Bab 12. Kau Sudah Melukai Orangku!

852 Kata
Setelah mengobati luka Miyabi, Leo pun akhirnya pergi. Miyabi pun tak bertanya lagi dan membiarkan laki-laki itu meninggalkannya. Hingga tiba-tiba ponsel Miyabi pun berdering. Miyabi pun lekas melihatnya dan mendapati Freya menghubunginya. Dia pun lantas mengangkat panggilan itu. "Halo, Freya? Ada apa?" Tanya Miyabi begitu panggilan itu tersambung. "Miyabi, kamu di mana? Bukankah seharusnya kamu sudah pulang bekerja semalam ini?! Aku dan Grace sudah ada di rumah sakit sekarang. Kami berniat untuk menginap di sini dan mengunjungi aunty Yumna. Tapi kami tidak mendapati keberadaanmu di sini. Juga keluargamu. Kalian di mana sebenarnya?" Tanya Freya dari balik telepon. Miyabi pun seketika menghela nafas gusar mendengar itu. "Aku sedang tidak berada di rumah sakit saat ini Freya, aku masih ada urusan. Syukurlah kalau memang ada kalian di sana. Aku sedikit merasa lega. Sepertinya Sherly dan Vivian tidak ke sana. Mereka tinggal di rumah. Sementara ayah tiriku, aku juga tidak tahu dia di mana." Freya menghela nafas berat mendengar itu. "Ya sudah kalau begitu Miyabi, kamu selesaikan saja dulu urusan kamu. Biar aunty Yumna kami yang menjaganya. Kamu tidak perlu khawatir." "Terima kasih, Freya." "Hm, sama-sama. Oh ya ngomong-ngomong, bagaimana dengan interview kamu hari ini? Apakah kamu sudah diterima bekerja di perusahaan itu, Miyabi?" "Sudah Freya, untungnya aku berhasil masuk ke perusahaan itu dan diterima di sana. Jadi mulai sekarang aku sudah punya pekerjaan." "Syukurlah kalau memang begitu Miyabi, aku merasa lega mendengarnya." "Iya Freya." Miyabi terdiam sejenak. Haruskah dia menceritakan kepada Freya sahabatnya, kalau orang yang menjadi atasannya saat ini tak lain adalah laki-laki yang diciumnya di klub waktu itu? Namun Miyabi merasa ragu kala melakukan itu. Dirinya merasa ragu untuk bercerita kepada para sahabatnya tentang kejadian yang sebenarnya. Apalagi mengingat kesepakatan yang terjalin antara dirinya dan Leo. Miyabi merasa ragu untuk bercerita kepada dua sahabatnya tentang keputusannya itu. Mungkin saat ini dia akan merahasiakannya lebih dulu. Sampai di waktu yang tepat, dia akan menceritakan semuanya kepada sahabatnya, pikir Miyabi. "Miyabi, apa kamu masih di sana?" Tanya Freya yang tak mendengar suara Miyabi. Miyabi pun mengangguk menanggapi itu. "Ya, aku masih di sini Freya. Kenapa?" "Tidak apa-apa. Aku hanya mengkhawatirkan mu saja. Dari tadi kamu tidak ada suaranya. Oh ya, aku dengar aunty Yumna juga sudah di operasi hari ini. Kamu kenapa tidak ada cerita kepada kami Miyabi, mengenai hal ini? Dan, dari mana kamu mendapatkan uang untuk membayar biayanya? Kamu tidak ada meminta bantuanku lagi?" Miyabi gugup mendengar itu. Dia takut kalau pada akhirnya sahabatnya akan curiga dengan dirinya. "Itu, aku meminjam uang dari perusahaan Freya, aku tak enak kalau harus merepotkanmu terus menerus. Apalagi utang yang sebelumnya juga belum sempat aku bayarkan, aku gak enak kalau harus meminjam sama kamu lagi." Freya pun menghela nafas panjang mendengar itu. "Miyabi, kenapa begitu? Kita ini kan sahabatan sudah lama, kenapa kamu masih sungkan begitu padaku?! Sudah aku bilang, kita ini adalah keluarga. Jadi masalah apapun, kita akan menghadapinya sama-sama." Miyabi merasa tersentuh mendengar itu. Dia pun tersenyum. "Terimakasih Freya, tapi aku gak enak kalau harus merepotkanmu terus. Aku sudah banyak menyulitkan mu selama ini." "Tidak apa-apa. Aku tidak masalah dengan hal itu. Selama aku bisa membantu, aku sama sekali tidak keberatan." "Aku tahu Freya, kamu memang baik. Tapi aku tidak ingin terus menerus bergantung padamu. Aku harus bisa berdiri sendiri dengan usahaku, aku tidak ingin terus menerus membebani mu." "Baiklah Miyabi, aku mengerti. Tapi jika ada apa-apa atau membutuhkan bantuanku, jangan sungkan untuk kabari aku! Aku akan selalu ada untuk membantumu! Ingat, itu!" "Iya, iya, Freya, aku tahu! Kamu memang sahabat terbaikku!" Freya tersenyum mendengar itu. Kemudian panggilan pun berakhir. Miyabi tersenyum dalam pikirannya. Dia sungguh merasa beruntung karena di kelilingi oleh sahabat-sahabat nya yang baik seperti Freya dan Grace. Meskipun mereka kerap kali mengerjainya, namun mereka adalah orang yang berdiri paling depan saat dirinya berada dalam kesusahan. Dan itulah yang selalu Miyabi syukuri. Karena dirinya memiliki mereka dalam hidupnya, selain keluarganya tentunya. **** Sementara itu di sebuah ruangan gelap, Wilson terus berteriak meminta untuk dilepaskan. Dirinya tidak tahu, dimana dirinya saat ini sekarang. Ya, pada saat dirinya sedang menikmati kebersamaannya dengan teman-temannya di sebuah kedai kopi, tiba-tiba saja sekelompok orang yang merupakan orang suruhannya Leo datang menghampirinya. Mereka pun membawa dirinya dan menyekapnya di sebuah ruangan gelap. "Lepaskan! Lepaskan aku! Siapa kalian sebenarnya?! Dan kenapa kalian tiba-tiba menangkap ku?! Apa salahku?!" Teriak Wilson kepada orang-orang itu. Namun tak ada siapapun yang berani menjawabnya. Hingga tiba-tiba pintu markas pun terbuka, dan seseorang datang dari sana. Wilson pun menatapnya samar-samar karena tubuh orang itu tertutup cahaya. Hingga pada akhirnya langkah laki-laki itupun tiba di hadapannya. Wilson pun memperhatikannya dengan seksama. "Siapa kamu?" Tanya Wilson kepada orang itu. Seketika sebuah senyuman tersungging di bibir sensual laki-laki itu kala mendengar pertanyaan Wilson tersebut. "Kamu tidak perlu tahu siapa aku! Yang terpenting adalah, kamu sudah berani melukai orangku!" Wilson mengernyit. "Orangmu?! Siapa?! Aku bahkan tak mengenalmu sama sekali, bagaimana mungkin aku bisa melukai orangmu? Justru mereka yang telah menyekapku! Kau lihat? Mereka yang sudah menangkap ku dan menawan ku disini." Laki-laki itu tersenyum mendengar pertanyaan Wilson tersebut. "Maksudku, bukan mereka! Tapi Miyabi!" Wilson terkejut mendengar itu. Rupanya urusannya dengan orang itu tak lain karena anak tirinya, Miyabi. Bersambung...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN