Beberapa menit kemudian, Bima melepas pangutannya. Ia mengatur nafas yang sulit di atur. Ia menelan ludah menatap bibir tipis Mimin memerah karena kecupannya. Sungguh ini bukan pertama kalinya ia berciuman. Ini merupakan suatu angin segar yang ia rasakan karena sudah lama tidak mencicipinya. Ciuman yang ia lakukan adalah sebuah bentuk kehangatan kepada seorang wanita. Ia tidak perlu terburu-buru melakukannya.
Tidak seharusnya ia melakukan ini kepada wanita yang bukan kekasihnya. Tapi, Ah sudahlah, ia bukan laki-laki naif yang tidak menginginkan sebuah kecupan yang panjang.
"Tidurlah, sudah malam," ucap Bima berusaha setenang mungkin. Ia tahu bahwa Mimin tak kalah canggungnya setelah aksi ciuman tadi.
"Iya," ucap Mimin.
"Besok aku akan menemani kamu jalan-jalan," Bima, mengelus kepala Mimin, sebelum wanita itu pulang ke Jakarta.
Mimin tersenyum, "kamu akan mengajak aku kemana?,"
"Berenang di sana, setelah itu kita ke Monkey forest," Bima view kolam renang, dan lalu berdiri begitu juga Mimin.
Mimin tidak bisa menutupi rasa bahagianya karena Bima masih tetap bersamanya hingva esok, "Bisakah kamu ke sini pagi? Aku hanya tidak ingin berenang terlalu siang,"
"Iya,"
Bima tidak bisa terlalu lama di sini, karena ia tidak ingin terlalu hanyut dalam godaan Mimin yang membuatnya hampir gila. Jika sedikit lama, maka mereka pasti akan berakhir di ranjang.
Bima berjalan mendekati pintu, ia melirik Mimin mengikuti langkahnya. "Jangan lupa kunci balkon,"
"Iya,"
"Bim ...,"
"Hemmmm,"
"Makasih ya, udah nemani aku hari ini,"
"Iya sama-sama,"
Mimin menatap Bima, ia menarik nafas dan mendekatkan wajah lalu mengecup pipi kiri itu sekilas. Bima merasakan bibir Mimin mendarat di pipinya.
"Hati-hati di jalan,"
Bima menggigit bibir bawah, ia tidak tahu lagi apa yang akan ia lakukan terhadap Mimin. Godaan Mimin memang tidak ada habisnya. Bisa-bisanya wanita itu menciumnya lagi di penghujung malam.
"Iya," ucap Bima, lalu melangkah menjauhi pintu.
***
Keesokan harinya,
Bima tidak tahu kenapa ia kembali ke hotel ini lagi. Jelas-jelas Mimin menginginkannya. Mungkin karena instingnya sebagai laki-laki untuk memanjakan seorang wanita maka akan ia lakukan. Entahlah ia sudah lama sekali ia tidak melakukan hal yang menyenangkan seperti ini. Apa salahnya ia akan menghabiskan waktu dengan wanita bernama Mimin. Toh wanita itu cukup menyenangkan dan ia cukup nyaman berada di dekat Mimin.
Bima menekan bell di dekat daun pintu. Seketika pintu terbuka, ia memandang Mimin di sana. Wanita itu mengenakan halter top, dess dengan tali menggantung di leher. Bagian punggung itu terbuka lebar, sepertinya wanita itu sudah menanti sejak pagi. Lihatlah wanita terlihat sangat cantik dengan sapuan make up tipis di wajahnya.
Mimin tersenyum, menatap ke Bima. Ternyata Bima menepati janjinya, jam enam pagi sudah di sini bersamanya. Laki-laki itu membawa tas ransel, berisi pakaian ganti. Mimin memperlebar daun pintu, dan Bima melangkah masuk. Oh Tuhan, kenapa laki-laki itu semakin terlihat menarik di matanya. Senyum simpul yang dia perlihatkan membuat jantungnya berdebar-debar.
"Kamu sepertinya udah siap banget mau berenang," ucap Bima, melirik Mimin, ia menatap punggung Mimin yang terekspose sempurna tanpa cela.
Mimin tersenyum, menatap Bima yang meletakkan tas di meja. "Tau aja kamu,"
Bima menatap Mimin berjalan mendekatinya, "Aku yakin kamu belum mandi," ucap Bima.
"Ya belum lah, kan kita mau berenang,"
"Hemmm,"
"Kamu tenang aja, aku udah sikat gigi kok," ucap Mimin, mengedipkan mata kepada Bima.
Bima lalu tertawa melihat Mimin yang menggodanya, "Kamu itu kenapa sih suka bener godain aku,"
"Siapa juga yang godain kamu,"
"Itu tadi kamu barusan kedipin mata sama aku,"
"Perasaan kamu aja kali,"
"Kamu nih ya,"
"Atau jangan-jangan kamu pengen aku godain,"
Tawa Bima lalu pecah, ia melirik Mimin sambil menahan tawa, "Laki-laki mana sih yang enggak seneng digodain sama wanita cantik seperti kamu,"
Alis Mimin terangkat, "Jadi kamu suka,"
"Apaan sih Min,"
Mimin semakin mendekati Bima, laki-laki itu hanya diam dan memandangnya. Mimin melingkarkan tangannya di sisi pinggang Bima. Ia dapat merasakan aroma mint dari tubuh laki-laki itu.
"Kamu mau apa hemmm," gumam Bima.
"Mau dekat kamu aja, kayak gini," ucap Mimin.
Bima tersenyum, ia memberanikan diri menyentuh punggung terbuka itu secara perlahan, "Hemmm,"
"Kalau kamu udah dekat gini, mau ngapain lagi,"
Mimin menelan ludah, menatap Bima, "Ah, sudahlah lebih baik kita berenang aja," Mimin melepas pelukkanya.
"Oke," ucap Bima.
***
Beberapa menit kemudian,
Bima menceburkan dirinya di dalam kolam. Kolam renang di sinu begitu panjang dan luas. Kolam ini terbagi dua yaitu kolam renang anak dan kolam renang orang dewasa. Kolam ini menjadi salah satu kolam terpanjanh di Ubud. Maka dari itu ia tidak ingin menyia-nyiakan waktu untuk berenang di sini. Daya tarik kolam ini yaitu kolam renang di lengkapi dengan fasilitas air hangat, jadi berenang berjam-jam lamanya, tidak akan membuat masuk angin.
Jujur pemandangan di sini sungguh indah, alam yang dihiasi sawah-sawah, serta diapit sungai dan jurang. Bima berenang ke sana kemari sebagai bentuk pemanasan. Jarang sekali ia berenang di pagi seperti ini. Terlebih tempat ini jauh dari kata kebisingan dan lebih privasi.
Bima berdiri ke tepi, ia mencari keberadaan Mimin. Ia memandang ada beberapa bule mendekati Mimin. Mimin nampak tenang menyambut hangat turis asing itu. Wajar saja bule bule itu mendekati Mimin, lihatlah wanita itu begitu cantik dan kulit exotis yang dia perlihatkan begitu menggoda.
Bima lalu berenang mendekati Mimin setelah kepergian turis asing itu. Ia ingin tahu apa yang di ucapkan oleh dua orang bule itu kepada Mimin.
"Kamu kenal mereka?," ucap Bima.
"Enggak,"
"Ngapain mereka deketin kamu,"
"Mereka kenalan sama aku,"
"Terus kamu mau,"
"Ya, iyalah,"
"Cuma kenalan aja kan,"
Mimin mengangguk, "Iya,"
"Terus dia ngomong apa lagi sama kamu," Bima mencoba menyelidiki.
"Tadi bule itu bilang bahwa dia vlogger, katanya aku exotis dan keren gitu. Pengen masukin aku ke salah satu video dia,"
"Jadi kamu mau,"
"Ya enggak tau,"
"Jangan mau,"
"Kenapa? Padahal dia vlogger terkenal loh Jack Morris. Video dia buat keren-keren, kebanyakkan sih tentang alam dan Bali gitu,"
"Jangan terlalu percaya sama orang yang baru di kenal,"
"Kamu kenapa sih ? kayak enggak senang gitu aku kenalan sama bule," ucap Mimin.
"Yaudah, kalau kamu senang, sana sama bule kenalan kamu itu," ucap Bima, ia lalu kembali berenang menjauhi Mimin.
Mimin mengerutkan dahi tidak mengerti, seketika Bima berbalik marah kepadanya. Ia bingung atas tindakkan Bima seperti itu, toh ia cuma kenalan aja. Enggak ada tuh niat untuk kencan apalagi untuk dekati bule itu. Mimin menggigit bibir bawah, ia butuh penjelasan Bima, kenapa laki-laki itu marah kepadanya.
Mimin berenang mengejar Bima yang sudah menjauh. Kini Bima sudah dihadapannya.
"Kamu marah sama aku?,"
"Enggaklah,"
"Terus kenapa menjauh kayak gini,"
"Aku berenang,"
"Keliatan banget kalau enggak suka,"
"Hemm,"
"Lagian mereka cuma kenal doang, enggak sopan banget kalau aku cuekin. Enggak ada maksud apa-apa beneran deh," ucap Mimin mencoba menjelaskan.
"Ngapain juga aku ke sana sama mereka, enggak kenal juga,"
"Aku tuh di sini maunya sama kamu. Aku di sini mau ngabisin waktu sama cowok yang udah cium aku tadi malam. Tadi aku juga udah goda dia, tapi kayaknya dia enggak peka," ucap Mimin.
"Enggak peka gimana?,"
"Jelas aja kamu enggak peka, tadi aku udah bilang sikat gigi dan terus aku udah peluk kamu juga. Masih aja enggak peka,"
"Maksudnya,"
"Itu kan kode dari aku, ah udahlah susah sama cowok yang enggak peka," dengus Mimin.
Bima mengerutkan dahi, mencerna kata-kata wanita cantik ini. Bima lalu berpikir dan seketika ia tertawa, ia mulai mengerti kode yang di maksud Mimin itu apa. Jujur ia sama sekali tidak tahu, percakapan tadi di kamar adalah bentuk sebuah kode Mimin untuk di cium lagi. Oh Tidak, kenapa mesti ada kode-kode seperti itu sih.
Bima memandang iris mata coklat itu, ia mendekatkan wajahnya lalu mengecup bibir tipis itu sekilas.
"Jujur aku enggak tau maksud percakapan tadi di kamar adalah sebuah kode dari kamu untuk minta kecupan,"
"Kenapa enggak bilang aja morning kiss, simpel kan,"
"Ya tapi kan aku mau kamu yang mulai duluan, enggak tau apa tadi malam aku udah putusin urat malu ngomong kayak gitu," sungut Mimin.
Bima seketika tertawa, ia lalu mengurung tubuh Mimin, kini ia akan melakukan apa yang telah ia lakukan. Apa salahnya ia melakukan lagi di sini. Terlebih tempat ini begitu mendukung untuk melakukannya. Ia tidak peduli dengan beberapa turis di sana menatapnya.
"Enggak apa-apa kan kita melakukannya di sini,"
"Hah !,"
"Jangan pura-pura terkejut gitu deh, bilang aja mau,"
"Ih kamu," wajah Mimin bersemu merah.
"Kamu lama-lama ngegemesin ya," ucap Bima.
"Baru tau ya,"
"Iya,"
"Terus,"
"Yaudah, aku cium lagi," Bima mengecup bibir tipis Mimin sekilas.
"Ih Bima,"
"Sadarkan aku, kalau tangan aku mulai nakal, biasanya aku suka enggak sadar kalau keasyikan kayak gini," ucap Bima.
Mimin mendengar itu lalu tertawa, ia mengalungkan tangannya di leher Bima. Bima mendekatkan wajahnya dan lalu melumat bibir tipis itu secara perlahan.
***