11.

999 Kata
Keysa cukup menikmati harinya selama berada di rumah kediaman keluarga besar Aldebaran, meskipun Keysa sendiri tidak merasa tenang terus berada disana. Tidak, Keysa bukan tak tenang karena masalah adanya penggangu atau penghuninya yang tak bersahabat melainkan Keysa selalu kepikiran mencemaskan keadaan sahabatnya Syaniah dan juga kemana Arkan dua hari ini? Pria yang telah resmi dan sah menjadi suaminya itu hilang entah kemana perginya. Terakhir kali Keysa melihatnya yaitu sebelum Keysa tertidur di malam pernikahannya dan sepertinya Arkan pergi setelah mendapatkan keinginannya. Karena paginya sudah diketahui bahwa Keysa bangun di hari pertamanya setelah resepsi pernikahannya tidak menemukan keberadaan Arkan disampingnya. Lalu selama dua hari ini telah menyebabkan Keysa berulang kali mengatakan jawaban dusta kepada penghuni rumah tiap kali menanyakan tentang keberadaan Arkan yang mereka tidak lihat dua hari ini. "Sudah dua hari loh, Keysa. Kamu masih menuggu Arkan pulang begini. Mama juga belum lihat dia, suami kamu Arkan kemana sih? Pagi siang malam tidak kelihatan ...." tanya ibu mertuanya bingung tidak pernah menemukan keberadaan putranya berkeliaran dirumahnya. "Mas Arkan sibuk bekerja, Ma. Katanya pekerjaannya jadi menumpuk gara-gara mengambil cuti kerja ketika persiapan pernikahan kami kemarin," bohong Keysa dengan lancarnya, tapi ibu mertuanya tak percaya hal itu begitu saja. "Kamu yang benar aja, Keysa?! Masa Arkan masih sibuk kerja! Setelah meniikah bukannya harusnya Arkan masih cuti menikmati kebersamaan kalian sebagai pengantin baru ..." Keysa memelintir anak rambutnnya pelan, "Mmmm ... sebenarnya, hhmmm ..." Keysa gugup tak tahu harus mengatakan apa, sebelum kemudian otak mungilnya mendapatkan ide cemerlang. "Sebenarnya begini, Ma. Karena mau mengambil cuti bulan madu kami beberapa hari mendatang membuat Mas Arkan menghandle pekerjaan lebih awal. Katanya sih biar gak kerepotan saat capek-capeknya abis bulan madu masih bisa istirahat dan nggak langsung kerja," sambung Keysa berbohong dengan lugasnya. "Oh, gitu toh!" paham ibu mertuanya mengangguk sambil tersenyum paham, sekaligus geli menyangka kegugupan Keysa diawal kalimatnya adalah karena Keysa malu-malu segan mengatakannya dan bukannya karena bohong. "Jadi kamu masih mau disini menunggu Arkan pulang?" lanjutnya bertanya. "Iya, Ma." "Ya, sudah. Kalau begitu Mama tidur lebih dahulu." Beritahu sang ibu mertuanya sebelum pergi kekamarnya. Selepas hal itu Keysa menghela nafasnya lega, "Fiuhh!! Sampai kapan aku pura-pura menanti seseorang yang tidak akan mungkin pulang?" "Sampai orang yang kamu nantikan benar-benar mungkin pulang." Celetuk seseorang dari belakang Keysa membuatnya kaget. "Arkan!" "Ya ini Aku, kenapa? Kau merindukanku Keysa?" Arkan bertanya dengan raut wajah datar dengan dinginnya menatap Keysa dengan tajam. Kali ini aura Arkan tampak jauh berbeda dari sebelumnya. Arkan terlihat semakin galak dari biasanya yang memang sudah galak. Keysa menggeleng, menjawab pertanyaan Arkan dan mengakibatkan ego pria itu tak terima. "Berani sekali kau tidak merindukan diriku? Kamu tak suka aku ada disini, hah?!! Chh, jangan lupakan bahwa nyawa temanmu berada ditanganku. Jadi nikmati rasa tak sukamu itu karena kedepannya hingga mati kamu akan terus melakukan hal ini, menanti kepulanganku!" Sambungnya dengan tegas. Keysa mendengus tak suka mendengar ucapan Arkan dan hal itu menyebabkan dirinya kini dalam masalah besar. "Beraninya kamu mendengus padaku!! Ingat Keysa kamu itu sudah kubeli, dirimu dan semuanya dari ujung rambut sampai ujung kakimu adalah milikku, jadi berhentilah melawan atau kamu akan tahu akibatnya!!" Peringat Arkan mengeram marah. Ucapan itu menghantam keras menyebabkan hati Keysa meringis sakit, tapi masih bisa ditahannya sehingga Arkan tidak akan melihat Keysa berhasil dilukainya lewat ucapannya yang seolah menganggap Keysa tak lebih dari sebuah barang. "Kamu tak perlu mengingatkanku hal itu terus-menerus, aku masih tahu di mana posisiku. Hanya sebuah benda yang kamu beli dari ibu tiriku dan berarti kamu bisa memperlakukanku seperti apapun yang kamu inginkan. Mulai hari ini tenang saja, aku akan tunduk melakukan apapun maumu, tapi jangan harap mulut dan hatiku melakukan hal yang sama dan berhentilah mengancamku, sebab percuma. Aku tidak akan takut." Arkan memaksakan bibirnya tersenyum angkuh. Meski sebenarnya ucapan Keysa tersebut cukup sedikit-banyaknya telah berhasil menyebabkan hatinya meringis pilu entah kenapa? Tiba-tiba saja ia tak suka mendengar ucapan Keysa begitu. Tetapi Arkan tak memperlihatkannya dan mencoba untuk acuh serta tak peduli. Sebab Arkan tidak akan membiarkan ego Keysa menang begitu mudahnya. Baiklah jika itu yang Keysa inginkan lewat ucapannya, Arkan akan segera mengabulkannya. Arkan menyeringai sinis. "Kita pulang sekarang!" Arkan tanpa aba-aba dan tiba-tiba menarik tangan Keysa keluar dari kediaman keluarga Aldebaran tersebut. Keysa yang diperlakukan begitu tak diam saja dan berontak menyebabkan Arkan menyentak tangannya kasar sehingga mengakibatkan tubuh mungilnya menabrak keras d**a bidang milik Arkan. "Aku bilang kita pulang, apa kamu tuli?!!" Geram Arkan entah kenapa tiba-tiba tampak begitu marah dengan penolakan Keysa. Menyebabkan Keysa meringis ngeri juga takut sehingga berhenti berontak dan kini Keysa hanya bisa diam saja. "Tu-tuunggu dulu, kita pamit kepada Mama dahulu ..." beritahu Keysa berusaha berani. "Tidak perlu!!" "Taap-taapi nanti Mama bisa khawatir ..." "Aku bilang tidak perduli, apa kamu tak tuli!!" Arkan membentak Keysa dengan marahnya dan kembali dengan kasar menyeret Keysa dari sana dengan paksa. Sesampainya di mobil, Arkan menghempaskan Keysa masuk ke dalam disusul dengan dirinya sendiri yang masuk dan duduk di kursi kemudi setelah menutup pintu mobilnya kasar. Keduanya terlibat keheningan hingga ditengah perjalanan tiba-tiba Arkan menghentikan mobilnya di tengah jalan. "Keluar!" "Apa?" tanya Keysa terlonjak kaget diiringi rasa tak percaya. "AKU BILANG KELUAR, KEYSA!!" Arkan dengan nada suara naik beberapa oktaf membentak Keysa dan mendorongnya keluar mobil dengan paksa. "Aku tak sudi kamu duduk disampingku, jadi berlajalah menggunakan kedua kakimu hingga ke rumah. Aku akan mengawasimu dari dalam mobil sambil mengikutimu dibelakang." Arkan tanpa perasaan dan tak ingin dibantah. Keysa yang mengingat Syaniah yang masih sekarat dan menggatungkan hidupnya pada pertolongan Arkan, membuat Keysa pasrah dan tak melawan. Keysa mengangguk dan mulai melangkah dengan kedua kakinya yang tanpa alasan kaki sama sekali. Hal itu terjadi dikarenakan akibat Arkan yang menyeretnya tadi tanpa peringatan dan menyebabkan Keysa tak sempat mengenakan alas kakinya. Aspal yang dingin serta batu kerikil kasar juga tajam terinjak beberapa kali oleh telapak kakinya hingga menyebabkan goresan dan juga luka-luka yang memperlambat langkahnya. Angin malam yang berhembus dingin menusuk tulang ikut serta menambah penderitaan Keysa menyebabkan rasa menggigil disekujur tubuhnya sehingga Keysa kini berjalan sambil memeluk dirinya sendiri disepanjang perjalanan berjalan kaki ke rumah. *****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN