Antares POV.
Aku menikah dengan seorang wanita yang tidak aku kenali hanya karena aku butuh seseorang yang dapat membantuku menetap di Jakarta untuk sementara waktu, aku sedang mengurus bisnis di sini dan aku punya anak perusahaan. Untuk mengurusnya aku butuh seseorang.
Yesika adalah wanita yang aku kenal lewat dating online, aku mengatakan bahwa aku bekerja sebagai buruh pabrik, aku tak mengakui siapa diriku sebenarnya, aku memilih menyembunyikan identitasku bahkan pada Tsabina.
Aku berasal dari Manhattan, aku memiliki 1000 bisnis yang tengah berjalan di beberapa kota di negara berbeda. Aku sengaja menyembunyikan identitasku agar orang-orang tidak hanya menyukai hartaku, melainkan menyukai pribadiku.
Aku tak mau semua orang mendekatiku karena kekayaan yang aku punya. Aku mau mereka dekat denganku dengan ketulusan.
Jujur saja, aku terkejut ketika ku lihat pengantin wanita itu duduk di depan penghulu, aku duduk disebelahnya dengan senyuman diwajahku. Aku tahu yang ku nikahi bukan Yesika, melainkan saudari sepupunya, aku terkejut karena ternyata wanita yang ku nikahi adalah wanita yang menarik dan kecantikannya diatas rata-rata, dan ku cari tahu tentangnya, ternyata dia adalah seorang designer yang memiliki skandal menjadi simpanan pejabat hukum.
Hari ini, aku melihatnya di hina dan di caci oleh manager butik. Ia juga menjelaskan jika pria dan wanita yang ikut-ikutan adalah mantan tunangan dan saingan bisnisnya.
Aku tak mau seseorang menghina istriku, jika mereka menghina istriku, artinya mereka menghinaku juga. Tak butuh waktu lama, aku menelpon pengacara untuk mengurusnya.
Aku juga menelpon Deris—asistenku—untuk mengurus manager yang sudah berani menghina istriku dan wanita yang bernama Xiu itu, yang katanya saingan bisnis Tsabina.
Siapa pun yang mengganggu Tsabina, akan ku lengserkan mereka. Aku tidak akan biarkan mereka menyentuh atau menghina.
Aku belum siap memberitahu Tsabina siapa aku sebenarnya, yang Tsabina tahu aku adalah orang miskin yang tidak punya apa-apa dan aku bekerja menjadi buruh pabrik. Dia tidak tahu jika aku adalah orang kaya di Manhattan, bahkan menjadi orang kaya di Indonesia karena merambah bisnis baru di sini.
Aku memilih untuk mengetes Tsabina.
“Kenapa kamu diam saja? Tidak makan?” tanyanya.
Aku mendongak dan menatap wajahnya. “Iya. Aku makan.” Aku belum terbiasa makan di tempat seperti ini, bahkan menu makanannya sangat berbeda dengan menu makanan di restoran. Aku tidak tahu apa aku bisa memakannya atau tidak.
Aku meraih satu sendok makanan dan memasukkannya ke mulutku. Aku mengunyahnya perlahan, aku langsung menyukai rasanya. Ternyata makanan di emperan jalan seperti ini, tidak buruk. Rasa makanannya punya khas sendiri.
“Ada apa?” tanya Tsabina lagi kali ini menatapku cukup lama.
“Heem? Aku tidak apa-apa.”
“Kamu sering makan di tempat seperti ini, ‘kan?”
“Iya. Aku sering makan di tempat seperti ini. Memangnya kenapa? Apa kamu tidak menyukainya?” tanyaku kembali.
“Aku menyukainya. Aku hanya melihatmu ragu untuk menelan makanannya.”
“Tidak kok. Aku hanya baru ke tempat ini saja,” jawabku.
“Jadi, kamu buat apa di Jakarta?”
“Maksudnya?”
“Kamu mengatakan bahwa kamu dari Manhattan. Lalu di Jakarta buat apa?”
“Aku bekerja,” jawabku tersenyum. “Aku menjadi buruh pabrik di sini.”
“TKA?”
“Benar.” Aku memilih berbohong. “Aku TKA di sini.”
“Lalu kamu kenal Yesika darimana? Kenapa kalian langsung mau menikah tanpa bertemu?”
“Karena yang aku mencari istri, jadi tidak perlu bertemu.”
“Kenapa? Apa menurutmu tak penting menjalin hubungan dulu sebelum memutuskan menikah?”
“Yes. Aku tidak suka membuang waktu, aku mengenal dengan Yesika di aplikasi dating online dan kami memutuskan menikah. Aku mengirim uang mahar kepadanya tanpa harus bertemu, lalu dia mengurus pernikahan itu. Tak lama kemudian, dia mengatakan bahwa tak bisa menikah denganku karena aku miskin dan tidak punya apa-apa. Jadi, aku menyuruhnya untuk menyiapkan penggantinya, jika tidak akan aku tuntut dia.”
Tsabina menatapku, seolah ia bingung dengan penjelasanku, dia pasti tidak pernah mendengarkan hal seperti aku yang langsung sat set sat set saja.
Aku lalu memakan makananku lagi, aku mendongak dan ku lihat ia masih menatapku. Aku tersenyum simpul dan berkata, “Apa ada yang salah?”
Tsabina menggeleng.
Aku mendapatkan telepon dari Deris dan langsung mengirim pesan singkat agar dia tidak menggangguku dulu.
“Kenapa tidak kamu angkat?” tanya Tsabina.
“Tidak apa-apa, ini telepon tidak penting,” jawabku lalu kembali menaruh ponselku didalam saku celanaku. “Oh iya, setelah makan, kita harus berpisah. Aku harus ke pabrik.”
“Baiklah. Tak apa-apa, aku bisa pulang sendiri,” jawab Tsabina.
Aku mengangguk dan tersenyum.
***
“Ada apa, Deris? Kenapa kamu menghubungiku? Aku sedang bersama Bina tadi.” Aku duduk dikursi kebesaranku dan menatap Deris yang saat ini berdiri dihadapanku.
“Coba kamu tebak siapa wanita yang kamu nikahi itu.”
“Dia Tsanina.”
“Ya dia Tsabina Yiesha. Designer terkenal di negeri ini yang terkena skandal simpanan.”
“Dia bukan simpanan.”
“Kamu yakin dia bukan simpanan? Artikel menyatakan bahwa dia itu simpanan pejabat hukum.”
“Bukan. Dia bukan simpanan, dia sudah cerita kepadaku, kalau dia itu di fitnah.” Aku menjelaskan. “Dia memiliki saingan bisnis dimana-mana, jadi semua hal pasti akan menjadi sorotan dan semua orang bisa melakukan apa saja untuk menyerang saingannya.”
“Tapi tidak mungkin sampai skandalnya seterkenal ini dan membuat bisnisnya tutup, lalu bangkrut.”
“Kamu menelponku hanya mau membahas ini?”
“Kamu telah tertipu oleh Yesika. Dia sengaja menerima mahar dari kamu dan membuatmu menikah dengan orang yang punya masalah besar.” Deris begitu menggebu-gebu soal ini.
“Sudahlah. Tidak usah dibahas, aku tidak menyesal menikah dengan Bina.”
“Jangan-jangan kamu cinta sama dia?”
“Kenapa kamu memiliki pertanyaan seperti itu? Bikin kesal saja.”
“Res, ingat tujuanmu menikah agar kamu bisa punya alasan untuk tetap tinggal di sini, bukan malah kamu mau main cinta-cintaan dengan Tsabina.”
“Kenapa kamu membahas itu sekarang. Kamu sudah mencari tahu tentang Bina?”
“Bukankah kamu sudah tahu semuanya?”
“Aku ingin tahu siapa yang telah menfitnahnya dan siapa saja yang terlibat dalam skandal ini. Dan, siapa pejabat hukum yang dimaksud.”
“Untuk apa kamu mencari tahu semua itu? Tidak perlu membuang waktumu.” Aku menggelengkan kepala. “Oh iya. Kamu tahu jika Ibu mertuamu sakit?”
“Ibu mertuaku? Maksudnya Ibunya Tsabina?”
“Ya. Dia dirawat di rumah sakit sekarang, kanker lambung dan ginjal.”
“What? Kenapa kamu baru memberitahuku sekarang?”
“Ya aku baru tahu.”
“Terus kondisinya?”
“Butuh operasi, jika tidak nyawa bisa menghilang."
Aku membulatkan mata, hal ini tidak pernah diceritakan oleh Tsabina, ia tidak pernah bilang jika ibunya dirawat di rumah sakit.
"Dan, masalah manager butik itu, sudah dipecat."