Curiga#2

1079 Kata

Aku sangat yakin itu Ardika. Sesampai di rumah aku mendapati Ardika sudah bergelut bersama pekerjaannya lengkap dengan kaca mata yang bertengger di batang hidungnya. “Apa?” tanyanya saat aku berdiri memicingkan mata ke arahnya. “Mas tadi ke menyusulku, ya?” tanyaku menelisik wajahnya dari jauh. Dia terlihat salah tingkah kemudian menggeleng tanpa bersuara. Aku bilang melihatnya tadi di parkiran kafe, tapi dia mengelak. “Memangnya saya sesenggang itu apa mengikutimu sejauh itu,” ketusnya. “Kayaknya aku nggak bilang deh kafe temanku itu jauh atau dekat.” Ardika tidak menanggapiku, tidak pula melirikku. “Halo, Pak Bram apa benar tadi—Ah …!” Aku memekik saat Ardika merampas ponselku hingga melayang dan dengan cepat dia menangkapnya, sementara aku yang terkejut akan terjatuh dan dia meraih

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN