Wedding day Al & Zia

1309 Kata
Saat ini aku bersama keluargaku sedang berada di rumah gadisku untuk tunangan terlebih dahulu setelah tiga hari yang lalu Ayah dan Mommy menemui tante gadisku yang merupakan walinya semua sepakat malam ini tunangan dan besok mulai pengajuan nikah. Sebenarnya Opa dan Om Firza sudah menawarkan bantuan agar memakai surat sakti, tak perlu bersusah payah menunggu setiap proses pengajuan yang melelahkan tapi aku menolaknya karna pastinya tak ada kenangan yang bisa aku ingat suatu hari nanti. Acara pertunangan selesai setelah tadi kami berfoto dan dilanjut makan – makan, seluruh keluargaku tampak bahagia apa lagi Opa dan Oma karena harapannya melihat aku menikah dengan Zia akan segera terlaksana. “Dik ini syarat yang harus kita penuhi saat akan pengajuan, mulai besok kita akan mengurusnya bersama di sela kesibukan mas dan juga kamu, kalau mas ada waktu luang akan mas kabari ya.” Kataku saat kami duduk berdua memisahkan diri dari keluarga, aku memberikan lembaran kertas padanya dan dia pun mengangguk. “Besok selesai ngajar jam berapa?” “Besok cuma sampai jam 11 karena ada rapat mas.” “Sampai jam berapa rapatnya?” “Mungkin jam satu.” Aku mengangguk. “Nanti kabari mas saja ya, besok kita urus di RT RW dan kelurahan dulu.” Gadisku hanya mengangguk saja. Perjuanganku dan gadisku mengurus berbagai dokumen persyaratan administrasi untuk pengajuan nikah akhirnya selesai juga walau sempat membuat gadisku frustasi dan membuatnya meminta untuk menunda pernikahan kami. Selesai urusan dokumen, tahap selanjutnya ada tes litsus, tes kesehatan, Bintal atau pembinaan mental dan menemui pejabat kesatuan. Proses yang panjang untuk pengajuan nikah kami jalani bersama, aku tak lelah menguatkan gadisku agar tak lagi meminta untuk menunda pernikahan kami. Pernikahan sederhana yang aku minta di tolak keras Ayah Dhika juga Opa, karena aku cucu satu – satunya Opa Ardan dan ini juga pertama untuk Ayah Dhika menggelar pesta pernikahan. Pernikahan kami di gelar di sebuah hotel bintang lima, hari ini aku akan menikahi gadisku meskipun belum ada rasa cinta di antara kami tapi aku yakin seiring berjalannya waktu rasa cinta itu akan tumbuh dengan sendirinya apa lagi getaran aneh sudah aku rasakan setiap ada di dekatnya. Ayah Dhika dan Mommy Forza juga dulu tak saling mencintai saat menikah karena Mommy masih sangat mencintai Daddy namun berjalannya waktu cinta mulai tumbuh hingga sampai saat ini mereka saling mencintai dan semakin romantis setiap harinya. Aku duduk dan menjabat tangan wali nikah yang diwakilkan pada wali hakim karena gadisku tidak memiliki wali nasab, dia hanya memiliki tante saja. “Bismilahirahmanirahim Ananda Alvand Putra Mahendra bin Almarhum Gavin Mahendra saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan ananda Achazia Nuray Wirata binti Almarhum Ray Wirata dengan mas kawin perhiasan emas seberat 25 gram dan seperangkat alat shalat di bayar tunai.” “Saya terima nikah dan kawinnya Achazia Nuray Wirata binti Almarhum Ray Wirata dengan mas kawin tersebut di bayar tunai.” “Bagaimana saksi, sah?” “Sah.” “Sah.” “Alhamdulilah, Baarakallahu laka wa baarakaa alaika wa jamaa bainakumaa fii khoir.” Penghulu melantunkan doa - doanya untuk aku dan gadisku, dan semua yang hadir mengaamiinkannya. Dengan di apit Mommy dan tante Ike gadisku berjalan perlahan menghampiriku, jantungku berdegup kencang saat langkahnya makin mendekat. Gadisku bukan hanya cantik tapi sangat cantik dalam balutan kebaya Muslimah berwarna putih, dengan jilbab bertahta siger khas sunda. Aku berdiri menyambut kedatangannya, netra kami saling bertemu dan bertatap, hatiku sungguh sangat menghangat saat menatap gadis yang sudah halal untukku. Aku meletakan tangan kananku pada puncak kepalanya dan membacakan do’a untuknya, kemudian aku mengulurkan tanganku yang di sambut olehnya dan punggung tanganku dicium, aku tersenyum menatap wajahnya sesaat dan aku bingkai wajah cantiknya dengan kedua tanganku, aku kecup keningnya untuk pertama kalinya. Seumur hidupku baru kali ini aku mengecup kening wanita selain Mommy, Vina dan Oma, rasanya jangan ditanyakan lagi karena sulit diungkapkan dengan kata – kata. Nervous? Itu pasti, tanganku bahkan sempat bergetar untung saja sebisa mungkin aku berusaha menguasai diriku sendiri. “Dik terima kasih sudah menerima mas untuk menjadi imammu, kita belajar bersama dalam mengarungi bahtera rumah tangga, ingat kan mas jika ada salah.” Kataku selesai mengecup keningnya. “Sama – sama mas, aku juga berterima kasih karena mas sudah memilih aku untuk menjadi pendamping hidup mas, Insya Allah kita saling mengingatkan, bimbing aku agar bisa lebih baik lagi, bimbing aku agar bisa tetap bersamamu baik di dunia mau pun kelak di akherat, ingatkan aku jika aku berbuat salah.” Kata Istriku dan aku mengangguk, saat ini aku sudah boleh menyebutnya istri dong, karena dia sudah halal untukku. “Ayah, Mommy saat ini Abang meminta doa dan restu Ayah dan Mommy karena mulai saat ini Abang sudah memegang amanah menjaga wanita yang sudah abang pilih untuk menemani abang dan abang jaga seumur hidup abang, restui kami menjalani rumah tangga yang sakinah mawadah warrahmah.” Ucapku saat sungkeman meminta do’a restu pada Ayah dan Mommy. “Alvand Putra Mahendra putraku tersayang, Ayah dan Mommy akan selalu mendoakanmu dan juga istrimu, kami memberi restu untuk kalian berdua, Alvand anakku Ayah hanya ingin berpesan kalau saat ini kamu sudah mengambil alih tanggung jawab untuk menjaga dan membahagiakan nak Zia, bimbing dia dengan sebaik mungkin, sayangi dia, cintai dia jangan pernah kamu sakiti atau pun menjatuhkan tanganmu pada nak Zia, jika kalian sedang ada masalah maka selesaikan secara baik – baik, Alvand istrimu adalah pakaian untukmu begitu juga denganmu nak Zia, sekarang Alvand suamimu yang berarti juga pakaianmu maka kalian harus saling menjaga dan menutupi baik buruknya kalian jangan sampai orang lain mengetahuinya. ”Ayah Dhika memberi nasihat untuk kami. Aku memeluk Ayah Dhika, pria yang memberiku banyak kebahagiaan, pria yang menjagaku juga Mommy saat Daddy pergi untuk selamanya, pria yang dengan tulus sudah mengajariku berjalan, pria yang tak pernah memintaku untuk melupakan Daddy bahkan Ayah selalu menceritakan persahabatan mereka, aku sangat menyayangi Ayah seperti aku menyayangi Daddy dan Mommy. Air mataku tak dapat aku bendung lagi, untuk pertama kalinya aku menangis di depan banyak orang, terakhir aku menangis saat aku lolos seleksi Akmil itu pun hanya di hadapan Mommy dan Ayah yang memang selalu bersamaku saat berjuang untuk masuk Akmil. Ayah melepaskan pelukan kami, menghapus air mataku, “Jagoan Ayah nggak boleh menangis, Ayah ikhlas dan Ayah bahagia bisa menikahkan putra tampan Ayah.” Ayah tersenyum tapi air mata beliau juga lolos keluar, aku kembali memeluknya. “Terima kasih yah, terima kasih tak terhingga dari abang untuk Ayah.” Ayah mengangguk dan mencium keningku. Aku berpindah pada Mommy yang sudah berlinang air mata, aku memeluk Mommy dan tangis Mommy makin pecah. “Bahagia selalu bang, sayangi dan cintai Zia, Mommy percaya sama abang.” Aku mengangguk dan mencium kening Mommy. “Tante Ike, Al dan Zia mohon do’a dan restunya untuk rumah tangga yang akan kami jalani, hanya tante yang Zia miliki, tolong ingatkan Al jika salah saat membimbing Zia.” “Tante memberi restu untuk kalian berdua, tante akan selalu mendoakan kalian berdua, Al tante titip Zia ya ingatkan dia jika ada salah, sayangi dan cintai Zia, jika Al sudah tak menginginkan Zia lagi tolong kembalikan pada tante jangan Al sakiti.” Kata tante Ike, aku mengangguk. “Insya Allah tante.” Jawabku tersenyum dan mencium tangannya. Selesai acara sungkeman aku dan istriku memasuki kamar hotel untuk beristirahat menunggu waktu di mulainya resepsi yang akan di awali dengan pedang pora. “Mau mas bantu dik?” Tanyaku saat melihatnya kesusahan membuka kancing kebaya yang dia gunakan dan dia mengangguk malu – malu membuatku gemas. Aku mencolek hidungnya, “Kenapa sih, malu ya?” tanyaku tersenyum dan dia langsung menunduk. “Kita sudah sah dik jadi jangan malu – malu ya.” Kataku yang sudah berada di belakangnya membuka satu persatu kancing kebayanya, jantungku berdegup kencang rasanya ada sesuatu yang menjalar dalam tubuhku. Baru 2 kancing yang aku lepas tiba - tiba, Ceklek Pintu kamar terbuka, “Oh my God, mata suciku ternodai.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN