“Orang ini merusak gaun yang dia sewa seharga 12 juta, dan dia tidak bisa mengganti rugi.”
Aku menoleh sesaat melihat ke arah Giring, aku terlihat sangat menyedihkan. Setelah ditinggalkan, aku harus bertemu dengan Giring di butik ini. Yang seharusnya butik ini menjadi butik tempat kami akan membeli setelan gaun dan jas untuk pengantin laki-laki dan perempuan. Namun, semua menjadi kenangan memilukan. Giring tidak dapat menjaga kesetiaannya, tidak dapat menerima masalah yang ku hadapi, dia pergi dan lepas tangan begitu saja.
Ku dengar Xiu menertawakanku. Aku menoleh melihatnya.
“Kamu menyewa gaun pengantin? Kamu sudah menikah?” Aku menoleh menatap Giring, memangnya apa urusannya, kenapa dia harus bertanya seperti itu.
“Iya. Aku sudah menikah.”
“Kamu menikah dan menyewa gaun pengantin? Kamu semiskin itu sekarang?” tanya Xiu dengan tatapan mengejek. Aku tahu aku terlihat menyedihkan didepan mereka, ku lihat Xiu menyunggingkan senyum. Ya impianku menikah dengan gaun yang dapat menjadi kenangan yang indah, bukan malah gaun pengantin yang ternyata hanya gaun sewaan.
“Kenapa kalau aku menyewa gaun pengantin? Aku tidak merugikanmu juga, ‘kan?” Aku menggeleng tak percaya, malas meladeni mereka. “Kalau kalian mau cari gaun atau jas, silahkan pergi dan abaikan saja aku.”
“Aku tak menyangka designer terkenal yang punya segalanya malah seperti ini sekarang, penampilan juga awuk-awukkan seperti ini,” geleng Xiu membuatku ingin sekali menampar dirinya.
“Siapa yang membuatku seperti ini? Kamu, ‘kan? Kamu yang bekerja sama dengan Yesika melakukan ini kepadaku.”
“Apa? Aku? Gila ya kamu.” Xiu menatapku tajam “Sayang, jangan percaya kepadanya. Dia ini hanya tidak terima hidupnya melarat sekarang.” Xiu mengelus lengan Giring. Jujur saja aku masih secinta itu pada Giring, tapi sekarang semuanya berbeda.
“Helo, Nona. Bayar uang gaun ini sekarang, atau kamu kami laporkan polisi. Jangan mengganggu ketenangan klien kami.”
“Aku akan kembali kemari. Kamu bisa ambil KTPku sebagai jaminannya.”
“Tidak ada yang bisa kamu gadaikan pada dirimu. Yang benar butik harus laporkan kamu ke polisi, ini tindak kriminal namanya, kamu sudah merusak apa yang sudah kamu sewa,” kata Xiu.
“Xiu, sudahlah,” geleng Giring yang sejak tadi diam saja dan akhirnya menyuruh tunangannya itu diam.
“Sepertinya kamu bahagia sekali memiliki yang ku punya, ya. Kamu sudah merebut klienku, merebut calon suamiku lalu sekarang kamu mau tertawa diatas penderitaanku? Walaupun sekarang aku melarat, tapi duniaku tidak akan goyah hanya karena kamu.” Aku menatap Xiu. Memberikannya ulti agar dia bisa sadar dengan apa yang telah ia lakukan.
Tak lama kemudian, seseorang memegang pinggangku. Aku menoleh dan terkejut melihat Mas Ares ada di sini.
“Berapa harga gaun pengantin yang di rusak istriku?” tanya Mas Ares.
Semuanya tertegun melihat Mas Ares. Giring menatapku lalu kembali menatap Mas Ares. Walaupun Mas Ares tak sekaya Giring, namun Mas Ares pasti bisa mengeluarkanku dari tempat ini.
“12 juta.”
“12 juta, ‘kan? Saya akan suruh pengacara saya kemari. Silahkan tuntut istri saya, kami terima dan kami akan jalani proses hukum.”
“Hanya karena gaun ini, kamu mau menyewa pengacara?”
“Ya. Ini bukan tentang harga gaun itu, tapi ini demi nama baik istri saya. Jadi, saya lebih baik menyewa pengacara dibandingkan membayar gaun sewa itu dengan harga 12 juta tapi sudah mempermalukan istri saya.”
“Siapa kamu? Dilihat dari pakaianmu, sepertinya kamu melarat.” Xiu melihat Mas Ares dari ujung kaki hingga ujung rambutnya. “Tapi, kamu tampan.”
Giring menyikut Xiu karena telah memuji Mas Ares didepannya.
Yang dapat diandalkan Mas Ares hanya lah ketampanannya, tapi tidak dengan uangnya. Namun, aku tak perduli dia punya uang atau tidak.
“Ayo, Sayang. Kita pergi dari sini,” kata Mas Ares lalu hendak membawaku pergi dari sini.
Namun, Xiu lalu hendak melemparkan sesuatu kepadaku, namun Mas Ares yang menghempaskannya dan melindungiku.
Kami lalu pergi meninggalkan butik, dan tak lama kemudian pengacara Mas Ares datang.
“Tuan,” ucap pengacara itu. “Eh maksud saya, Pak.”
“Masuklah ke dalam dan urus semuanya,” titah Mas Ares.
Pengacara itu menganggukkan kepala, lalu melangkah masuk ke butik. Mas Ares dan aku lalu meninggalkan area butik masih dengan rangkulan Mas Ares dipinggangku.
Aku menoleh menatapnya. “Terima kasih, ya.”
“Iya.”
“Kamu tahu darimana aku di sini?” tanyaku.
“Aku mau lewat tadi, tapi melihatmu di sini, jadi aku mampir.”
“Terima kasih sekali lagi. Aku tidak tahu kenapa aku bisa bertemu mereka di sana.”
“Mereka siapa?”
“Saingan bisnisku.”
“Yang pria atau wanita?”
“Yang wanita.”
“Terus yang pria?”
“Dia mantan tunanganku yang sudah bertunangan dengan saingan bisnisku.”
Mas Ares mengangguk dan paham dengan apa yang ku maksud, Mas Ares tak bertanya tentang bisnis apa yang aku jalani selama ini.
“Kamu tidak tanya, bisnis apa yang ku jalani?” tanyaku.
Mas Ares lalu membawaku masuk ke warung makan yang ada dipinggir jalan. “Kita makan dulu. Aku lapar.”
“Bukannya kita baru sarapan?”
“Ini sudah siang,” jawabnya lagi.
“Ha? Sudah siang?” Aku sampai tidak tahu kalau hari sudah siang. Saking lamanya aku di butik itu.
Kami duduk berhadapan. Mas Ares memesan makanan lalu menanyakan apa yang akan aku pesan, aku memesan seperti yang Mas Ares pesan.
“Maaf ya, aku hanya bisa membawamu ke warung makan ini,” kata Mas Ares.
“Iya. Tidak apa-apa,” jawabku.
“Lain kali aku akan membawamu ke resto yang lebih besar.”
Aku mengangguk dan tersenyum. Aku merasa terlindungi ketika Mas Ares ada disisiku, walaupun pernikahan kami cukup singkat dan karena aku di tipu oleh Yesika dan Bibi, tapi aku senang disaat aku ada masalah, ada yang menemaniku dan mau membantuku.
Mas Ares memang miskin, tapi aku tidak perduli dengan semua itu, yang penting Mas Ares mau menemaniku dan mau membantuku menyelesaikan setiap masalah yang ada. Hari ini aku baru tahu pentingnya Mas Ares, disaat aku seperti terjepit oleh sesuatu dan Mas Ares mengeluarkanku.
Aku kesal, kenapa aku harus bertemu dengan mereka disaat aku memiliki masalah? Aku terlihat sangat menyedihkan didepan mereka. Aku benar-benar membuktikan diriku bahwa aku sudah melarat. Impianku mengenakan gaun yang ku inginkan malah harus mengenakan gaun sewa. Bukan tak mensyukuri, tapi aku merasa tertipu oleh Yesika. Dan, mengapa Giring dan Xiu ada di situ.