Setitik Cahaya

1715 Kata

POV Asya “Kenapa masih di sini, Farhan?” tanyaku saat Farhan datang membawa dan meletakkan sepiring spaghetti buatannya—duduk di ujung sofa dekat balkon, tempat ternyamanku selama di apartemen Papa. “Habis ajarin Om Tomi masak,” jawabnya membuat aku menjelingkan mataku jengah. Yang benar saja, yang ada pasti dia yang diajari oleh Papa memasak. Papaku chef terbaik di rumah … ya, rumah, dulu. Air mataku kembali menetes mengingat ucapan Mama saat bertengkar hebat dengan Papa siang tadi. Mama datang ke apartemen mempermasalahkan perihal perpisahan keduanya, tepatnya tentang harta gono-gini, dan Papa menuruti semua keinginan Mama. Aku juga sempat mendengar Mama mengaku tidak pernah menyayangiku. Aku mengangkat pandanganku saat Farhan mengelus puncak kepalaku. Dia mengangguk paham seolah tah

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN