Bab 10. Datanglah Malam Ini!

1228 Kata
Lagi Brandon harus terkejut dengan perintah dari atasannya itu. Setelah tadi dia meminta dirinya untuk memecat para karyawati yang sudah mengganggu Miyabi, kini laki-laki itu meminta dirinya untuk membayar pengobatan ibunya Miyabi. Lama-kelamaan Brandon jadi merasa curiga, kalau atasannya itu sudah mulai menjalin kedekatan dengan karyawati baru itu. Akan tetapi sebagai bawahan, Brandon tidak berani untuk ikut campur. Dia hanya bisa menjalankan perintah Leo dan menuruti keinginan atasannya itu. "Baik Pak Leo, saya akan segera pergi ke rumah sakit untuk mengurus semuanya!" Ucap Brandon. Setelah itu Leo pun mematikan panggilannya. Dia kembali fokus pada Miyabi. "Saya sudah meminta asisten pribadi saya untuk mengurus semuanya. Kamu tidak perlu khawatir lagi," ucap Leo kepada Miyabi. Miyabi pun mengangguk menanggapi itu. "Terima kasih Pak Leo, anda sungguh baik hati sekali. Saya tidak menyangka, kalau anda akan benar-benar mengabulkan permohonan saya. Sekali lagi terimakasih. Anda sudah seperti dewa penolong bagi saya," ucap Miyabi sungkan. Leo pun menyunggingkan senyumannya mendengar itu. "Sama-sama. Tapi saya tidak butuh hanya sekedar terima kasih. Saya membutuhkan balasan atas apa yang saya lakukan." Miyabi menatap Leo. "Lalu apa yang harus saya lakukan untuk membalas kebaikan anda, Pak Leo?" Leo pun menyunggingkan senyuman. "Malam ini, datanglah ke apartemen saya! Saya akan menunggumu di sana!" Miyabi menelan ludahnya susah payah. Dia sudah bisa membayangkan apa yang akan terjadi kepadanya setelah ini. Namun dia tidak bisa mundur lagi. Keputusan sudah dia buat, dan dia harus melakukannya. "M-malam ini?" Tanyanya gugup. Leo pun mengangguk. "Ya, malam ini. Saya akan menunggumu! Saya harap, kamu tidak akan mengingkari janjimu!" Miyabi mengangguk menanggapi itu. "Baiklah Pak Leo, saya akan datang ke apartemen Anda malam ini." Leo pun tersenyum mendengarnya. "Baiklah, saya akan menunggumu Miyabi!" Miyabi mengangguk. "Tapi Pak, sebelum itu apa saya boleh minta izin untuk pergi ke rumah sakit? Perawat bilang mereka harus dapat persetujuan dari pihak keluarga untuk melakukan tindakan. Sedangkan di rumah sakit tidak ada siapapun yang menjaga ibu saya. Jadi saya harus ke sana terlebih dahulu untuk menandatanganinya. Saya janji tidak akan lama." Leo nampak menimbang-nimbang, kemudian dia pun mengangguk. "Baiklah, kamu boleh pergi. Hari ini saya izinkan kamu untuk tidak masuk kerja. Tapi ingatlah! Untuk datang malam ini ke apartemen saya. Saya akan menunggumu!" Miyabi tersenyum mendengar itu. "Terimakasih Pak Leo, terimakasih banyak. Saya janji malam ini saya akan datang menemui anda. Saya janji!" Ucap Miyabi yakin. Leo pun mengangguk menanggapi itu. Setelah mendapatkan izin dari Leo, Miyabi pun bergegas merapikan pakaiannya kembali dan bersiap untuk pergi ke rumah sakit. Namun baru juga dia keluar dari ruangannya Leo, dia tidak sengaja berpapasan dengan para karyawati tadi yang sempat mengganggunya. Mereka pun langsung menghentikan langkah Miyabi begitu melihatnya. "Miyabi!" Panggil salah seorang dari mereka kepada Miyabi. Miyabi pun menghentikan langkahnya seketika dan menatap mereka. "Apa sebenarnya yang sudah kamu katakan kepada Pak Leo, sampai-sampai dia memecat kami? Apa kamu yang menghasutnya untuk melakukan itu?!" Tanya Tina kepada Miyabi. Miyabi pun bersedekap d**a mendengar itu. "Aku tidak menghasutnya. Aku hanya mengatakan apa yang kalian lakukan kepadaku. Dan dia bilang kalau dia tidak setuju dengan sikap kalian yang suka membully karyawan baru. Mungkin karena itulah dia mencet kalian semua. Karena kalian sudah bersikap tidak sopan padaku!" Melda dan Riana pun bergegas menghampiri Miyabi dan bersujud di kaki Miyabi. Tentu saja hal tersebut membuat Miyabi terkejut. Dia tidak tahu apa yang sebenarnya akan dilakukan oleh dua wanita itu. "Kami mohon tolong bantu kami untuk bisa mendapatkan maaf dari Pak Leo Miyabi, kami hanya ikut-ikutan saja. Kami hanya bawahan Tina dan Susi. Oleh karena itu kami hanya menurut saja saat mereka merencanakan untuk memberi pelajaran kepada kamu!" Ucap Melda. "Iya Miyabi, sebenarnya kami juga tidak setuju dengan tindakan tersebut. Tapi apalah daya kami, kami hanya bawahan mereka. Kami tidak kuasa untuk menolak ajakan mereka," lanjut Riana. Susi dan Tina pun mendelik mendengar pengakuan mereka berdua itu. Mereka tidak menyangka, kalau Melda dan Riana justru akan mengatakan hal seperti itu kepada Miyabi, hanya untuk demi bisa melindungi diri mereka sendiri. "Kalian ini bicara apa?! Kalian mau menjelek-jelekkan kami di depannya?! Untuk apa? Supaya kalian bisa mendapatkan posisi kalian kembali?! Lalu kalian pikir apakah wanita ini akan membiarkan kalian untuk masih berada di sini?! Aku rasa tidak! Dia pasti tidak akan membantu kalian berdua!" Ucap Tina. "Benar apa kata Tina! Kalian itu hanya buang-buang waktu saja meminta bantuan Miyabi. Dia pasti tidak akan pernah sudi untuk membantu kalian berdua! Jadi untuk apa kalian memohon seperti itu?! Hanya merendahkan diri kalian saja!" Sahut Susi. Miyabi pun bersedekap d**a mendengar itu. "Sepertinya yang Susi dan Tina katakan itu benar! Kalian hanya buang-buang waktu saja melakukan ini. Jadi lebih baik, sekarang berdirilah! Karena apapun yang kalian lakukan sekarang, tidak akan pernah merubah keadaan. Pak Leo tetaplah memecat kalian. Karena kalian sudah bersikap keterlaluan!" Setelah mengatakan itu Miyabi pun pergi. Dia bahkan mengabaikan teriakan Melda dan Riana yang terus memanggil namanya. **** Setibanya di rumah sakit, Miyabi bergegas pergi ke bagian administrasi untuk menandatangani izin tindakan. Berharap kalau ibunya akan segera mendapatkan perawatan. "Semua p********n sudah diselesaikan tadi oleh seorang pria yang bernama pak Brandon. Dan tagihan berikutnya akan ditangguhkan ke rekening milik pak Leonardo Clark. Tadi pak Brandon sudah menandatangani surat persetujuannya. Hanya tinggal menunggu tanda tangan dari pihak keluarga saja." Miyabi mengangguk menanggapi ucapan pihak administrasi tersebut. Lalu dia pun bergegas menandatangani kertas itu. Setelah mendapatkan kesepakatan dari pihak keluarga, pihak rumah sakit pun segera menindaklanjuti penanganan ibunya Miyabi. Miyabi terduduk sambil menunggu hasil dari tindakan tersebut. Berharap kalau ibunya bisa diselamatkan. Hingga tiba-tiba sebuah tamparan pun mendarat di pipi Miyabi. Miyabi terkejut dan mendapati keberadaan ayah tirinya Wilson di sana. Miyabi pun beranjak dan menatap laki-laki itu. "Kenapa Papa menamparku?! Apa salahku?!" Tanya Miyabi kepada Wilson. Laki-laki itu pun menatap Putri tirinya dengan kesal. "Pihak rumah sakit bilang kalau ibumu hanya sendirian saja di rumah sakit. Lalu kamu ke mana?! Bukankah seharusnya sudah menjadi tugasmu untuk menjaganya?! Lalu kenapa kamu malah berkeliaran tak jelas?!" Teriak Wilson kepada Miyabi. Miyabi pun tersenyum kecut mendengar itu. "Aku 'kan sudah menghubungi Papa sebelumnya, dan meminta Papa untuk menggantikanku menjaga mama. Karena aku benar-benar tidak bisa menjaganya. Tapi Papa menolaknya. Jadi jangan salahkan aku kalau aku harus meninggalkan Mama sendiri di rumah sakit. Aku juga tidak punya pilihan lain. Aku benar-benar harus pergi!" Ucap Miyabi tidak kalah menggebu-gebu. Sebuah tamparan pun kembali menggema di sudut ruangan. Miyabi memegang pipinya yang terasa panas. "Memangnya hal lain apa yang lebih penting daripada menjaga ibumu! Ibumu itu sudah sekarat. Dan mungkin sebentar lagi akan mati. Apakah kamu tidak mau, menemaninya disisa hidupnya?!" Miyabi pun menampar Wilson. Ini adalah kali pertama dirinya melakukan itu. Sebelumnya dia selalu menahan emosinya saat berbicara dengan papa tirinya itu. Namun saat ini papanya Itu sudah keterlaluan. Dia sudah menyinggung ibunya dan mengatakan kalau ibunya akan mati. Tentu saja Miyabi tidak terima itu. "Jaga ucapan Papa! Aku tidak keberatan Papa menghina aku ataupun merendahkanku. Tapi jangan pernah mengatai Mama itu akan mati! Aku berjuang keras untuk menyelamatkan hidupnya. Tapi Papa dengan seenaknya mengatakan hal itu tentang mama, aku tak bisa menerimanya!" Seketika Wilson pun kembali menampar Miyabi. Kini tamparannya lebih keras dan lebih bertenaga. Hingga membuat Miyabi tersungkur dengan darah yang menetes di sudut bibirnya. "Kurang ajar! Beraninya kau menamparku. Kau sudah mulai ngelunjak, Miyabi. Kau harus mendapatkan hukuman!" Ucap Wilson yang kemudian menarik Miyabi. Miyabi pun berusaha memberontak. Namun Wilson tak melepaskannya. Laki-laki paruh baya itu terus saja menarik Miyabi bahkan tak segan untuk menjambak rambutnya. Miyabi pun menjerit. Bersambung...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN