Keysa menghela nafasnya dengan lelah, begitu sampainya di rumah Arkan. Keysa demikian setelah berjalan kaki begitu jauhnya. Tubuhnya pun rasanya menjadi remuk dan mengantuk tak sabar menginginkan istirahat.
Langkah kakinya yang belum sampai tempat yang tepat, terus terseok-seok dikarenakan luka-luka yang tercipta di sana. Sampai mengakibatkan di setiap langkahnya, Keysa meringis menahan sakitnya.
Keysa pun berjalan ke kamarnya, dengan perasaan tak sabar untuk merendam serta mengobati luka yang ada pada telapak kakinya. Berniat melakukan hal itu sebelum tidur agar tidak terjadi peradangan atau infeksi.
Namun tujuannya menuju kamar belum juga sampai, langkahnya harus dipaksakan olehnya karena ditahan oleh ucapan orang yang membuat kakinya terluka.
"Mau kemana, Kamu?"
"Ke kamar?"
"Ch, dasar pemalas. Buatkan aku makanan sekarang, Aku lapar, ingin makan!" perintah Arkan tanpa memperdulikan keadaan Keysa yang terluka dibagian kakinya.
"Cepatlah! Apa kamu ingin menyiksaku?!! Pergilah ke dapur masakkan sesuatu yang bisa ku makan malam ini dan ingat, awas jika sampai tidak enak!"
Keysa mengangguk paham sebelum kemudian telapak kakinya yang memar dan sakit dipaksakan menuju dapur.
Tak ingin Arkan marah Keysa menunda mengobati luka kakinya dan kini malah bergegas menyiapkan bahan makanan untuk ia masak. Ternyata persedian yang ada hanya tinggal seadanya dan hal mengakibatkan Keysa hanya bisa memasak makanan yang sederhana.
Kondisi demikian membuat Keysa berpikir, jika pembantu rumah Arkan belum belanja kebutuhan dapur karena mengira tuan dan nyonya tak akan pulang malam ini sehingga mereka belum belanja.
Dengan telaten seolah sudah terlatih memasak layaknya koki, Keysa mulai memotong, mencincang dan mencampurkan bahan yang ada. Hampir setengah jam berlalu dan masakannya pun tersaji di meja atas makan dengan tampilan tampak menarik dan menggugah selera.
Tak lama kemudian Arkan pun datang dan duduk di depan meja dan mulai mencicip makanan yang ada.
"Ch!!" Arkan memuntahkan makanan yang baru dimakannya lalu mengusab bibirnya sambil menatap tajam ke arah Keysa. "Apa kamu gila, memberiku makanan panas yang membakar lidah?!!"
Bramm!!
Piring makanan yang tadinya tertata rapih di atas meja kini habis terlempar kasar jatuh ke lantai dengan kerasnya oleh Arkan. Masakan bekuah yang wadahnya telah pecah mengalir mengenai kaki Keysa yang berdiri tak jauh dari sana.
"Sssttt ... arrggh!" ringis Keysa reflek akibat merasa perih pada telapak kakinya yang luka.
Namun, Arkan yang menyaksikan hal itu seolah buta dan tuli, sehingga bersikap acuh tak memperdulikannya.
Lukanya yang diabaikan Arkan membuat Keysa hanya dapat menahannya sakitnya tanpa protes.
"Buatkan aku makanan yang baru dan ingatlah jangan menyediakannya kepadaku saat masih sangat panas."
"Maaf, tapi kamu sudah membuang makanan terakhir yang ada dan kini tak ada bahan apapun di dalam kulkas yang bisa di masak," beritahu Keysa adanya dengan waspada.
"Apa, tak ada lagi? Sialan kamu telah menghabiskan semua bahannya dengan memasaknya dengan tidak becus. Ch!! Isteri macam apa kamu? Dasar wanita sampah!!" Arkan marah sambil mengomeli Keysa habis-habisan dan Keysa hanya pasrah walau hatinya meringis perih mendengarnya.
Memangnya Keysa bisa apa?
Ketika Keysa mencoba melawan dan protes, maka Arkan pasti akan balik mengancamnya, memperalat keadaan Syaniah yang sakit sebagai senjatanya dan membuat Keysa tak bisa berbuat banyak selain hanya pasrah menurutinya.
Selepas kepergian Arkan, Keysa dengan air mata yang tak dapat dibendung lagi akhirnya meluruh menangis pilu. Air mata mengalir di pipi Keysa seraya tumpah berhamburan yang dengan cepat dihapusnya.
"Keysa!!"
"Cepatlah kemari jangan membuatku marah! Keysa!!"
Arkan meneriaki nama Keysa berulang kali. Apalagi yang pria itu inginkan, tapi yang pasti sahutan itu telah membuat Keysa mengampirinya dengan setengah berlari takut Arkan marah jika ia datang menghamprinya dengan terlambat.
"Pijat kaki dan lenganku, aku merasa pegal pada bagian itu," perintah Arkan sambil merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur agar Keysa bisa segera melakukan perintahnya.
Dengan telaten Keysa memijat Arkan dalam waktu yang cukup lama. Arkan sudah tak merasa pegal dan tubuhnya sudah merasa baikan, tetapi pria itu enggan menghentikan pijatan Keysa ditubuhnya. Arkan terlalu menikmatinya dan tak rela jika sampai Keysa menghentikan kegiatannya. Hingga selang beberapa waktu Arkan juga Keysa jatuh tertidur dengan keadaan Keysa yang jatuh tanpa sadar menimpa tubuh Arkan dan tanpa sadar.
Hal tersebut juga telah menyebabkan Keysa melupakan untuk mengobati telapak kakinya yang memar serta terluka.
******
Byurrrr ... !!
Air dingin bekas rendaman es mengguyur Keysa yang masih tertidur sehingga dengan terpaksa bola matanya membuka dan Keysa bangun dari tidurnya dengan terkejut.
Dingin hal itulah yang petama kali Keysa rasakan begitu tersadar dan menemukan Arkan sedang berdiri sambil menatapnya tajam.
"Bangun pemalas!! Jangan jadi isteri tak berguna dan cepatlah siapkan keperluanku. Aku akan kekantor hari ini," tegas Arkan tanpa perasaan dengan tidak peduli pada keadaan Keysa yang tengah menggigil kedinginan, sebelum pergi dari sana tanpa perduli.
Keysa pun beranjak bangun dari tempat tidurnya yang kini basah, berniat untuk memungut kembali selimut juga bantal yang basah akibat guyuran air yang barusan Arkan lakukan.
Namun, ketika Keysa mencoba berdiri kakinya yang masih sakit dan belum diobati kemarin malam tiba-tiba terasa kian sakit saja dan sepertinya telapak kakinya itu infeksi sehingga bengkak.
"Sssttt, Aarrgghhh ... sakit sekali...." Keysa meringis tak tahan menahan luka ditelapak kakinya hingga Keysa kembali duduk dan memeriksa kakinya.
Dan benar saja telapak kakinya itu memang sudah membengkak, 'bagaimana ini aku harus menyiapkan keperluan Arkan, tapi kakiku terasa sakit sekali.' Keysa membatin kebingungan sambil menahan sakitnya.
Beberapa saat kemudian walaupun merasa belum baikan Keysa kembali mencoba berdiri sekuat tenaga dan berusaha melangkah dengan menahan rasa nyeri juga ngilu yang amat sakit ditelapak kakinya. Keysa terus melangkah walau rasanya makin menjadi sambil membawa selimut ke keranjang cucian dan bantal yang basah untuk segera mengeringkannya.
Selesai dengan hal itu Keysa selanjutnya mengerjakan pekerjaan lainnya. Menyiapkan keperluan Arkan, dari air mandi, pakaian hingga sarapannya. Keysa melakukan hal itu sambil menahan rasa sakit di telapak kakinya.
"Selera pakaianmu norak sekali, aku tak suka warna yang cerah ingatlah itu!" komentar Arkan sambil membuang kemeja maron yang terlipat rapih di atas tempat tidur, yang Keysa siapkan untuk dia pakai hari ini.
Sebenarnya kemeja pilihan Keysa tidaklah buruk, justru Arkan saja yang sensitive atau dia mungkin sengaja melakukan hal itu untuk melukai hati Keysa.
Selanjutnya Arkan menuju lemari dan mengambil pakaiannya sendiri. Tentunya pria itu berhasil mengambil pakaiannya sendiri dengan baik tanpa bantuan Keysa, tapi setelah mengacak isi lemari tersebut. Lalu ketika sarapan Arkan tidak memakan sarapan yang Keysa buatkan.
"Aku sudah terlambat dan ini semua gara-gara isteri tak becus sepertimu. Dasar tidak berguna!!" Ejek Arkan merendahkan Keysa. "Dan hmm, satu lagi aku perlu memberitahumu bahwa tidak akan ada pembantu lagi di rumah ini karena aku sudah memecat mereka semuanya.
Jadi mulai hari ini, semua pekerjaan rumah tangga kamu yang akan melakukannya. Bersih-bersih rumah, memasak dan hal lainnya kamu harus mengerjakan semuanya. Jika sampai aku pulang kerja dan masih menemukan rumah yang berantakan maka temanmu yang sekarat itu akan merasakan akibatnya." Arkan menatap Keysa tanpa kasihan bahkan ketika Keysa meringis sakit akan kakinya dihadapannya, Arkan tak peduli sama sekali.
*****