengarahkan agar menggandengnya.
"Biarkan seperti ini. Jika kakimu terasa sakit jangan memaksakan diri untuk terus berdiri atau tumpuhkan saja seluruh berat badanmu yang mungil ini kepadaku dan bersandarlah pada tubuhku. Paham?"
Keysa mengangguk saja tanpa bicara, sebab telah belajar dari pengalamannya beberapa hari ini. Cara menghadapi Arkan adalah dengan mengiyakan saja perkataannya dan jangan protes, begitulah menurut pengamatan Keysa.
"Kenapa diam, Keysa? Jawab pertanyaanku ..."
Keysa menoleh menatap Arkan yang ternyata menatapnya juga. "Iya aku paham."
"Itu saja?" protes Arkan sedikit mengerut menuntut lebih kepada Keysa.
Keysa menghela nafas, Arkan sekarang kenapa berubah jadi banyak maunya sih?
"Aku paham dan akan melakukan apa yang kamu katakan dengan baik sesuai keinginanmu."
Arkan mengeratkkan gandengannya terhadap tangan Keysa dan dengan dinginnya seperti seorang kekasih yang tengah merajuk berhenti menatap Keysa. Arkan berjalan bersamaan dengan Keysa dengan sedikit menyeretnya memasuki gedung tempat prosesi pernikahan rekan bisnis Arkan dilangsungkan.
"Kamu menjawabnya tanpa senyuman seolah masih tak sudi mematuhiku," Cibir Arkan membuat Keysa menghentikan langkahnya dan menyebabkan Arkan melakukan hal yang sama serta menjadi bingung.
"Ini masih diluar, Keysa dan kita belum masuk ke dalam tempat acara pesta pernikahannya, kenapa berhenti."
Keysa bukannya menjawab malah menghela nafas lantas tersenyum. "Iya suamiku aku tahu itu, aku hanya ingin kamu mengetahui bahwa aku benar-benar paham atas perkataanmu sebelumnya dan juga akan dengan senang hati menuruti semua perintahmu." Keysa mengungkapkannya dengan tulus.
Mungkin memang inilah saatnya bagi Keysa untuk menerima Arkan dan mulai berdamai dengan hatinya yang coba menerima kenyataan bahwa berengsekknya Arkan dimasa lalu.
Mungkin benar masa lalu adalah bagian terpenting masa depan yang tidak akan bisa dipisahkan, tapi bukan berarti masa lalu bisa seenaknya memporandakkan masa sekarang dan menghancurkannya lewat bayang-bayang kenangan buruk.
Dan mungkin juga Arkan memanglah merupakan pria berengsekk yang seenaknya mempermainkan perasaan banyak wanita dimasa lalu dan tidak tahu sekarang apa masih berlanjut, tapi memangnya kenapa?
Jika Keysa sudah terlanjur jadi milik pria berengsekk itu, apa salahnya Keysa mulai hari ini berusaha bertahan dan memilih jalan lain, bukan meninggalkan Arkannya melainkan terus bersamanya dan berusaha membuat Arkan meninggalkan keberengsekkkannya.
Sebab yang buruk itu kelakuannya, bukan orangnya.
*****