Bahagia Sesaat

1401 Kata

Aku mendapati diriku terbaring di kasur dengan selimut yang hangat menutupi tubuhku. Karena kelelahan menangis, aku sampai tertidur. “Sudah bangun?” tanya Farhan begitu masuk ke dalam paviliun. Dia datang membawa bungkusan yang aku tebak berisi bubur ayam. “Sarapan ya, masih hangat,” ucapnya lalu memintaku pindah ke sofa. Aku lihat matanya sembab dan dia enggan menatapku langsung. Aku duduk di sofa sementara Farhan duduk di lantai—sibuk memindahkan bubur ke mangkok. “Farhan,” lirihku dan dia menoleh seraya memberikan semangkuk bubur ayam yang sudah diaduk—aku pun menerimanya. Setelah pertemuan kami pagi tadi, aku meminta Farhan untuk tidak bertanya apa pun karena aku tidak akan menjawabnya. Aku juga meminta padanya apa pun yang terjadi, dia tidak boleh ikut campur urusan rumah tanggaku.

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN