Aku melempar asal paperbag ke arah Asya sebelum naik ke atas kasur dan dia terkesiap menangkap. “Mas …! Sumpah ya. Kasih baik-baik,” tolaknya dan memerintahku mengulangi cara memberikan paperbag itu padanya. Lihat, sudah mulai pandai mengatur pula. Aku mengabaikannya dan memunggunginya. “Jangan banyak cerita diterima saja. Kalau tidak mau ya buang, tuh, ada tong sampah,” tunjukku pada tong sampah di arah kamar mandi. “Benar-benar kamu ini, Mas.” Aku menjelingkan mataku kesal. Perkara cara memberi paperbag saja berisiknya bukan main, heran. Wanita memang makhluk paling merepotkan. “Diam, Sya. Saya lelah dan ingin segera tidur.” Aku menutup kepalaku dengan bantal, tapi coletahannya masih saja terdengar. Aku sampai tidak bisa berkata-kata. Kini dia kembali berisik melihat paperbag berisi