Wilson membawa Miyabi ke luar rumah sakit. Lalu menariknya ke tempat yang sedikit sepi. Dia mendorong tubuh Miyabi hingga tersungkur. Lalu kemudian mencambuknya dengan sabuk miliknya. Dia terus memukul Miyabi dan melayangkan ikat pinggang itu ke tubuh Miyabi. Miyabi hanya diam. Rasa sakit mulai dirasakan di sekujur tubuhnya akibat cambukan yang dilayangkan oleh Papa tirinya itu. Wilson bahkan memukulnya dengan sekuat tenaga. Hingga tubuh Miyabi memar dan mengeluarkan rembesan darah.
"Rasakan ini! Dasar anak tidak tahu diri! Sudah aku urus dari kecil, beginikah balasanmu terhadapku?!" Ucap Wilson menggebu-gebu. Dia terus memukul Miyabi dengan mencambuknya. Miyabi hanya diam saja menahan rasa sakitnya. Ini bukanlah kali pertama dirinya mendapatkan hukuman seperti itu. Sejak dulu dia selalu mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dari Papa tirinya itu. Laki-laki itu kerap kali memukulnya atau bahkan mengurungnya di suatu tempat di kegelapan, jika Miyabi melakukan kesalahan. Dan Miyabi hanya bisa pasrah menerima hukuman tersebut.
Setelah puas meluapkan amarahnya kepada Miyabi, Wilson pun akhirnya pergi. Miyabi hanya bisa menangis dan meringis meratapi nasibnya. Dia sangat muak dengan keadaan ini. Namun dia bisa apa? Melawan hanya akan membuat papanya membalaskan kemarahannya kepada ibunya, atau bahkan adik-adiknya. Miyabi pun hanya bisa diam. Dengan begitu kemarahan Wilson akan meredam dengan sendirinya.
Setelah suasana hatinya mulai mereda, Miyabi pun memutuskan untuk kembali ke ruang perawatan ibunya. Dia tidak mendapati Wilson di sana. Entah ke mana perginya Papa tirinya itu. Dia sudah seperti jelangkung yang tiba-tiba saja datang dan menghilang seperti angin. Entah laki-laki itu benar-benar peduli pada ibunya atau tidak. Miyabi pun tidak ingin memperdulikannya. Yang terpenting sekarang adalah kondisi ibunya. Dia sudah berhasil menyelamatkan ibunya.
Miyabi pun menangis sambil memeluk Yumna. Kini dia sudah merasa sedikit lega karena ibunya sudah mendapatkan perawatan. Bahkan dokter juga mengatakan kalau kondisi ibunya sudah jauh lebih baik setelah operasi dilakukan. Ternyata Leo benar-benar menepati janjinya. Dia benar-benar menyelamatkan ibunya. Dia juga bahkan mencarikan donor terbaik untuk ibunya itu. Dan Miyabi merasa lega dengan hal itu.
Hingga tiba-tiba ponselnya berdering. Ternyata itu adalah panggilan dari Leo. Mengetahui siapa yang menghubunginya, Miyabi pun bergegas mengangkatnya.
"Halo, Pak Leo?" Ucap Miyabi begitu panggilan itu tersambung.
"Apa urusanmu sudah selesai? Saya harap kamu tidak lupa dengan janjimu!" Ucap Leo dari seberang telepon. Miyabi pun mengangguk menanggapi itu.
"Saya tidak lupa Pak, sebentar lagi saya akan datang ke apartemen anda!"
Leo tersenyum mendengarnya. "Baguslah kalau kamu mengingatnya! Saya harap kamu akan segera datang!"
Setelah itu Leo pun mematikan panggilannya. Miyabi pun menyimpan kembali ponselnya di saku. Ini sudah menjadi keputusannya. Dan sekarang adalah waktunya untuk dirinya membalas semua kebaikan Leo.
Miyabi pun pergi ke apartemennya Leo dengan menggunakan sebuah taksi. Setibanya di apartemen itu, Miyabi pun berjalan menuju unit milik Leo. Dia berdiri mematung di ambang pintu. Rasa ragu menggerogoti hatinya. Namun dia tidak memiliki pilihan lain saat ini selain menyerahkan diri kepada laki-laki itu.
Itu sudah menjadi kesepakatan dirinya dengan Leo sebelumnya. Dan Miyabi sudah tidak bisa mundur lagi. Apalagi dengan kondisi ibunya yang saat ini masih membutuhkan perawatan. Dan juga adik-adiknya yang masih membutuhkan biaya untuk sekolah. Dia membutuhkan laki-laki itu untuk membantunya. Dia harus rela melakukan semuanya.
Hingga akhirnya setelah meyakinkan dirinya, Miyabi pun memberanikan diri untuk mengangkat tangannya dan menekan bel di pintu tersebut. Hingga tak berselang lama, pintu itu pun terbuka dan sebuah tangan menarik Miyabi kedalam. Miyabi terkejut.
Leo menyandarkan tubuh Miyabi di balik pintu. Lantas dia pun mencium wanita itu. "Kenapa lama sekali, hm? Kamu ke mana saja?" Bisik Leo di telinga Miyabi. Miyabi pun menghela nafas gusar mendengar itu.
"Maaf Pak Leo, tadi saya menemani Ibu saya dulu sebentar. Makanya saya terlambat."
Leo mengangguk. "Baiklah, tidak masalah. Yang penting kamu benar-benar datang kesini dan menepati janji kamu sama saya!" Ucap Leo yang kemudian menggendong tubuh Miyabi dan membawanya ke atas ranjang. Dia pun membaringkan wanita itu di sana dan menciuminya kembali.
Namun pada saat Leo meraba tubuhnya, Miyabi meringis. Seketika itu pula Leo pun menghentikan gerakannya dan memperhatikan wanita itu. Dia pun lantas memeriksa tubuh Miyabi. Dia terkejut saat mengetahui begitu banyak luka di tubuh wanita itu. Dia pun lantas menjauhkan diri dari tubuh Miyabi.
"Apa yang terjadi? Kenapa bisa sampai seperti itu?" Tanya Leo mulai khawatir. Miyabi pun bangkit dari tempat duduknya dan menatap Leo.
"Tidak apa-apa. Hanya luka kecil," ucapnya tidak ingin membuat laki-laki itu semakin khawatir. Namun Leo sepertinya tidak percaya dengan apa yang Miyabi ucapkan. Leo pun memegang pipi wanita itu.
"Katakan pada saya Miyabi, siapa yang sudah melakukan ini padamu? Siapa yang sudah menyiksamu hingga seperti ini?" Tanya Leo mengepalkan tangannya. Jauh di lubuk hatinya menggebu-gebu. Dia merasa tak terima karena wanitanya sudah dilukai. Miyabi pun menundukkan pandangannya mendengar itu.
"Kenapa hanya diam saja? Saya sedang bertanya padamu! Kenapa kamu tak menjawabnya?!" Lagi Leo bertanya. Miyabi pun akhirnya memberanikan diri untuk memandang dirinya.
"Papa tiri saya! Dia yang sudah melakukan ini pada saya!" jawab Miyabi pelan.
Seketika Leo pun meninjukan tangannya mendengar itu. Dia sungguh tidak bisa terima karena wanitanya sudah dilukai. Dia pun lantas menghubungi Brandon. Tak berselang lama panggilan itu pun diangkat oleh Brandon.
"Ya, Tuan Leo?" Tanya Brandon begitu panggilan itu tersambung.
"Tangkap Papa tirinya Miyabi, dan bawa dia ke markas! Saya akan segera datang sebentar lagi untuk melihatnya!" ucap Leo kepada Brandon.
"Baik Tuan Leo, seperti yang Anda minta. Saya akan segera melaksanakannya!"
Leo pun mematikan panggilannya. Miyabi terkejut mendengar itu.
"Pak Leo! Apa yang sebenarnya ingin anda lakukan? Kenapa Anda meminta pak Brandon untuk menangkap ayah tiri saya?" Tanya Miyabi penasaran. Namun Leo malah menyunggingkan senyuman dan meraih pipi Miyabi.
"Saya tidak akan memaafkan siapapun yang telah menyentuh wanita saya! Termasuk ayah tiri kamu sendiri. Siapapun yang sudah berani menyentuhmu, maka dia harus mendapatkan hukuman dari saya!"
Miyabi menggeleng-geleng kepala mendengar itu. Dia tidak tahu apa yang sebenarnya akan dilakukan oleh Leo terhadap laki-laki itu.
"Saya mohon jangan lakukan apapun padanya Pak Leo, tolong jangan sakiti dia!" pinta Miyabi.
Leo pun menyunggingkan senyuman mendengar itu. "Kamu tidak perlu memikirkan itu! Biarlah itu menjadi urusan saya. Yang terpenting sekarang adalah, kondisi kamu. Kita obati luka kamu dulu!" Leo membawa Miyabi.
"Tapi—"
"Sssttt!" Seketika Miyabi pun terdiam begitu jari tangan Leo menyentuh bibirnya. Dia pun menatap laki-laki itu. "Lebih baik sekarang kita obati dulu lukamu. Takutnya kalau dibiarkan malah akan infeksi," ucap Leo yang seketika membuat Miyabi terdiam. Dia pun mendekati Miyabi dan menatapnya.
"Buka pakaianmu!"
Seketika Miyabi terkejut mendengar itu. Dia tidak tahu, apa yang sebenarnya akan dilakukan Leo padanya. Miyabi pun menutupi tubuhnya dengan kedua tangannya. "Untuk apa, Pak?!" Tanya Miyabi terkejut. Leo pun menatapnya serius.
"Saya hanya ingin melihat dan mengobati luka kamu! Kalau kamu masih menggunakan pakaian itu, lalu bagaimana saya bisa melihatnya?!" Ucap Leo.
Miyabi pun tersenyum kikuk. Baru saja dia sudah salah mengira kepada Leo. Dia pikir kalau Leo mau apa-apain dia saat ini, sampai menyuruhnya untuk membuka baju segala. "T-tapi, saya malu, Pak." Ucap Miyabi menundukkan pandangannya. Leo pun mengangkat dagunya.
"Untuk apa malu? Bukankah saya sudah melihatnya juga? Lagipun, nanti juga saya akan melihat keseluruhannya. Untuk apa kamu malu?"
Miyabi menelan ludahnya susah payah, lalu kemudian mengangguk. Dia pun akhirnya memberanikan diri untuk membuka pakaiannya di hadapan Leo.
Namun Leo begitu terkejut melihat banyaknya luka cambukan di tubuh Miyabi. Dia pun membelai luka tersebut. Miyabi meringis.
"Apa sakit?" Tanya Leo. Miyabi pun mengangguk menanggapi itu.
Hingga kemudian Leo pun berjalan menuju sebuah nakas dan mengambil sesuatu di sana. Rupanya yang diambil itu adalah obat P3K. Lalu kemudian dia pun duduk kembali di tepi sofa di samping Miyabi.
"Berbaringlah! Biar saya obati lukamu!" Titah Leo. Dengan patuh Miyabi pun membaringkan tubuhnya dengan menelungkup. Lalu kemudian Leo pun mulai mengobati luka Miyabi satu persatu.
Miyabi meringis merasakan perih pada lukanya begitu tangan Leo mengolesinya. Dia pun menggigit pakaiannya untuk menahan rasa sakitnya itu.
Leo mengepalkan tangannya melihat itu. Dia sungguh merasa marah kepada papa tirinya Miyabi, karena sudah membuat Miyabi hingga seperti itu.
"Aku pasti akan membuat dia membayar semuanya! Aku berjanji padamu, Miyabi!" ucap Leo dalam hati.
Setelah selesai mengobati lukanya, Leo pun membantu Miyabi dan membaringkannya di atas kasur. Lalu kemudian menyelimutinya.
"Istirahatlah! Saya akan kembali sebentar lagi." Leo beranjak. Namun Miyabi menahan tangannya.
"Anda mau kemana, Pak Leo? Anda tidak akan berbuat macam-macam 'kan, padanya?" tanya Miyabi kembali. Leo pun mencium tangannya, lalu mencium keningnya.
"Sudah saya bilang untuk tidak memikirkannya. Biarlah itu menjadi urusan saya! Tugas kamu sekarang adalah beristirahat. Saya ingin tubuh kamu segera pulih."
Seketika Miyabi pun teringat akan janjinya sebelumnya. Gara-gara lukanya ini, Leo bahkan tak jadi menyentuhnya. Seketika ada rasa bersalah dalam hatinya.
Miyabi pun mengangguk. "Maaf," ucapnya menundukkan pandangannya. Leo pun menatapnya.
"Kenapa minta maaf?"
"Karena gara-gara luka di tubuh saya ini, malam ini Pak Leo jadi tidak melakukannya. Tolong maafkan saya," ucap Miyabi dengan sendu. Leo pun tersenyum mendengarnya, lalu menggenggam tangannya.
"Tidak apa-apa. Saya tidak masalah. Masih ada hari lain. Kita bisa melakukannya kapan saja. Yang terpenting sekarang adalah, kondisi kamu. Pulihkan dulu keadaan kamu."
Miyabi mengangguk. Entah mengapa hatinya merasa hangat mendengar itu. Perhatian Leo, kasih sayangnya, seolah sudah menghipnotis dirinya dan membuatnya menaruh rasa kagum pada laki-laki itu.
Bersambung...