Curiga #1

1142 Kata

“Lepas! Seenaknya saja main peluk.” Aku melepas paksa tangannya. “A—apa?” tanyaku saat dia menatapku begitu dalam. “Mas …!” protesku seraya mengusap keningku yang dia sentil. “Waktu kamu bersiap lima menit, temani saya golf bersama Papa,” ujarnya, tapi aku menolak cepat. “Tidak bisa, hari ini saya ada janji.” Ardika yang sudah turun dari kasur berbalik menatapku sinis. Sebelum dia banyak bicara, aku menjelaskan kalau hari ini rekan dokter sekaligus sahabatku opening cabang kafe barunya. Aku sudah janji sejak lama dan tidak ingin mengingkarinya. Ardika berlalu begitu saja tanpa menanggapiku. “Mas boleh ‘kan?” tanyaku memastikan dan dia menyahut dengan berdehem. Aku artikan jawabannya sebagai bentuk izinnya. Setelah Ardika masuk ke dalam kamar mandi, aku menyentuh dadaku, lalu mengatur n

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN